PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA
Pada tanggal 17 Agustus, Sukarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Teksnya sangat singkat: 'Kami, rakyat Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang menyangkut pemindahan kekuasaan dan lain lain akan dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat singkatnya.
Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno / Hatta, Jakarta 17-8-'05 '.
Itu adalah hasil yang kompleks antara politisi Indonesia militer Jepang, dan pengaruh sekutu yang membayang bayangi dengan Belanda di belakang mereka.
Setelah bertahun-tahun kekaisaran Jepang mulai bersikap lunak dan pemimpin politik Indonesia yang telah lama menantikan hal itu.
Awal Agustus, Sukarno dan Hatta ke Saigon untuk menyusun rinciannya.
Dibentuklah panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI yang beranggotakan 21 orang .
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jakarta sarat dengan rumor penyerahan diri Jepang.
Sjahrir mengunjungi Sukarno dan Hatta dan mendesak mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan tanpa keterlibatan PPKI (atau dalam hal apapun dari Jepang), untuk menghindari tuduhan kerja sama Sekutu.
Tuduhan itu akan sulit untuk disangkal.Sukarno dan Hatta telah bekerja dengan Jepang untuk kemerdekaan Indonesia dalam prosesnya mereka menjadi sangat terlibat dalam propaganda Jepang, yang bahkan merugikan tujuan mereka sendiri.
Sukarno dan Hatta masih berpikir mereka bisa memainkan kartu Jepang dan PPKI seiring dengan berita penyerahan Jepang .
Setelah ragu-ragu, Sukarno dan Hatta memutuskan akan memproklamasikan kemerdekaan yang disahkan oleh PPKI.
Ketika para pemuda mengetahui tentang hal itu dan menentang peran PPKI yang dianggap pengaruh Jepang dalam Proklamasi.
Seorang utusan para pemuda yang dikirim ke Sukarno dan Hatta mendapat teguran sebagai yang tidak sopan.
Dikalangan muda terdengar suara-suara yang memilih Proklamasi tanpa Sukarno dan Hatta.
Namun langkah drastis lainnya telah diambil Sukarno dan Hatta .
Awal tanggal 16 Agustus para pemuda menculik Soekarno dan Hatta dan dibawa ke Rengasdengklok, 80 kilometer dari Jakarta .
Dalam diskusi yang intens, Sukarno dan Hatta tidak dapat diyakinkan untuk mendeklarasikan kemerdekaan tanpa ikut serta Jepang.
Laksamana Muda Maeda, perwakilan Angkatan Laut tertinggi di Jawa, memainkan peran yang sangat penting.
Maeda membantu gerakan kemerdekaan dan kediaman resminya adalah tempat bertemunya para pemimpin dan juga pemuda yang dengan leluasa mendiskusikan ide-ide radikal mereka di sana.
Subardjo, yang kelak menjadi menteri luar negeri pertama Indonesia termasuk orang yang dipercayai Maeda .
Dua orang Jepang, Nishijima dan Yoshizumi orang dekat Maeda.
Subardjo dan Nishijima menemui Sukarno dan Hatta, Maeda menjanjikan keamanan dan menawarkan rumahnya sebagai tempat pertemuan di mana semua pihak bisa 'membahas proklamasi dengan aman'.
Dibayangi pihak sekutu yang mengeluarkan perintah agar militer Jepang mempertahankan status quo yang akan menghalangi kerja sama apa pun dengan Proklamasi dan bahkan mungkin melibatkan penangkapan orang-orang Indonesia yang berencana untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Maeda harus menggunakan semua pengaruhnya untuk memastikan pertemuan tidak terganggu di rumahnya.
Sukarno, Hatta, anggota PPKI dan para pemuda berkumpul dan bernegosiasi selama berjam-jam.
"Bung Karno ingin Bung Hatta yang mendikte karena Bung Hatta yang paling tertib bahasanya. "You diktein, saya tulis" kata Bung Karno. Koreksinya ada corat-coret .
Seusai merumuskan naskah proklamasi, Sukarno melangkah diruang besar rumah Laksamana Maeda, tempat berkumpul 40 sampai 50-an orang.
Hatta mengusulkan agar mengikuti deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang founding fathers-nya meneken semua.
"Kemudian Sukarni datang dengan usul dua orang saja yang tandatangan, Sukarno dan Hatta, tapi atas nama rakyat Indonesia.
Setelah disepakati siapa yang harus menandatangani apa saja yang harus diubah , Sukarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan didampingi wartawan BM Diah.
Laksamana Maeda tidak memiliki mesin ketik dengan huruf Latin, tapi huruf kanji.Satsuki Mishima, selaku asisten rumah tangga Maeda diperintah Maeda untuk mencari dan meminjam sebuah mesin ketik .
