I.Istri Yang Disembunyikan
1.Dilema Diana
Diana menutup ujung mantel birunya, menyembunyikan gaun mahal berwarna zamrud dengan pengikat ritsleting di bagian belakang.
Diana berumur 20 Tahun, menurut ibunya sudah cukup umur untuk menikah.Tapi ia pergi kekota. Karena desa tak ada apa apanya. Didesa orang hidup sangat sederhana. Tak ada lelaki yang menarik perhatiannya.
Tak ada yang berkenan dihati Diana.Karena dia ingin bekerja.
Ia belum tertarik dengan seorang laki laki apalagi suami. Diana peduli dengan kemewahan.Kemewahan itu ada dikota. Didesa ibunya suka menjodoh jodohannya .Tak ada jodohnya didesa .Ibunya kadang kadang tidak mengerti .Diana sudah mengatakan. Tapi ibunya selalu kawatir .Anak gadisnya menjadi perawan tua. Meski cantik tapi menjadi perawan tua akan menjadi gunjingan.
Diana hanya tetawa dengan kekawatiran ibunya itu.Diana sudah mengatakan.
Lelaki yang datang itu tidak sesuai dengan kategorinya. Lelaki biasa yang masih mentah meski cukup tampan. Atau temannya yang tidak hidup mapan dan masih cari pekerjaan atau bergantung dengan orang tua.
Ada juga pegawai rendahan yang tidak punya karir. Untuk apa mendapat pacar atau suami seperti itu?
Sejak kecil ia membayangkan dirinya adalah Cinderella yang kawin dengan pangeran. Di sebuah pesta ia meinggalkan sepatu kacanya ketika jam berdenting 12 kali .Sang Pangeran berlari dan berlari. Ia sudah pergi dengan kereta kuda kencana.
Sang pangeran terus mencarinya dengan. Ketika pangeran bertemu , pada akhirnya, ia hidup kaya bergelimang kemewahan di istana.
Ia berterima kasih kepada Peri Labu yang merubah kereta kuda kencana pergi ke istana mengikuti pesta.Berdandan seperti putri raja.
Dongeng Cinderela dengan segala pernik perniknya begitu menarik.
Juga cerita dongeng pangeran tampan yang datang dengan kuda putih .
Pangeran tampan mengulurkan tangan mengajaknya pergi kesuatu tempat. Ia mengajak keistana yang indah dan besar .
Hidup bergelimang dengan kemewahan .Itulah angan angan Diana.
Tapi dongeng itu tentu saja tak pernah terjadi. Dia tetap dengan kesendiriannya menjadi wanita yang pemilih . Karena sang Pangeran itu belum ada .
Apakah nanti sang Pangeran datang, berbentuk putra pemilik perusahaan besar dan kaya atau pria dengan mobil mewah yang berkecukupan.
Hartanya tidak pernah habis atau malahan terus bertambah.
Kapankah itu terjadi. Salahkah jika dia memimpikan itu ?
Dia telah bersekolah, kuliah dan menamatkan Akademi Sekretarisnya. Namun pekerjaan tidak kunjung datang.Ia tinggal dikota yang hiruk pikuk dengan segala kemewahannya.Tapi kemewahan tidak menghampirinya. Ia ingin mengecapi kemewahan itu dan bagaimana caranya.
Sekarang itu sudah terjadi. Ia tinggal disebuah apartemen yang cukup megah dengan perlengkapan yang serba lengkap Pekerjaan yang cukup menjanjikan dan Pangeran ?
Tidak ada Pangeran. Dia belum pernah jatuh cinta yang sesungguhnya. Dia juga ingin berjumpa srorang Pangeran yang nantinya membawanya ke istana.
***
Diana teringat bagaimana dulu hidupnya .Bagaimana dia menjalaninya.
“Saya beruntung. Saya memiliki pekerjaan, tempat tinggal, Dan seseorang crazy rich yang menghidupiku dengan caranya sendiri. "bisik Diana .
Benar, tapi pangeran itu bukanlah pria tampan yang selalu diidamkannya. Dia seorang lelaki baya yang kaya dan peduli padanya
Lelaki itu juga peduli dengan istri dan mungkin juga putranya, di tempat lain .
Seorang putra dewasa dari pernikahan pertamanya yang mungkin lebih tua dari Diana .
Diana adalah gadis simpanan yang disembunyikan. Diana menjalani hidup itu.
***
Sebelumnya Diana telah menerobos semua jenis kantor selama setahun untuk mencari pekerjaan. Dia setuju untuk bekerja apa saja: korektor, sekretaris, dan apapun .
Dan ketika putus asa, dia memohon pada salah satu staf perusahaan untuk menolongnya bekerja apa pun. Lowongan kerja yang sangat ia butuhkan.
Lelaki itu tertawa di depan wajah Diana dia berhasil bekerja sebagai asisten junior di salah satu perusahaan selama sebulan penuh.
Dia bekerja dengan rajin dan mencoba untuk berhasil .Gadis itu bertahan , sebisa mungkin, menghindari perhatian yang terus-menerus. Godaan dan pelecehan.
Alih-alih bekerja, gadis itu diundang ke hotel. Dia bukan gadis seperti itu.Diana tidak pernah meladeni lelaki gendut itu.
Diana menjaga kesuciannya .
Kariernya sebagai asisten Junior segera berakhir .Dengan berbagai alasan dan ancaman gadis itu berhenti bekerja. Ia harus mulai lagi dari awal.
Meringkuk di pojok sebuah kafe kecil di seberang jalan dari kantor, gadis itu diam-diam menangis. Ia cantik, tapi ia mengutuk penampilannya. Lelaki ingin mereguk sesuatu dari dirinya. Diana belum akan memberikan.
Dia restoran itu , dia hanya memesan minuman kopi dan makanan ringan, karena duduk begitu saja, tanpa memesan apapun di restoran tidak diperbolehkan.
Selain itu, mulai saat ini, dia harus mencari pekerjaan.lagi. Diana tidak dapat mengandalkan ibunya dan uang pensiunnya yang kecil, dan dia pasti tidak akan mendapatkan pekerjaan di desa.
Tanpa disadari, kenangan tahun-tahun sekolah yang menyenangkan bergulir, ketika Diana tampak seperti anak manis dengan hidung mancung dan lutut putih dan muka yang bercahaya bermain lela.
Dia tetap saja menarik meski dilengkapi dengan plat gigi, karena kawat gigi terlalu mahal untuk dia dan ibunya. Ibunya peduli merapikan kecantikan anak gadis kesayangannya.
Suatu hari akan menikah, ibunya suka. Tetapi pada saat itu, tidak ada anak laki-laki yang disukainya. Mengajaknya dan mengundangnya pada kencan pertama. Diana mengabaikan.
Tidak seperti gadis-gadis lain, Diana senang dengan keadaan ini, tidak punya pacar dan belum mengenal lelaki diumur 16 tahun dan sesudahnya dia benar-benar terkejut ketika, pada usia tujuh belas, di salah satu sesi, guru mengelus lututnya dan menyarankan pertemuan dalam suasana yang lebih intim.
Kemarahan Diana sampai ke ubun ubun. Ia tak pernah melayani dan terlalu takut untuk bertemu dengan guru pembimbingnya itu.
Itulah pengalaman menakutkan melewati masa gadisnya. Ia membayangkan guru pembimbingnya yang punya anak dan istri menggodanya.
Menyeka maskara dari pipinya setelah sebagian lagi menangis, Diana tidak langsung memerhatikan bagaimana seorang pria duduk di mejanya.
Penampilannya sederhana, ternyata ia seorang sopir bos. Salah seorang Bos tertarik padanya.
Entah bagaimana sesuatu terjadi dan sebuah kesepakatan terjadi. Diana yang sedang putus asa.
Lelaki itu mulai berbicara.Mula.mula tidak menarik namun kemudian dia memperhatikan.
Dia menyerahkan serbet lagi dan, tanpa sentimentalitas yang tidak perlu, lelaki itu menawarkan sesuatu.
Untuk menjadi wanita simpanan - secara langsung, tanpa keributan.
Selain itu, dia berjanji untuk mengatur tempat di mana dia bisa menghasilkan uang dari hal-hal kecil dalam hidup.
Gadis itu tidak percaya bahwa ini terjadi padanya. Banyak yang mengatakan bahwa dia cantik dan seksi, tetapi Diana menganggap kualitas ini lebih merugikan daripada keuntungan.
Tidak ada yang mau melihat ke balik layar yang dicat cerah itu. Orang-orang di sekitar tidak memerhatikan bahwa selain penampilannya yang menarik, ia juga memiliki kualitas lain, yaitu
profesional.
bersambung 2
2.Sebuah Perjanjian
Gadis itu penuh dengan cita-cita . Menjadi sekretaris, atau pekerja kantoran, punya perusahaan sendiri dan meiliki suami yang tampan dan kaya.
Bekerja sebagai asisten junior membuat meja kerjanya penuh tumpukan kertas .Bertumpuk di meja kerja dan sebagian dibawa pulang menyampah ditempat tidurnya.
Tapi sekarang tidak lagi , kalau ia cocok , dia akan menjadi permaisuri disebuah kerajaan bisnis.
Dengan cermat ia memeriksa pria di usia lima puluh tahun, untuk pertama kalinya .Tidak jelek juga, perutnya tidak gendut atau gemuk yang berlebih lebihan.
Mungkin diwaktu mudanya dia adalah lelaki ganteng dan sisa sisa kegantengan itu masih ada disana.
Rambutnya disisir belah dua, sorot mata yang tajam.
Pertama kali mereka bertatapan, pandangannya seperti menembus tubuh Diana. Diana gemetaran. Ia teringat guru pembimbingnya, tapi lelaki setengah baya itu menampilkan lebih.
Ada perasaan menyenangkan menatapnya, dari guru pembimbingnya dulu menimbulkan takut.
Meski ia bukan pangeran impian karena umurnya sudah tua untuk menjadi pangeran.
Pastinya seumur ayahnya. Diana memang tidak mengenal ayahnya yang telah meninggal dunia ketika dia berumur 7 tahun.
-Terima kasih sudah datang.." Lelaki yang menunggunya di restoran tempat janji temu itu bersuara .Sopir lelaki itu duduk dikejauhan.
-Kamu bisa memikirkannya lagi, aku sudah tua iya.?" suara lelaki itu seperti mengetahui apa yang dipikirkannya
Diana gugup.
-A..aku." Diana terbata bata.
Lelaki baya itu tersenyum kebapakan. Diana suka itu .Kehilangan orang tua sejak kecil, merindukan ayah.
Tapi ini bukan ayah, meski dia bisa jadi figur ayah, ini adalah suaminya yang akan dilayani selama 6 tahun. Itulah perjanjiannya .
- Aku butuh jaminan." bisik Diana lagi seolah olah membicarakan bisnis .
- Saya telah menyiapkan kontrak." Lelaki paruh baya itu menanggapi.
-Saya Rafki, cukup itu saja yang kamu tahu "Lelaki baya itu bertegas tegas.
* * *
Pindah ke apartemen baru berlangsung pada hari hari berikutnya .
Dengan jumlah barang yang dimiliki gadis itu, penataan hidup memakan waktu sekitar dua jam, terutama karena semua furnitur yang diperlukan ada di kamar, dan peralatan rumah tangga di dapur serba lengkap.
Rafki mampir untuk menemuinya siang itu . Dia baru saja membuka pintu dengan kunci yang dibawanya .
Namun dia tidak mengganggunya, hanya ingin memastikan gadis itu sudah pindah dan senang dengan apartemen di lantai 7 dengan 2 kamar yang tersisa.
Gadis itu menyadari bahwa dia akan menjalani hidup baru. Dia merasa sudah dewasa karena teman sebayanya banyak yang sudah berkeluarga dan punya anak .
Ia juga tidak dapat mengandalkan kesendirian total sepanjang hidupnya.Ia harus memilih .
Setelah menanda tangani perjanjian,
pria baya ini bisa muncul di sini kapan pun dia mau.
Diana menegang mengantisipasi bahwa Rafki , lelaki itu akan segera mulai menuntut pemenuhan persyaratan kesepakatan, yang akan mereka selesaikan .
Pengacara kekasih barunya, , langsung masuk ke dalam mobil, di mana dia dan Rafki sampai ke kantor hukum, dan menyerahkan didepan gadis itu kertas yang sudah disiapkan untuk diperiksa.
Diana hampir tidak bisa membaca teks itu, karena huruf-huruf itu terasa melompat ke depan matanya karena emosinya. Tampaknya itu adalah sekitar enam tahun "kerja sama" perkawinan dengan kemungkinan perpanjangan.
Dia hanya bisa bangga dengan kenyataan bahwa tangannya tidak gemetar pada saat itu.
Namun, saat Rafki muncul di hadapannya dengan dasi dan senyum Diana sedikit terhanyut.
Dari kantor Notaris, dia tidak tahu harus berkata apa kepada pria itu.
Rafki berjalan lewat, melihat ke setiap sudut apartemen dua kamar, lalu duduk di sofa yang nyaman di apartemen yang diberikan untuk Diana.
- Sekarang mari kita sepakati hal-hal kecil. Anda tidak perlu memasak untuk saya. Saya lebih suka restoran. Orang yang disewa khusus untuk anda akan membersihkan disini seminggu sekali. Anda bisa mencuci sendiri, atau membawa barang-barang Anda ke laundry ."
Diana sedikit tersipu, teringat bahwa dengan baju satin indah yang tergantung di furnitur dia hanya bisa memimpikan kemewahan .
Sambil menarik kaus lama di atas lututnya, Diana mengangguk.
- Baik. Bagaimana dengan pekerjaan?"
- Besok kamu akan pergi ke alamat ini,'"
Rafki memberinya kartu nama. Mereka sudah menunggumu di sana. Semoga Anda bisa mengetahuinya sendiri. "
Hawa dingin menjalar di punggung Diana dari AC yang distel penuh. Dingin, tapi Diana berkeringat.
-Ini sudah dimulai! - Paling sering kita akan bertemu di hotel, tapi tidak hari ini , dua hari lagi kita akan bertemu disana " Rafki memberikan kartu nama hotel dan bokingan pada tanggal yang telah tertera.
-Saya tidak ingin terlalu sering di sini. Jika anda ingat, kita tidak saling mengenal melalui kontrak atau pekerjaan menyatukan kita.Namun meski begitu, hubungan kita harus tetap dirahasiakan untuk semua orang kecuali pengemudi. "Rafki berhenti sebentar .
-Dia telah menjadi pendamping saya selama bertahun-tahun dan akan tetap diam. Ini hampir merupakan kondisi yang paling penting. Hal lainnya, yang tidak kalah pentingnya, adalah kesetiaan . Saya tidak akan mentolerir perselingkuhan."
"Ya," desis gadis itu dan berdehem. Tentu saja, dia tidak punya kekasih dan tidak berencana untuk punya kekasih.
Entah bagaimana tetapi perkataan seperti itu adalah ancaman. Ini mengkhawatirkan, tetapi pilihan sudah dibuat.
- Apakah ada keinginan lain ?"
Apa yang bisa dia jawab? Ini adalah pengalaman pertamanya .
- Aku seorang gadis..." Diana tercekat dikerongkongan, namun lepas setelah mengatakan itu.
-Iya, anda sudah mengatakan kepada Fahmi supir saya"
Sedikit kilatan melintas di mata lelaki pelindungnya . Mungkin dia akan berubah pikiran? Tapi tidak .Tidak terjadi apa apa.
Diana tiba-tiba merasa lebih baik begini. Seluruh gagasan itu mulai membuatnya takut.
- Jadi, kita akan bertemu dua hari lagi, di hotel "
Rafki menepuk lututnya dan tersenyum. Pada saat itu dia tampak seperti paman yang baik hati.
- An angan takut. Semuanya akan baik dan saya tidak akan terlalu sering mampir - sejauh mungkin dan perlu juga . Saya tidak lagi muda, tapi saya sangat tertarik kepada kamu Anna.
- Nama saya Diana."
- Aku akan memanggilmu Anna saja ."putusnya .
Pertama kali ternyata menjadi cobaan berat bagi Diana. Dia tahu itu menyakitkan, tetapi dia tidak tahu seberapa parah itu akan terjadi.
Gadis itu mengatasi pengalamannya sendiri, karena dia tidak berani mengeluh .
Dia biasanya berusaha untuk tidak memberinya alasan ketidakpuasan. Kesepakatan adalah kesepakatan. Dan bukan favoritnya untuk menangis.
Dengan pekerjaan, semuanya berhasil pada hari pertama, perusahaan kosmetik "Pesona Wanita" menyambutnya dengan tangan terbuka, mengalokasikan ruang kantor terpisah untuknya .
Sampai saat ini, Diana bahkan tidak bisa memimpikan kebahagiaan seperti itu. Dia terjun ke pekerjaan, seolah-olah ke dalam pusaran air, dengan cepat.Staf kantor yang ramah mengajarinya dengan cepat . Dia lebih cepat mengerti .
Diana ingin bersibuk dengan pekerjaannya . Ia punya kartu kredit yang diberikan untuk belanja apa yang dia suka.
Paling penting dan hal-hal kecil yang menyertainya - pakaian, salon kecantikan, dan gym, akan menjadi bagian dari hidupnya.
Harum dan cantik, dengan kaki panjang yang mengintip dari balik gaun pendeknya, Diana akan bertemu pelindungnya dengan senyuman - bahkan jika semuanya terjadi di hotel, dimana dia akan menyerahkan keperawanannya besok.
bersambung, 3
3.Malam Pertama
Ini hari libur, bulan madunya yang pertama akan berlangsung disini . Di hotel .
Dia berangkat lebih awal ke hotel untuk memastikan semua akan baik baik saja .
Berkeliling dihotel yang mewah itu sebelum memparkir Suzuki Baleno nya di basement yang cukup luas dan petugas parkir serta satpam yang selalu siap.
Diana merasa senang ketika resepsionis itu tidak bertanya apa apa kepadanya selain rasa hormat yang ditujukan kepadanya .
Petugas itu memberikan kunci kamar dan room boy menawarkan bantuan. Namun Diana menolaknya dengan tas pakaian yang bisa dibawa sendiri .
Hotel sudah boking . Kamar No. 711.
Jantung Diana berdebar debar ketika masuk kedalam kamar.
Jam 14.00 siang dia sudah menunggu, menunggu panggilan telepon dari lelaki yang dia sebut "pelindung " itu .
Pelindung ? Suami ? Tiba tiba Diana bergidik ketika ingat ibunya. Dia membohongi ibunya karena tidak memberitahu apapun.
Ia ingin meredakan kesalahannya, untuk menjadi istri, maka mereka harus menikah .
Mungkin bukan terlalu resmi, "nikah siri" bisa saja dilakukan. Tiba tiba saja Diana mengingat itu.
Ini tidak ada dalam perjanjian.Tapi pasti perlu untuk dimasukan .
Diana berpikir dengan keras, semakin dipikir kepalanya terasa puyeng.
Tak ada yang dilakukannya selain menunggu telepon.
Ia ingat, ia tidak boleh menelpon atau mengirim pesan. Dari perjanjian itu, dia mendapat biaya hidup yang sangat lumayan setiap bulan yang masuk ke dalam akun tabungannya.
Cicilan Apartemen kepada pengembang, dia tidak perlu memikirkan. Setelah 5 tahun akan menjadi miliknya. Semua diurus oleh pelindjngnya . Ia akan dapat membantu ibunya yang dengan uang, tentunya dia harus mencari alasan yang masuk akal sebelum semua terungkap .
Sore itu lelaki pelindungnya menelpon dan Diana menjadi gugup .Ia tak segera menjawab telepon itu, membiarkan debaran jantungnya mereda .
"Iya....aku " jawab Diana di handphonenya dengan suara bergetar .