Akhirnya mesin ketik Angkatan Laut Jerman yang digunakan untuk mengetik naskah Proklamasi," diungkapkan Jaka Perbawa, kurator koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Saat mengetik, Sayuti Melik mengubah tiga kata dari tulisan tangan Sukarno, seperti kata 'tempoh' menjadi hanya 'tempo'. Kemudian 'wakil-wakil bangsa Indonesia' menjadi 'atas nama bangsa Indonesia.'
Lihat Foto
Lalu penulisan tahun. Pada naskah tulisan bung Karno tertulis: 'Jakarta, 17-8-05', oleh Sayuti Melik ditambah menjadi 'hari 17 bulan 8 dan tahun 05'.
"Tahun 05 penanggalan kalender Jepang 2605 itu setara dengan 1945 .
Setelah naskah proklamasi rampung diketik pukul 02.00 dini hari, Sukarno dan Hatta membubuhkan tanda tangan .
Berbekal naskah yang telah ditandanganinya, Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia beberapa jam kemudian di kediamannya yang terpaut hampir dua kilometer dari rumah Laksamana Maeda.
Upacara dilakukan pada pagi hari tanggal 17 Agustus. tergesa-gesa dan rahasia, dengan hanya beberapa pengamat .
Mereka yang hadir selanjutnya bergegas ke tempat persembunyian mereka, memikirkan bagaimana memberi substansi kepada Republik Indonesia yang baru lahir.
Tulisan yang dikutip dari Harry Poeze Peneliti KITLV (Institut Studi Asia Tenggara dan Karibia Kerajaan Belanda)
Upacara pengibaran bendera segera setelah Sukarno membacakan Proklamasi pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945
Bendera itu dijahit oleh istri Soekarno, Fatmawati, malam malam sebelumnya.
Sukarno dan Hatta berdiri di sebelah kiri.
Laksamana Maeda Tadashi memainkan peran penting dalam acara-acara menjelang deklarasi kemerdekaan Indonesia
Sukarno dan Hatta bertemu dengan Laksamana Maeda dan Jenderal Nishimura .
Siapa Maeda?
Konon Maeda sudah tinggal di Jakarta sejak 1930-an
Mereka ditempatkan sebagai mata-mata dan tindakan infiltrasi dinas intelijen Jepang di Asia Tenggara untuk rencana mewujudkan Persemakmuran Asia Timur Raya dan Jepang sebagai saudara tua .
Dalam catatan Shigetada Nishijima yang dihimpun Universitas Waseda di Tokyo, Laksamana Maeda membentuk Jakarta Kaigun Bukanfu, yang beranggotakan kurang lebih 77 orang dari kalangan militer dan sipil, 13 orang di antaranya adalah perempuan.
WP Suhartono dalam buku terbitan 2007 berjudul Kaigun Angkatan Laut Jepang: Penentu Krisis Proklamasi, menyebut pembentukan Jakarta Kaigun Bukanfu untuk memperoleh dukungan massa melalui tokoh-tokoh nasionalis demi kemenangan Perang Asia Timur Raya.
Organisasasi Jakarta Kaigun Bukanfu bermarkas di bekas bangunan gedung Volkscreditbank (Bank Kredit Rakyat) pada masa Hindia Belanda. Bangunan berlantai dua tersebut sampai saat ini masih berdiri kokoh dan menjadi Markas Besar Angkatan Darat di jalan Medan Merdeka Utara Jakarta Pusat.
Jalinan Laksamana Maeda dengan Achmad Soebardjo dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya membuahkan pembentukan Asrama Indonesia Merdeka di kawasan Kebon Sirih, Jakarta.
"Acmad Soebardjo menjadi kepercayaan Maeda dengan membentuk Asrama Indonesia Merdeka di Kebon Sirih.
Laksamana Maeda harus menanggung konsekuensi berat setelah mengizinkan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.
Saat Inggris datang pada September 1945, Maeda dan stafnya, Shigetada Nishijima, ditangkap oleh sekutu Nishijima membeberkan kisahnya di dalam penjara dengan Maeda.
Dia dipaksa mengaku Republik Indonesia merupakan bikinan Jepang. Sebab dalam tanggal naskah proklamasi tertulis '05 berdasarkan tahun Jepang, bukan '45.
Nishijima tidak mengaku meski mengalami penyiksaan.
Setelah dipulangkan ke Jepang, Maeda mengundurkan diri dari angkatan laut Jepang menjadi rakyat biasa, tidak memiliki tunjangan pensiun.
Pada tanggal 17 Agustus 1977, Maeda diundang pemerintah Indonesia untuk menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.***
Catatan ,Harry puze .Internet.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/17/122520969/siapa-laksamana-maeda-perwira-jepang-yang-berperan-dalam-proklamasi
Komentar
Posting Komentar