"Aku sudah disini.." kata Diana pula memastikan.Dia merasa lega. Dia meraba raba apa yang akan diucapkannya lagi .
Apakah Rafki akan menyetujui?
" Aku punya masalah.." ungkap Diana di telponya.
" Kau tidak membicarakan sebelumnya tentang masalah , baiklah apa masalahmu sayang.."
"Kalau ibuku tahu.?." suara Diana tercekat, namun tentu saja dapat ditangkap dengan baik oleh Rafki.
"Engkau sudah dewasa.." kata Rafki. Waktu 6 tahun juga tidak lama, kau akan melewatinya dengan baik "
"Apakah permintaanku terlalu berat..?" kara Diana . Rafki tetawa dalam telpon.
"Aku belum tahu permintaanmu,bagaimana aku menanggapinya, kamu ini lucu Anna.." derai tawa Rafki.
"Baiklah, maafkan aku..apakah tidak sebaiknya kita menikah lebih dahulu.."
Diana langsung mengungkapkan perasaannya.
"Maaf , ini terlalu tiba tiba tapi sangat penting bagiku dan juga kita..:"
Rafki terkesiap.
" Kamu terlalu kawatir .."suara Rafki meninggi .
" Aku gugup.." sahut Diana melepaskan keterangannya.
" Kupikir kita menikah saja lebih dulu, tidak perlu resmi, secara "siri"saja ..:".kata Diana tiba tiba memutuskan .Dia merasa lega sesaat setelah mengatakan itu.
" Aku tak perlu memegang suratnya, dapat disimpan atau dilenyapkan, aku tidak peduli, aku cuma ingin itu saja, kukira anda pasti tahu, agar aku diterima ibuku dan kekuargaku, kalau tidak aku akan dianggap pendosa.."
Handphone tiba tiba berhenti, lelaki pelindungnya menutup telpon secara tiba tiba. Marahkah Rafki. ?
Peluh dingin memercik ditubuh Diana yang lalu diserap oleh dinginnya AC kamar hotel itu .
Lama tidak ada jawaban, Diana cemas untuk menunggu . Gelisah , Diana tidak mau larut, ia menghidupkan televisi dikamarnya.
Ada sinetron kesayangannya sedang tayang, tapi pikirannya tidak kesitu.Dia tidak tertarik
Masih memikirkan tanggapan Rafki, pasti tidak mudah. Cukup lama dan sore mulai jatuh.
Tiba tiba telpon berdering. Diana bergegas mengangkatnya handphone nya.
" Baiklah, aku telah mempersiapkannya, malam ini pukul delapan, seorang pemuka agama akan melakukannya. Kau dengar itu ? Sopir akan menjemputmu..?"Diana tak dapat mengira ngira , apakah Rafki sedang kesal, marah atau terpaksa.
Namun dia bernapas lega .
"Iya,dan terima kasih" katanya terbata bata.
Pernikahan kilat dan sederhana terjadi malam itu .Seorang penghulu menikahkan mereka disaksikan beberapa orang sebagai saksi .
Diana tidak tahu, bagaimana keinginan nya dapat tercapai begitu cepat. Rafki telah menuntaskannya . Tentu saja dengan uangnya.
Tidak sulit bagi lelaki itu dan Diana bernapas lega .
Diana tidak peduli dengan surat atau legalitasnya, namun ia tahu bahwa sesuatu itu ia sudah resmi dan menjadi syarat untuk suami istri.
Supirnya yang cekatan, Fahmi menyelesaikannya meski ia tidak ikut menanda tangani sebagai saksi pernikahan.
***
Rafki membimbingnya di tempat tidur setelah acara singkat itu terjadi.
Ia lega dan dia berjanji akan menunaikan kewajibannya melayani sang pelindung. Sebagai Diana dan juga sebagai istri .
Dimalam pertama itu dia gugup,
kegugupan yang wajar sebagai pengantin baru yang tiba tiba saja ada lelaki yang akan menyentuhnya.
Rafki menunaikan tugasnya dengan baik.Ia merasa perih tetapi juga bahagia .
Dan untuk selanjutnya,
Rafki memang tidak menuntut , tidak membuat janji setiap hari, tapi Diana selalu dalam ketegangan, karena kekasihnya bisa menuntut pemenuhan syarat kontrak kapan saja.
Sejak lama, gadis itu terbiasa dengan perhatian pria yang tersenyum menggoda.Namun sekarang dia menerimanya dengan tangan terbuka untuk Rafki .
Beberapa kali mereka memadu cinta di hotel itu, harus diakhiri.
Malam itu mata mengalir deras dari mata Diana.
"Engkau menangis ..? kata Rafki.
"Hanya sedikit, karena aku bahagia.." Diana sedikit berbohong.
Rafki menciumnya dan kelembaban di bibir Rafki tidak bertanya lagi tentang alasan air mata itu.
Dia tidak tahu , pusaran emosi berkecamuk di dalam diri Diana dan meledak dari dalam.
Rafki bergerak tanpa henti, membelai tubuh Diana. menyentuh, menciumnya berulang kali
Dia melakukan semua ini dengan lembut, dsn.itu menyalakan api di dalam dada Diana.
Jari-jarinya membuat kusut di rambut Diana . Melayang dari bibir yang diucapkan .
"Aku mencintaimu, Anna " desah Rafki. Diana diam, ia mengingat kata yang paling sering diucapkan Rafki.Sudah menjadi klise .
Beberapa kali dihotel, Diana sudah hafal dengan sifat Rafki. Ia tidak canggung lagi kalau meminta sesuatu.
"Aku tidak ingin lagi dihotel ini"kata canggung Diana .
Rafki memperhatikan ucapan Diana.
" Aku merasa risih,jika aku datang kesini, tidakkah kau merasa? Orang orang menatap kita, meski hotel ini ramai dan tak ada yang peduli.."
"Baiklah, di hotel lain dimana Kamu mau "
" Dirumah, di apartemen , kita akan melewatinya disana "
Rafki berpikir sejenak.
" Baiklah, di apartemen kamu, jika engkau merasa lebih aman.."
" Tentu saja aman , kita sudah menikah, .."
" Jika keluarga atau kenalan kamu tahu ?"
" Aku akan membatasi diri.." jawab Diana.
Rafki setuju. Diana berpikir ,1 tahun, 2 tahun dan untuk 6 tahun tidak ada masalah sampai dia mandiri dan memiliki Apartemen dan tabungan cukup untuk menjamin seumur hidupnya.menjadi pengusaha .Itu yang menjadi cita citanya .
Rafki berpakaian dan pergi meninggalkan Diana.Diana juga bergerak untuk pulang ke Apartemennya.
Melintasi lapangan ke tempat memarkir mobilnya.Diana pergi ke mall untuk memanjakan diri .
Ia membeli beberapa keperluannya sebelum pulang ke Apartemen .
Bersambung, 4..
4.Rafki dan Diana
Saat dia menyeberang jalan mengambil kacamata hitam tanpa melihat kekiri dan kanan sebuah sepeda motor hampir menabraknya.
Motor itu berhenti mendadak, bunyi remnya berderit membuat beberapa orang menoleh .
Diana mengangkat kepalanya dengan sangat terkejut. Sepatu hak tinggi membuat keseimbangannya jatuh. Diana tidak dapat menjaga diri .
Dan saat berikutnya dengan sigap pengendara motor itu menangkapnya.
Dia jatuh - ke dalam pelukan pengendara sepeda motor dengan jaket kulit dan kemeja kotak-kotak, dengan kancing rendah di bagian dada.
Mata Diana sampai berkedip beberapa kali untuk menjernihkan mata dan pikirannya.
Diana menatap wajah pria yang sedikit cemas . Lelaki itu tampan dengan mata yang tajam. Bibir tipisnya terkatup, kelihatannya sangat tenang. meski ia baru saja berbuat sesuatu.
Diana lebih memperhatikan lelaki muda itu .Ia menatapnya dan mengira ngira.
Mengagumi rahangnya yang kuat dengan leher yang sedikit rendah.Diana juga mengagumi dada yang bidang lelaki itu.
Mempesona, tanpa diragukan lagi dia pria muda yang sangat menarik.
"Maaf mengejutkan , Kamu baik baik saja ?"
- Kamu melamunnya dijalan, seharusnya itu ditrotoar, atau di bangku tunggu itu." ia mendongakan kepalanya ke suatu tempat. Ada kursi tunggu di trotoar.
Melamun? Hati Diana panas.
"Siapa yang ngelamun, kamu bawa motor yang hati hati, penyeberang itu raja tahu.."?
" Tapi kamu nyebrang jalan bukan di zebra cross" kata lelaki itu ringan .
" Baiklah, aku juga salah, mungkin kesalahan itu bisa kutebus. Itu Piza hut didepan, aku mau kesana. Minuman ringan menyejukan. "
Seperti tahu saja jalan pikiran Diana, memang ia akan kesana. Makan favoritnya.
Tentu saja ia tidak memenuhi ajakan lelaki itu, meski langkahnya kesana.
Pria itu tersenyum, dan napas Diana hampir tercekat di tenggorokan.
Ia ingat Cinderela dan pangeran tampan . Lelaki itu adalah lelaki tampan itu. Mungkin ia lelaki yang diidamkannya.
Cerita masa kecilnya menyelinap dalam ruang pikirannya.
Tapi tidak cukup untuk melupakan begitu saja.
Ia mengingatkan dirinya tentang ketentuan kontrak sekama 3 tahun lagi.Sudah 2 tahun berlalu. Diana tidak berniat memperpanjangnya . Atau mendapatkan seorang anak dari perjanjian itu. Diana hati hati .
Tapi disamping itu, a tidak boleh tertarik dengan pria lain.
Diana menghela napas panjang.
" Saya baik-baik saja, terima kasih ." jawab Diana
Lelaki itu masih ragu dan penasaran dengan Diana.Ia melihat sepatu tinggi Diana.
"Saya berharap dapat bertemu kembali.." seperti apa yang dipikirkan Diana, itu yang diucapkan lelaki itu.
Dia membiarkan lelaki itu pergi, dan Diana merasa seperti gadis kecil yang mainan favoritnya hilang.
Diana memeriksa dan menyadari bahwa sepatunya rusak namun masih bisa dipakai.
Diana tertatih tatih masuk ke restoran itu. Melepas sepatu dan memesan makanan.Ia melepas sepatunya duduk sambil melamun.
Tiba tiba saja suara lelaki itu membuyarkan lamunannya.
" Kita ditujuan yang sama, boleh aku duduk..? "pria yang tadi menyita hatinya muncul kembali.
Tanpa dipersilahkan ia sudah duduk didepan Diana.
Mungkin itu lancang, tapi lagi lagi Diana merasa terhanyut . Langkah selanjutnya pasti basa.basi .
Diana agak gugup memikirkan, bagaimana kalau Rafki tahu dan cemburu.
Tapi hal itu ditepisnya sendiri. Hal yang biasa jika lelaki dan wanita bertemu, tidak selalu ada penyelewengan.Rafki harus tahu itu.
"'Nama saya Ronald.Ronald Sandy Jaya.Terlalu panjang iya.." Diana hampir tertawa sendiri melihat cara lelaki itu memperkenalkan diri.
" Dan anda..?"
"Apa perlu .?" jawab Diana.
" Perlu juga." jawab lelaki itu ringan.
Diana belum mau meperkenalkan diri .Terlalu dini untuk itu .
"Aku cuma mau menebus kesalahan , karena telah membuat kamu kaget. " ujarnya datar .
"Tidak apa " sahut Diana agak dingin.
Ronald itu tidak mau mengalah, pasti ujung ujungnya ingin kenalan. Kerja dimana tinggal dimana', sudah punya pacar atau belum dan segudang ucapan standart lainnya .
Diana menduga duga itu dan dia berpikir untuk menepisnya. Berlaku ketus atau tidak senang .Menyingkirkan kalimat standar itu.
Tapi tidak juga, lekai itu tidak bertanya sejauh itu . Ia cuma menatap Diana.
Berbicaranya hanya pendek saja. Bisa jadi ia gugup dan Diana bisa jadi lebih gugup lagi.
Pelayan datang membawakan makanan untuk pemuda yang di depannya. Sebenarnya tidak sopan duduk di meja yang sudah dipesan tamu.
Namun sepertinya pemuda itu agak kebal, pelayan tentunya mengira kedua orang itu sudah saling berkenalan. Bisa jadi sudah janjian.
Jadi dia mengantarkan pesanan makanan dimeja yang sama.
Terakhir lelaki itu menawarkan diri untuk membayar bill makanan mereka.
Tentu saja Diana menolak.
" Tidak usah dan tidak perlu " ujar Diana.
" Aku memaksa " katanya . Diana hampir terkikik mendengar ucapannya .
Penolakan Diana tidak ditanggapi.
" Menebus dosa.." sahutnya
"Maafkan juga telah lancang duduk di sini, semoga kamu tidak marah.."
Diana membuat wajah tidak senang , meski hatinya berdebar . Dia suka bicara lekaki itu .Namun bodoh kalau ia tiba tiba meladeninya.
****
Dikantor Diana bekerja lebih cepat. Selama tiga tahun dia bekerja dengan tombol dan layar kecil.
Gadis itu membawa pekerjaan dari dari kantor untuk membetahkan diri.
Diana bisa saja pulang pada akhir pekan, tetapi Rafki suka membuat janji pada hari-hari libur .
Ia datang kapan saja setelah menelpon lebih dahulu. Mereka bercinta dan Diana menikmatinya.Rafki apa lagi .
Suatu hari Minggu Diana pergi ke kampung , karena Rafki mengunjunginya sehari sebelumnya.
Biasanya dia tidak datang selama dua hari berturut-turut, tapi saat kembali dia menelepon dan dimarahi.
Itu terlihat sangat memalukan. Diana merasa terteksan di depan Rafki .
Dia tidak bisa menelpon, kepada Rafki . Istrinya Rafki mungkin mengontrol semua percakapan telepon.
Dan Rafki seharusnya menyesal karena dia adalah seorang lelaki takut istri .
Bagaimanapun, Diana merasa , dia bukanlah budaknya dalam arti sebenarnya.
Namun hal buruk terjadi, pelanggaran ketentuan kesepakatan, dia kehilangan banyak, kemewahan dan Apartemen yang sangat disukainya.
Hanya persetujuannya yang menentukan. Posisi ini membatasi Diana dalam banyak hal, tetapi juga memberi beberapa keuntungan.
Dan sementara itu selama tidak mengganggu kreasinya, gadis itu menahan diri dengan ketidaknyamanan.
Dia baru-baru ini membelikan ibunya komputer dan menginstal Skype. Sekarang mereka bisa mengobrol dengan bebas dari kejauhan.
Selama tiga tahun, gadis itu berhasil melekat pada Rafki.
Dia mempelajari kebiasaannya, memahami keinginan meramalkan, setidaknya di tempat tidur, tahu tubuhnya Rafki sesaat sebagai miliknya, tetapi dia tetap menjadi misteri baginya.
Diana berkata pada dirinya sendiri bahwa ini untuk yang terbaik, tetapi untuk kepentingan wanita, seluruh esensinya menuntut pengetahuan tentang orang yang berbagi ranjang dengannya.
Apalagi sampai sekarang dia tetap menjadi satu-satunya pria.
Terkadang Rafki membuatnya takut. Dia datang ke rumah, biasanya saat larut malam, duduk diam di depan TV sebentar, memeluknya di dekatnya, hanya mengganti saluran, bercinta, lalu pergi.
Jika di lain waktu Diana menyukai keheningan, kunjungan diam Rafki membuatnya tertekan.
bersambung, 6
6.Bertemu Betty
Diana membetahkan diri, ketika seorang ahli kecantikan merapikan rambutnya. Merawat kulit dan segala macam perawatan yang mesti dilakoni Diana.
" Kulit kamu seperti bayi, bersih dan lembut, Senang bisa merawat kulit seperti ini."puji ahli kecantikan yang bernama Sandra itu.
Ahli kecantikan memuji kulit mulus Diana.Diana hanya tersenyum saja.Senyum itu nampak manis sekali dan Sandra merasa pangling .
Tentu saja ', ia harus menjaga.bentuk tubuhnya agar kencang .bisik Diana dalam hati .
Penampilan adalah hal terpenting dalam hidupnya saat ini, dan dia mampu untuk itu. Jika mau, ia punya uang yang tak pernah habis untuk kesalon kecantikan .
Beberapa waktu setelah perawatan yang dialaminya , pemilik salon itu datang.Dengan wajah sedikit tegang .
Diana bertanya tanya, apa yang terjadi. Ia masih di kursi kecantikan itu, ketika percakapan terjadi.
" Sandra, langganan istimewa itu minta kau yang melayani.." ujar pemilik dan kepala salon itu buru buru .
" Siapa.." tanya ahli kecantikan Sandra .
"Betty ." jawab pemilik kepala dan sekaligus pemilik .
"Betty wanita kaya itu, pelanggan. "
" Maaf, ini tanggung, tapi baiklah. Ini juga sebentar sudah selesai.." ahli kecantikan itu menjawab cepat cepat ketika pemilik Salon itu mengangkat alis.
Diana tergeliat mengedikan mata dan kepalanya berputar ingin tahu.
Ahli kecantikan itu merapikan rambut dan menyelesaikan pekerjaannya sebelum meniggalkan Diana.
Apalagi yang terjadi hari ini ? Apakah itu benar Betty ? Betty istri Rafki.? Istrinya yang kaya itu ?
Memang benar sekali. Dan Diana sudah selesai.
Dan sekarang Diana buru-buru mengancingkan kancingnya ketika mengetahui Betty juga pelanggan salon itu. Hatinya berdebar debar kencang .
Diana ingin tahu lebih banyak . Seseorang pelanggan memasuki ruangan, dan seseorang yang ingin di ketahuinya lebih banyak .
Gadis itu menyadari bahwa klien baru yang datang itu benar benar adalah istri sah Rafki . Ia mulai memakai sepatunya melihat dengan seksama .
Dia juga mendengar suara minta maaf .
"Saya minta maaf. Lain kali kami akan siap apa yang anda inginkan. Dan maaf anda berkenan menunggu, "
suara kepala salon.
" Aku tidak mau menunggu lama .Dan untuk waktu berikutnya, bisa jadi saya akan memikirkan apakah layanan tempat ini cocok untuk saya ..."
terdengar pula suara Betty .
Kata-kata "Nyonya dari pelanggan " yang sombong itu adalah kata istri Rafki.
Ia membeku sesaat .Cukup langka untuk dia bertemu di tempat seperti itu.Cukup juga mendengar pembicaraan itu dan seperti apa.Istri Rafki .
Dia tidak pernah memikirkan istri Rafki Setidaknya dia mencoba melupakannya.
Pria itu tidak menyebutkannya ketika dia bertemu, jadi relatif mudah untuk berpura-pura bahwa wanita ini tidak ada. Tidak perlu mengenalnya.Itu cukup dan kalau perlu untuk waktu yang lama.
Karena istrinya adalah orang non-publik, menurut maka dia bersolek baik untuk dirinya sendiri atau untuk suaminya. Apa, mereka saling mencintai..?
Pertanyaan yang berharga. Suami dari wanita ini yang tidak setia dan dia mengambilnya. Diana terlibat sebagai pengambil suami orang. . Fakta bahwa dia sendiri telah memulai merebut suami perempuan itu.
Setidaknya, menurut pendapatnya.
Ada rasa malu - yang meremas dadanya? Malu, Apakah Diana malu?
Diana berubah pikiran dan ingin tahu lebih banyak
Diam-diam dia berjalan melewati tirai yang tertutup dan mencapai hampir ke pintu, dan tiba-tiba, tidak dapat menahan godaan, ingin melihat ke celah di antara kain yang longgar.
Istri Rafki, Seorang wanita sedikit gemuk, resmi dan kaya dengan kulit pucat dan mata tertutup, ditutupi dengan selimut sampai ke dagunya, dengan handuk di rambutnya, berbaring di sofa kecantikan .
Tanpa diduga , wanita itu melihat Diana dicelah kain dan mendelik.Suaranya begitu lantang.
" Hei, kau siapa mengintip seperti itu ? Tidak sopan.." tirai itu terbuka menyibak karena Diana membukanya.
" Maaf , saya mau pergi . Mau bertemu Sandra. " ia menyebut nama ahli kecantikan itu.
Diana tidak mau sembunyi dan ditegur. Sebenanya juga ia ingin berinteraksi dengan wanita itu.nTapi waktunya sangat tidak tepat.
" Terima kasih Sandra dan sampai.bertemu lagi.."
" Terima kasih juga, semoga harimu.menyenangkan.."
Ahli kecantikan menoleh dan tersenyum .Diana mengucapkan terima kasih sebelum berlalu .
Ahli kecantikan terus bekerja sambil melakukan pijatan, dan Diana melambai pada Sandra yang sedang bekerja.
Sandra membalik dan sebuah kata kata dari wanita itu tiba tiba menghentikan langkahnya.
" Kau pegawai perusahaan kosmetik pesona wanita iya..?" senyum perempuan itu mulai sedikit ramah. Tentu saja dia tahu dengan seragam seperti itu yang dipakai pada hari hari tertentu.
" Iya, iya... " Diana ingin untuk pergi dengan cepat.
Sambil menahan desahan, Diana meninggalkan ruangan .
Mengabaikan minat gadis itu yang membara pada kesempatan ini, Diana berjalan ke pintu keluar dengan gaya berjalan yang teguh.
Menarik keluar kunci mobil, gadis itu tiba-tiba menyadari bahwa dia sebenarnya ingin tahu lebih banyak . Namun dia menahan diri.
Lebih nyaman untuk duduk di restoran sambil menikmati hidangan.
Diana lebih menyukainya karena dua alasan. Itu di seberang jalan tidak hanya dari salon kecantikan, tetapi juga kantor tempat dia bekerja. Sangat nyaman: bekerja, salon, kafe - semua ada di dekat kantor .
Hampir tidak ada waktu untuk dihabiskan untuk pindah. Jika sangat ingin memulihkan kecantikan, bisa pergi ke pintu berikutnya, jika lapar - pergi ke seberang jalan dan restoran bertaburan .
Dan dia berhutang semua ini pada Rafki . Hidup dan bekerja yang menyenangkan. Apa yang harus dia lakukan?
Diana makan di restoran terdekat.
Diana tidak memesan makananan terlalu banyak, dia menikmati makanan di depannya saat dia melihat ke luar jendela .
Pikiran sedih. Namun, melawan satu posisi negatif dalam daftar dosanya, sejumlah besar keuntungan dari hal itu .
Semua memudar dalam terang kehidupan tidak bahagia dari wanita yang pada saat itu membawa keindahan ke gedung di seberangnya.
Bagaimana cara melanjutkannya? Menyerahkan segalanya demi Rafki , yang hanya dia ketahui bahwa dia kaya?
Akankah istri Rafki betul betul tidak tahu atau curiga ? Bagaimana suaminya dapat menemukan wanita lain.Mengkhianatinya ?
Mengaduk teh, Diana menyeruput makanan dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Diana menyamankan diri .Tidak lagi memperhatikan sekelilingnya .
"Saya suka melihat wanita mengunyah. " Diana tersedak dengan suara tiba tiba itu. Suara yang dikenalnya.
Sebuah telapak tangan terangkat menyapa.Mata Diana membesar.
"Jangan khawatir . Nikmati. Mari kita bicara nanti. Saya, dengan izin anda akan duduk dan melihat Anda."
Kata katanya terdengar sopaj tapi memaksa . Kembali jantungnya berdebar .
Diana kikuk dengan pengendara motor tampan itu, lebih kikuk lagi tapi dia harus makan yang tersangkut dikerongkongan.Diana menelannya.
Mengaduk teh, minum dan Diana menyelesaikan makanan didalam mulut.
Setelah itu, ia mengatur napas. Menghentikan debaran jantungnya.
Ada apa dengan pertemuan itu ? Bagaimana dia menanggapi? Apa yang dilakukan Diana?
bersambung, 7
7.Ronald Lelaki Itu
Lelaki itu yang diingatnya namanya, Ronald Sandy menatapnya .
" Saya ingin memesan yang sama untuk diri saya sendiri. ?" ujarnya .
Sementara Diana mencoba mengatur napas, pria itu sudah duduk di seberangnya. Dia memanggil pramusaji dan sambil tersenyum
memesan makanan dan juga kopi, tanpa krim dan gula.
Setelah itu, pria itu menatap Diana, seolah dia sangat tertarik dengan cara makannya.
Gadis itu gelisah di kursinya dan memutuskan untuk menunggu sementara pramusaji melayani tetangga didepan mejanya. Dia berpikir bahwa makanan akan diselesaikan secepatnya.
Sambil menyeka bibirnya dengan serbet, Diana melipatnya menjadi dua, lalu menjadi empat. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri berbicara.
“Sebenarnya, saya tidak mau diganggu ." suaranya kaku .
" Dengan saya?"
"Dengan kamu.."
"Saya tidak akan mengangganggu, janji.." ia mengangkat tangan dua jari .
Melontarkan pandangan curiga pada lawan bicaranya, gadis itu mencoba menjadi tenang.
Diana hampir tidak dapat menahan diri untuk mengumpat atau menyesali pria itu .
" Dan kau bahkan tidak membiarkan aku bermimpi? Apakah tidak ada harapan?" lelaki itu lebih berani.
Diana hampir pingsan mendengar rayuan itu.Lelaki itu mulai merayunya .
"Aku ingin mentraktirmu."
"Maaf, aku tidak mau di traktir "
" Kalau begitu berteman saja, apa kamu juga tidak mau..? "
Untuk kalimat ini Diana hanya diam saja .
Pria itu tersenyum,merasa menang seketika.
Mungkin dia terlalu lancang, tapi Diana terhanyut. Dia memutuskan dan meneliti pria itu lebih dekat. Pria itu, Ronald tampak sekitar dua puluh lima atau lebih .Tampak juga lebih dewasa dari umurnya.
"Maaf, aku belum tahu terlalu banyak tentang kamu ..:" Ronald mulai berani menyerang.
Dia membiarkan lelaki itu mengucapkan kata itu. Berbicara terus-menerus memantau pembicaraan, menjaga jarak dari pria muda yang diakuinya diam diam menarik.
Pertemuan kebetulan dan pria yang banyak bicara menurutnya adalah obat yang baik untuk kejutan dan perasaan yang menimpanya setelah mengunjungi salon kecantikan dan bertemu istri Rafki .
Untuk sesaat dia mengingat istri Rafki dan membandingkan dengan dirinya, pasti juga tidak sebanding dengan umur dan kecantikannya.
Sekarang, beranikah dia berbicara dengan lelaki lain tanpa persetujuan Rafki ? Rasanya juga tidak salah.
Mereka hanya berbicara di tempat umum dan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi, gadis itu secara mental membenarkan dirinya sendiri. Namun, setelah pertemuan demi pertemuan , apakah itu tidak terjadi lagi ?
Diana menekankan dirinya bahwa itu tidak terjadi. Sialnya, dia tidak yakin.
" Saya Diana." lagi lagi hati Diana melembut .Tanpa sadar , ia memberikan kesempatan lebih kepada lelaki yang di depannya.
" Kau bisa bercerita apa saja.." Diana memberi kesempatan.
"Diriku dulu iya ? Aku akan menceritakan diriku.."
" Ayah meninggalkan aku dan ibuku sejak lama. Ayah dan ibu memulai hidup baru setelah perceraian mereka "
" Bercerai..?" tanya Diana .
"Iya, aku dibesarkan tanpa ayah. " suara Ronald agak getir .
" Cukup iya ? Sekarang Giliranmu..!"
" Maaf, aku tidak punya cerita .." jawab Diana.
" Sedikit? Kau bisa bercerita sedikit saja.Aku juga bercerita sedikit, itu adil "
" Baiklah, aku tidak punya ayah sejak kecil, karena ayahku meninggal ketika aku berumur 8 tahun. "
"Lebih menyedihkan dari aku iya ? Atau mungkin .." ia tak melanjutkan.
" Aku anak satu-satunya dari ibu dan saya kurang beruntung dengan ayah "lanjut Diana.
Lalu lelaki itu mencetuskan.
" Aku bertanya tentang kamu. Bisakah kamu tidak marah ? Penjaga di pintu masuk berbicara dengan sangat hormat tentang kamu!"
"Apa lagi yang dia katakan padamu?"
" Kamu menyukai kafe ini, dan juga sering datang bekerja pada hari Sabtu."
"Jadi, Anda tidak muncul di sini secara kebetulan.? "
Itu bukan pertanyaan, tetapi Ronald yang banyak bicara itu masih menjawab,
"Tentu saja aku berjanji kemarin dalam diriku, bahwa aku akan menemukan kamu disini. Dan di aku,.. aku bahkan tak tahu namamu sebelumnya..."
Pria itu bahkan tidak berpikir untuk membuat alasan. Dia tersenyum lagi dan berkata .
" Aku membuat kesalahan dan kamu tergelincir serta hampir tertabrak sepeda motorku.."
Anehnya, dia tidak bisa marah pada pria ini. Tuhan, mengapa dia begitu menawan?
Ditambah lagi, dia sama sekali tidak ingin mengakhiri percakapan. Terlepas dari kenyataan bahwa Ronald ingin mengetahui ruang pribadinya . Tapi dia merasa nyaman dan nyaman untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.
Pada saat itu, pelayan datang dan, bertanya apakah lelaki itu Ronald yang di depannya membutuhkan sesuatu yang lain.
Ronald berterima kasih kepada pelayan dan menolak.
Diana melanjutkan pembicaraan.
"Dengar, kau tidak bekerja sebagai detektif untuk memata matai aku..?"
" Tidak sama sekali tidak.."
Pria itu menyesap minuman dari cangkir dan tersenyum .Kopi campur krim yang hangat
“Panas,” jelasnya, meski Diana tidak bertanya. Namun, dia mendapati dirinya berpikir bahwa sekarang dia tertarik pada segala hal yang menyangkut orang ini. Ronald Sandy .
Gadis itu mulai tertawa, begitu keras sehingga para pengunjung yang duduk di meja yang berdekatan menatap mereka dengan rasa ingin tahu yang jelas.
Tapi Diana tidak bisa lagi menahan diri. .Ronald senang bercanda . Gadis itu tertawa manis seperti di masa kanak-kanak.
Ketika dia bersenang-senang secara terbuka meski pemalu.
Melalui matanya, gadis itu memandang Ronald , mencoba memahami apakah dia tersinggung atau tidak. Tetapi lawan bicaranya tampak menikmati tawanya. Mungkin, di depannya adalah spesimen langka pria yang tidak bisa membuat marah siapa pun.
Entah bagaimana, setelah tenang, Diana tidak bisa lagi menahan agar tidak ikut bicara.
" Aku tinggal di desa ".
"Desa lebih bagus, aku juga dari desa.."
" Kalau didesa kita harus bangga ? Kota ini hidup dan dipenuhi orang dari desa.."
" Orang kota berasal dari desa, dulu mungkin tidak cukup seperempatnya, sekarang hampir 10 juta."
" Mereka banyak lahir disini, dulunya orang tua mereka didesa, setelah dikota tidak mau lagi kembali .."
"Kota lebih banyak memberi kehidupan " ulas Diana.
" Setuju, menurut mereka lapangan pekerjaan, bisa saja mereka malas membuka lapangan pekerjaan didesa."
" Itu perlu modal " timpal Diana.
Mungkin dia benar, Diana setuju .
"Maaf, aku belum tahu terlalu banyak kamu .."
Dia membiarkan lelaki itu mengucapkan pertanyaan itu. Bosan terus-menerus dengan pembicaraan yang berputar dan menjaga jarak.
Pertemuan kebetulan dan pria yang banyak bicara seperti Ronald menurutnya adalah obat yang baik untuk kejutan yang menimpanya setelah mengunjungi salon kecantikan dan bertemu istri Rafki .
Mereka hanya berbicara di tempat umum dan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi, gadis itu secara mental membenarkan dirinya sendiri. Namun, setelah pertemuan pertama, dia juga berpikir demikian.
Pembicaraan itu berakhir ketika Diana memutuskan untuk menghentikan pembicaraan itu. Diana mengakhiri pertemuan itu dengan.mengatakan akan pulang dan minta maaf.
" Rumah kamu dimana.." Ronald sepertinya ingin menggali lebih jauh.Itu yang tidak disukai Diana.
" Aku kalau beruntung ingin mengantarmu.." tawar Ronald.
"Aku membawa mobil .." jawab Diana .
"Aku lupa,
bersambung,8
8.Cinta di Apartemen
Diana takut .Ia takut bertemu lagi dengan Ronald . Ia takut membuat kesalahan dan Rafki marah.Ia takut akan resiko .
Diana pergi secepat yang dia bisa dari tempat itu dan berharap untuk tidak melakukannya lagi. Dia dengan hati hati dia pulang dan memastikan tidak ada yang mengikuti .
Ronald bisa saja mengikuti langkahnya atau mengejarnya diam diam dan pada saat yang sama menginginkan pertemuan dirumah Diana.Bisa muncul di Apartemen yang dirahasiakannya .Itu membahayakan dirinya karena ia merahasiakan dari semua orang .
Pertemuan lagi yang pastinya berujung pada kencan. Itulah lelaki
Dia lega pria setelah meyakini tidak ada yang mengejarnya , jadi semuanya berjalan baik baik saja dan Diana tak perlu merasa cemas.
Setelah mandi santai dengan minyak lavender sebelum tidur, Diana membalut diri dengan satu handuk.
Mampir ke ruang tamu untuk mematikan lampu, ia sangat terkejut.
Dengan sedikit ketakutan, melihat jauh ke remangan, Diana melihat Rafki , dengan nyaman duduk di sofa. Jantungnya hampir copot tapi sekaligus lega . Rafki bisa melakukannya, karena dia punya kunci magnetik apartemen itu .Diana tidak mengunci aparetemen itu dari dalam karena lupa.
Biasanya dia akan mengunci apartement dari dalam untuk berjaga jaga dan keamanan diri.Tapi kali ini tidak. Bagaimana kalau penjahat yang masuk dan akan sangat berbahaya.
***
"Oh, Kamu mengejutkan saya.Tak bisakah kamu memberitahu dahulu ?"
"Lain kali.." suara Rafki seperti tidak peduli.
Biasanya Rafki tidak muncul sebelum. memberitahu.Tidak terlalu sering .
Sebagai seorang pria keluarga teladan, dia tentu terburu-buru untuk pulang kepada istrinya.
Untuk ini, dia tanpa sadar dia menghormati pelindungnya. Namun, keadaan ini menyinggung perasaannya dan bahkan mempermalukannya, karena dia membuatnya setara dengan gadis panggilan biasa.
Diana mulai memikirkan hal ini belum lama ini. Dia tidak mengeluh kepada Rafki. Gadis itu pada umumnya berusaha untuk tidak mengungkapkan ketidakpuasannya padanya, karena dia menganggap dirinya sama bersalahnya dengan dia dalam apa dan bagaimana segala sesuatu terjadi dengan mereka.
Apa yang membuat Rafki datang ? curigakah? Adakah yang memata matai ? Rafki keapartemennya malam malam ini ? Ada apakah?
Mengingat pertemuan pagi yang tidak menyenangkan dengan istrinya, Diana sedikit berlama-lama di ambang pintu dan bahkan lupa menyapa.
Rafki menoleh, menatapnya sebentar, mengamati segalanya, tetapi tidak berkomentar apa apa .
Perilakunya yang biasa. Namun, ada sesuatu yang tidak sesuai dengan gambaran biasanya. Kelelahan di wajah, ?
Atau posenya - pada pandangan pertama, santai, tetapi Diana segera memperhatikan bahu yang terkulai, seolah-olah beban yang tidak terlihat dan hampir tidak layak tergantung pada pria itu. Lalu kenapa dia tidak pulang untuk tidur?
Yah, bukan tugasnya untuk memikirkan itu. Tapi tentunya ia harus tahu setiap tindakan pelindungnya.
Diana mencabut sisir yang menahan guncangan rambut tebal dari rambutnya, mengacak-acaknya di atas bahunya dengan lambaian kepalanya dan meninggalkan perhiasan perak di atas meja, pergi ke Rafki yang duduk perlahan, sesukanya.
Penghalang hampir tidak ada di tempatnya jika Rafki berkunjung.
Beberapa saat Diana tanpa busana di hadapan Rafki .Ia masih saja kikuk. Mengapa begitu sulit setiap saat?
Rafki biasanya menggelutinya, melumat bibirnya dengan lembut. Ia suka memandang ketelanjangan Diana sebelum menindih dan bermain main .
Hal yang paling disukainya adalah bermain dengan dengan Diana, berciumanan sampai lama sampai Diana sulit bernapas.
Ia membiarkan Diana sampai basah sebelum menyentuh bagian yang paling intim.
Dan setiap kali Diana mengingatkan dirinya sendiri siapa dirinya. Apa yang telah dia lakukan selama tiga tahun, Diana merasa telah berbuat banyak untuk Rafki.
Yang ada di depannya adalah kekasih. Seorang pria yang ingin melihatnya dalam bentuk dan posisi sedemikian rupa sehingga Diana mengerti sebelum pengalaman pertamanya dengan lelaki .
Tapi kini Secara ajaib, handuk itu tetap di tempatnya. Diana berhenti di dekat sofa, memikirkan apa yang harus dilakukan - duduk di pangkuan pria itu atau di sebelahnya?
Tiba-tiba saya ia berpikir tentang bagaimana semua ini terjadi dengan Rafki. Apakah mereka takut terlihat canggung dan dia tidak lagi cukup cantik? Apakah lelaki kadang kadang tidak memikirkan hal ini sama sekali, atau hanya melakukan apa yang mereka suka?
Rafki memandang kedua kakinya yang terbuka, yang bahkan Diana sendiri anggap cukup menarik, meraih dan menarik tangan Rafki, duduk berdampingan.
Tapi kemudian semuanya tidak berjalan seperti biasanya. Rafki meletakkan kepalanya di pangkuannya. Diana bingung, tidak tahu apa yang diharapkan darinya.
Kebingungan gadis itu meningkat setelah Rafki menoleh dan mencium lututnya, pertama, lalu yang lain. Setelah itu, dia menemukan tangannya, dengan cara yang sama, diam-diam, menyentuhnya dengan bibirnya dan meletakkannya di atas kepalanya.
Mungkin dia mencari kasih sayang manusia lain?
Gadis itu dengan lembut menyisir rambut lelaki itu , sangat menyenangkan untuk disentuh - halus dan lembut.
Perlahan memijat kulit kepala seorang pria dan membenamkan jari-jarinya dirambut, Diana mencoba membayangkan seperti apa warna rambut masa muda Rafki yang kini tidak begitu lebat lagi dan mendekati botak .
Setelah melihat-lihat semua informasi yang tersedia di Internet tentang pelindungnya lelaki itu makin berumur.
Dia akan berusia lima puluh tahun. Astaga , lebih tepatnya, hari ini. Diana terkejut, tapi diam saja pura pura tidak tahu.
Jika dia memulai percakapan tentang topik ini, Rafki akan mengerti bahwa dia tertarik padanya. Namun, Diana tidak tahu bagaimana dia akan bereaksi - apakah dia akan senang atau marah.
Selama bertahun-tahun pertemuan rutin, gadis itu belum bisa memahami bagaimana pelindungnya memperlakukannya, apa yang dia rasakan, apa yang dia harapkan sebagai balasannya.
Tapi sekarang, dengan lembut mengaduk-aduk rambut kekasihnya, meregangkan otot-otot di lehernya yang kuat, gadis itu tahu pasti bahwa pria itu bukanlah orang asing lagi.
Apakah dia menginginkannya atau tidak, kelembutan padanya tinggal di jiwanya.
Pada saat itu, ketika Diana memutuskan bahwa Rafki tertidur, dia bangkit, melepaskan handuk darinya, mengambilnya di pelukannya dan membawanya ke kamar tidur.Diana mrngambil remote televisi dan menghidupkannya.
" Matikan saja televisi itu ..."
Tiba tiba saja Rafki berkata. Diana mematikan televisi dan membiarkan keheningan diantara mereka .
Diana tidak yakin, dengan perilaku pelindung yang tidak biasa dan dia merasa tidak bersalah.
Seperti biasa, tidak ada keberatan. Namun, seperti saat terjadi badai, Rafki bahkan menunggunya untuk mendapatkan kesenangannya.
Satu-satunya hal yang ternyata berubah adalah tidak adanya ciuman sungguhan di bibir. Biasanya Rafki suka sentuhan formal dari mulut ke mulut dan pipinya.
Tapi dia mencium juga tubuhnya dengan keinginan, berbatasan dengan rasa haus. Dan kini, usai bercinta, ia terus menikmati kewanitaannya sambil membelai pinggul Diana .
" Kamu sangat cantik! "- Diana sudah terbiasa dengan ungkapan ini, hampir satu-satunya senjata Rafki setiap pertemuan mereka.
Diana sudah hapal .
bersambung ke 9
9.Hari ini adalah hari ulang tahun saya.Ulang tahun ke lima puluh "kata Rafki.Matanya berbinar .Mungkin dia ingin memberikan kejutan.
Mendengar itu, Diana berpikir.Rafki merayakan ulang tahun disini? seharusnya dia merayakan dirumahnya. Bersama istrinya Betty.
" Selamat. Usia yang luar biasa. Hanya aku yang lupa, tidak punya hadiah untuk anda . Maaf.Tapi aku suprise kamu mengatakan hal itu di sini .Anda mau merayakan disini bersama saya ? "
Ucapan Diana dirasakan Rafki, seperti bertanya ', kenapa ia tidak merayakan dirumahnya bersama istrinya -Betty.
Karena itu Rafki menjelaskan.
" Dirumah Betty tidak peduli, ia tak pernah mengingatnya dan aku juga tidak terlalu peduli " jelas Rafki .
" Hanya disini, saat ini ingin saya ingin merayakan bersamamu .."
Perkataan Rafki membuat dia Diana senang .
Lalu Diana membaringkan tubuh disamping Rafki. Mereka benar benar tertidur dengan nyenyak.
****
Secangkir kopi kedua menjernihkan pikirannya sedikit. Diana melihat ke cermin dan mendesah.
Dari biasanya, jumlah riasan membantu menyembunyikan tanda-tanda kurang tidur, tetapi mata Diana masih terlihat lelah.
Rafki sebenarnya bukanlah penyebab kurang tidurnya Diana . Ini karena Diana mulai mengingat seseorang.
Rafki telah pergi pada hari Minggu siang .Diana melamun sendiri .
Diana bangun dalam suasana hati yang buruk. Dia bisa menyebutkan setidaknya dua alasan mengapa dia gelisah.
Mulai lagi. Pada malam hari dia memimpikan seorang pengendara sepeda motor yang tersenyum. Ronald tersenyum kepadanyan.Dia juga tidak tahu kenapa perasaan ini datang.
Gadis itu sangat berharap dia tidak berbicara dalam tidurnya menyebut nama Ronald ketika bersama Rafki .
Tadi malam, di ranjang yang sepi tanpa Rafki Diana mulai mengkhawatirkan istri Rafki yaitu Betty.Ia juga mulai mempertanyakan hubungannya selama ini.Ia mulai merasa perjanjian ini mengikatnya terlalu dalam dan merasa tidak .
Dia bermimpi tentang Ronald. Semua ini dianggap sebagai kelanjutan dari pertarungan hati dan cintanya , dan di pagi hari Diana merasa malu sendiri. .
"Aku bisa menjadi gila" - pikir Diana dan bangkit dari tempat tidur. Tak satu pun dari orang-orang ini yang sebenarnya layak dipikirkannya seharian.
Berjalan dengan mudah ke kolam terdekat, tiga puluh menit berenang, mandi air dingin dan secangkir teh hijau, cukup menyegarkan.
Diana pergi tidur dengan suasana hati yang baik, setelah sebelumnya berbicara dengan ibunya di Skype.
Hari itu dia merasa sedikit nyaman , tertidur segera setelah dia menyentuhkan kepalanya ke bantal.
Namun, di tengah malam dia terbangun dengan keringat. Dia mlmpi lagi berciuman saat tidur dengan Ronald.
Dan kemudian dia bercinta dengannya dengan gairah dan panas, seolah dia melakukannya sepanjang waktu .
Semuanya berjalan dengan tidak baik - seharusnya sampai bayangan tidak menyenangkan itu datang di atas tempat tidurnya.
Hari itu Rafki datang lagi . Rafki datang untuk menagih perjanjian mereka dan lalu menghilang hari esoknya .
Perasaannya kini mulai merasa canggung dengan Rafki. Mungkin pengaruh obat, agar dia tidak hamil atau apa, gairahnya menurun drastis.
Bersama Rafki dia merasa ada keterpaksaan dan sesuatu kewajiban berat yang dipikulnya .
***
Tidur lelap Diana melirik arlojinya. Jam dua pagi. Ada empat jam lagi sebelum alarm berbunyi.
Sambil mendesah, gadis itu mengganti piyama basahnya yang berkeringat dan mimpi erotis, ia meminum segelas air mineral, dan duduk dengan romantis.
Pekerjaan itu tidak berjalan terlalu jauh, Diana kadang-kadang mengetik ulang seluruh bagian pekerjaannya agar lebih baik. Waktunya sibuk atau hampir sibuk.
Pagi harinya dia tiba di kantornya lebih awal dari biasanya dan langsung membuat kopi lagi . Saat ini dia ingin tidur, tetapi sekarang dia harus bekerja . Diana memeriksa akun tabungannya dan cukup untuk jumlah yang diinginkannya, dia bernapas lega .
Sebelum istirahat makan siang, Diana membalik halaman terakhir dengan lega. Dia mengambil dompetnya saat dia bersiap untuk makan malam di kafe favoritnya.
Tapi dalam beberapa hari ini ia tidak bertemu Ronald. Beberapa kali dia minum dan makan di restoran pavoritnya tidak ada Ronald. Ia sempat takut , meski dihati lain ia merindukan.
**
Tidak ada taksi hari itu karena ada pemogokan driver taksi .Mereka sedang demo memperjuangkan nasib mereka. Semua perusahaan taksi mendemo pemerintah, dan perusahaan.
Diana tidak banyak tahu apa tuntutan mereka. Tapi yang dia tahu pekerjaannya terhambat dan dia perlu kesebuah acara hari itu.
Mobil kantor juga tidak ada karena sedang dipakai. Mobil Diana masuk bengkel karena servis yang perlu dilakukan. Seharusnya dia menyewa mobil rental untuk beberapa hari.Tapi itu tidak dilakukannya.
Tentu saja saat itu ada yang muncul menawarkan diri.
Dalam kebingunan itu ia melihat Ronald.
Matanya menyipit untuk mengenali pria itu . Memang dia Ronald .Entah dari mana saja ia muncul. Diana tidak tahu dia bekerja apa dan tinggal dimana.
Pria ini tidak akan pergi sampai dia mengungkapkan semua yang dia butuhkan.Ronald itu pastinya
keras kepala, begitu pula perilakunya.
Diana memandang Ronald sambil menilai. Tatapan terbuka dan sikap santai tidak terkait dengan peran di mana dia baru saja mencurigainya.
Ronald melambaikan tangannya ke suatu tempat di samping, dan Diana tanpa sadar mengikuti gerakan lambaian itu. Sepeda motor adalah transportasi terbaik saat itu. Disaat jam lagi sibuk .
Dia membayangkan dirinya di atas sepeda motor dengan rok ketat dan sepatu hak tinggi, "
"Kamu tidak perlu malu. Kamu memiliki kaki yang indah."
Diana tidak berpikir begitu, dia tidak akan menunjukkannya ke seluruh dunia jika ia mengangkang di sepeda motor .
"Saya tidak mau kalau kamu ngebut, "
" Aku berjanji untuk mengemudi dengan hati-hati."
Ronald menyadari bahwa dia ragu, dia mengangkat alisnya.
"Aku tidak akan pergi tanpa helem"
Ada helem cadangan, kata Ronald entah dia dapat dari mana.
Sambil mendesah, Diana berjalan dengan susah payah ke sepeda motor menarik roknya dan duduk mengangkang dibelakang.
" Baiklah, antarkan aku ke Mall Paragon, aku perlu waktu cepat "
Pegang erat-erat , sepeda motor pria Diana menempelkan dirinya ke punggung pria itu. Otot-otot kuat di bawah kaos.
Mereka sampai di sana dalam waktu singkat. Diana bahkan tidak punya waktu untuk membeku, meskipun dia sudah menduganya.
Gadis itu menyaksikan dengan ngeri ketika sepeda motor bermanuver di antara mobil-mobil dari semua jenis merek seolah-olah sedang mengitari lapangan sirkuit.
Perasaan bahaya pengemudi membunyikan klakson dan mengutuk mereka, untung dia memakai helm. Di dalam dirinya, tidak ada yang pasti akan mengenalinya.
Hanya setelah sepeda melambat di sebuah mall , gadis itu menyadari bahwa dia sedang mengendarai, mencengkeram Ronald dengan cengkeraman kuat .
Dengan susah payah dia melepaskan jari-jarinya, yang pegangan tasnya , secara tidak sengaja menarik kemeja pria itu.
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu," gumam Diana sambil meluruskan roknya.
" Maaf Apa? Karena kau mencengkram aku? Aku malahan senang"
" Sudah cukup gurauannya.." ujar Diana.
Kali ini, gadis itu mencoba melepas helmnya dengan hati-hati.
Diana tak menanggapi ucapan provokatif Ronald . Sudah cukup jika Ronald menyeringai, menatapnya tanpa malu-malu.
Pria ini selalu tersenyum. Tanpa melihat ke cermin, gadis itu menyadari bahwa gaya rambutnya rusak.
bersambung,10
10.Berbalik Hati
Berbalik Hati
Rambutnya tergerai dan tidak rapi.
Ia dengan cepat merapikannya dengan jari-jarinya, memutarnya menjadi simpul dan menjepitnya ke belakang dengan sisir.
Tanpa memutuskan apapun, Diana mengancingkan jaketnya .
" Baiklah .Terima kasih atas bantuannya." kata Diana.
Ronald tidak menyerah begitu saja.
" Saya selalu membantu orang sampai selesai.Ibu selalu mengajari saya seperti itu."
" Bantuannya sudah selesai. " putus Diana .
Ronald agak kecewa .
" Aku hanya akan melihat lihat saja , siapa tahu, kau butuh bantuan .'"
" Untuk saat ini tidak, dan cuma aku yang bisa mengerjakan.."
" Baiklah. " ujar Ronald dan pamit pergi .
Diana menarik tangannya agar mereka tidak terlihat seperti pasangan.
Tidak ada waktu untuk memikirkan lelaki itu, Diana menyelesaikan pekerjaannya.
Selesai dengan pekerjaan, dia mulai melamun. Teringat hidup yang dijalaninya, bukan seperti yang disukainya.
Diana teringat istri Rafki yang dilihatnya di salon .
Diana mengakui bahwa ada jejak cinta antara dia dan Rafki yang tidur dengannya .Diana telah merebut Rafki dari Betty.Bagaimana kalau Betty tahu ?Tetapi tiba tiba ia merasa dunia ini tidak adil .Ia merasa kasihan kepada Betty.
Diana cukup menanggapinya dengan ringan atas pengkhianatan Rafki .
Diana tersenyum, yang sangat jarang dilakukannya, dan sesaat wajahnya mengingatkannya pada orang lain. Dia tidak punya waktu untuk memikirkannya, sampai Rafki mengejutkannya lagi.Dengan teleponnya yang berdering .
-" Minggu siang aku akan mengunjungi kamu ."lalu dia menutup telepon setelah Diana menjawab lirih .
Minggu siang itu Rafki datang.Diana menyambutnya. Tapi ada sesuatu yang menyampaikan Rafki .
Aku akan melakukan perjalanan bisnis, selama satu bulan.Ke Amerika." kata Rafki.
" Dan Betty..? " Diana tiba tiba menebak .
" Ikut, dia mau ikut juga." jawab Rafki pendek.
".Tentu saja, dia tidak mau ditinggal " ejek Diana.
" Apa maksudmu..:"suara Rafki neninggi dengan aroma tidak senang.
Diana diam.
" Kau cemburu..?"
" Aku juga istri mu " kata Diana seperti peluru, tajam menuntut dan sengit.
"Kita dalam perjanjian , ingat..?"
Tentu saja Diana ingat. Perjanjian yang tidak adil, protes Diana. Tapi itu cuma dikatakannya dalam hati
Setelah beberapa jam Rafki , pergi . Diana menghela napas panjang .Ia tak tahu, apakah merasa senang tidak diganggu Rafki selama 1 bulan, atau cemburu, kehilangan pelindungnya .
***
Dana duduk lagi di kafe pavoritnya.
Kopinya masih panas, Diana terus mengaduknya dengan sendok.
" Hai.." suara yang dikenalnya bergema.
Suara gembira Ronald seperi dalam mimpinya.
"Istirahat dan saatnya untuk datang." ujar Ronald.
Seperti sudah janjian, duduk satu meja didepan Diana.
Ronald memesan ayam dan kentang, lalu salad dan kolak buah kering.
Pelayan mengomentari setiap hidangan , menyarankan sebuah pilihan lain, tetapi pria itu memberinya senyuman yang mempesona dan juga menolak tawaran yang ditujukan kepada Diana.
"Pacarku lagi diet. " jawabnya untuk Diana .
Minum kopi dan Diana terus mengaduknya dengan sendok seolah olah belum cukup tercampur.
Sebenarnya ia sedang urung uringan, berbarengan dengan kesal .Entah kepada siapa. Fia juga tidak tahu.Mungkin pada dirinya sendiri.Dia hanya tersentak dengan perkataan Ronald terakhir.
" Siapa ? pacarmu..? Aku..?
" Tidak, aku bercanda, kecuali kalau kamu mau.."
" Ngomong seenaknya.."
" Enak lagi ngomong .Ngomong lagi enak.."
" Memang, kau tidak kerja, hidup enak dan pakai motor gede setiap hari..."
" Aku ? Aku juga bekerja, mungkin lebih keras ,..."
" Kamu kerja dimana, netek orang tua, pemuda yang kerjanya memata matai cewek.."
Ronald mengedikan matanya .
" Aku ngaku, hanya kamu, dari pada terus mimpi , bagus kalau bertemu kamu.."
Lalu diam. Diana ingin tahu lebih.
"Ayo, buktikan. Kau kerja dimana,."
Ronald tiba tiba mengeluarkan dompetnya , mengambil kartu nama.Tapi tidak jadi.Ia menarik diri dan memasukan dompetnya kesaku celananya kembali.
"Ayo, pergi bersamaku.."
"Ogah , ..."
." Sebentar saja.."
"Aku tidak mau naik motor..:"
Diana membayangkan penampilannya menjadi awut awutan.
" Tidak.."tolaknya
" Kalau begitu, aku beruntung kali ini.? Aku bawa mobil, ayo ikut aku ."
Diana celingukan .Namun akhirnya memutuskan untuk pergi .Keinginan lebih jauh mengalahkan ketakutannya .Tenyata ada mobil Mitsubishi sport, Diana mrmbetahkan diri dan masuk kedalam mobil.
Berseliweran di beberapa jalan, mereka sampai disebuah kantor .Satpam berlari menyambut mereka dengan penuh hormat .Mereka masuk kantor. Ternyata itu adalah kantor sebuah perusahaan kontraktor Pembangunan dan tidak disangka, kantor itu milik Ronald.
" Ini hasil karyaku', kata Ronald.
"Tapi.lebih banyak yang membantuku, karena Aku tidak suka dikantor."
Kekaguman tampak dimata Diana .Kekaguman berubah menjadi simpati .
Mugkin inilah pangeran impian itu. Pangeran berkuda yang menjadi impian Cinderella.batin Diana.
Bibit bibit cinta yang lain timbul dalam diri Diana. Bibit bibit yang sekaligus pengingkaran perasaan yang tidak bisa dilawannya.
"Ayo masuk.."
Diana masuk, seorang sekretaris cewek bersibuk dan membawa map surat. Meletakan di meja Ronald dan pergi.
Sekretaris cantik berwajah imut itu membuat Diana membandingkan dengan dirinya.
" Maaf, aku kerja sedikit .Nyamankan dirimu, mungkin minum atau apa saja, ada kulkas.."Ronald melihat kulkas didejat itu.
Diana menatap sekeliling, memperhatikan sejenak. Lalu membiarkan lelaki muda itu bekerja .
Menanda tangani surat sebelum mengajaknya pergi lagi.
Seorang pria masuk dan melaporkan sesuatu. Proyek dan Ronald tidak terlalu menanggapi.
" Selesaikan melalui pak Jody, dia sudah biasa menangani. Ikuti kebijakannya." kata Ronald.
Pekerjaan yang membosankan, kata Ronald.
" Ayo, kita pergi lagi.."
"Melihat sesuatu yang lain. Merasakan sensasi .."
Diana mengikuti Ronald. Mengikuti langkahnya.
" Kau tidak suka naik motor ? Rasakan sensasinya. Inilah kebebasan.."
Tanpa diminta dua kali Diana nengikuti Ronald .Motor gede dan helm di parkiran dan penjagaan satpam yang hormat.
Diana duduk mengangkang diatas motor gede memiliki sensasi sendiri .Pori pori dan adrenalinnya mengalir ketika Ronald membawa moyo gede itu melintas jalan. Meliuk liuk dan entah kemana. Menerbangkan Diana. Menerbangkan angan angannya.
Ia melupakan Rafki .Melupakan dunianya. Perasaannya dan entah apa lagi sampai ke sebuah apartemen.
"Pergi ke apartementku ?:
" Tidak.." kata Diana .
" Kita kembali.."
" Atau ketempat kamu.."
" Aku harus kembali kemobilku dikantor, aku pulang sendiri.."
" Baikkah.Terima kasih atas waktunya.."
Motor gede itu melaju lagi, berseliweran dan menyalib kesana kesini , sebelum sampai ke kantor Diana.
" Direktur yang eksentrik.." kata Diana.
" Apa..? " Ronald memiringkan kepala.
" Kau, lelaki aneh.."
" Aku punya hobbi.Kau tahu ? Diatas motor ini seolah olah kebebasan tidak terbatas. Aku suka kebebasan ."
Ronald seperti bersajak .Diana hanya mendengae saja.
Kebebasan tanpa batas? Ini seperti mrnyindir dirinya, ketika kebebasannya terjual .Ua tidak berhak bahkan untuk dirinya sendiri. Pasrinyakebih ebakjadi duri sendiri. Diana mulai membenci dirinya dan Rafki . Ia masuk ke parkiran mobil yang ditatap satpam sore itu. Rekan sekantornya tidak ada lagi dikantor. Jam kerja telah usai dan Diana telah pergi entah kemana.
Diana juga tidak konsentrasi lagi .Beberapa kali mobilnya hampur menabrak sesuatu .
Diana sampai di Apartemennya ketika senja sudah jatuh.
Malam menjelang, kebebasannya mungkin menanti lebih awal dengab kepergian Rafki satu bulan lebih.
Diana tidak memikirkannya .
bersambung, 11
Komentar
Posting Komentar