Novel : Diana (III)

tiga

Ini hari libur, bulan madunya yang pertama akan berlangsung disini . Di hotel .
Dia berangkat lebih awal ke hotel untuk memastikan ia akan baik dan berani disana.

Berkeliling dihotel yang mewah itu sebelum memparkir Suzuki Baleno nya di basement. Basement yang cukup luas dan petugas parkir dan satpam yang selalu siap.

Diana merasa senang ketika resepsionis itu tidak bertanya apa apa namun begitu hormat kepadanya .

Petugas itu memberikan kunci kamar, room boy menawarkan bantuan. Namun Diana tidak merasa perlu dibantu. Ia bisa sendiri.

Hotel sudah boking . Kamar No. 711.
Jantung Diana berdebar debar makin masuk kedalam.

Jam 14.00 siang dia sudah menunggu, menunggu panggilan telepon dari lelaki yang dia sebut "pelindung "

Pelindung ? Suami ? Tiba tiba dia bergidik ketika ingat ibunya. Dia membohongi ibunya, tidak memberitahu apapun.

Ia ingin meredakan kesalahannya,apalagi yang salah.

Untuk menjadi istri, mereka harus menikah .Mungkin bukan terlalu resmi, "nikah siri" tiba tiba saja Diana mengingat itu.

Ini tidak ada dalam perjanjian.Tapi pasti perlu untuk dimasukan dalam perjanjian.

Diana berpikir pikir dengan keras, semakin dipikir kepalanya terasa puyeng.

Tak ada yang dilakukannya selain menunggu telepon.

Ia ingat, ia tidak boleh menelpon atau mengirim pesan.Ia ingat perjanjian itu dia mendapat biaya hidup yang sangat lumayan setiap bulan.

Ansuran Apartemen setelah 5 tahun akan menjadi miliknya. Ia akan mengguyuri ibunya yang miskin dengan uang, tentunya dia harux mencari alasan, sebelum semua diungkapkan.

Sore itu lelaki pelindungnya menelpon dan Diana menjadi gugup .Ia tak segera menjawab telepon itu, membiarkan debaran jantungnya mereda untuk mencari pembicaraan yang tepat.

"Iya....aku " jawab Diana di handphonenya.

"Aku sudah disini.." kata Diana pula menelan ludah. Dia meraba raba apa yang akan diucapkannya.

Apakah Rafki akan menyetujui?

" Aku punya masalah.." ungkap Diana di hpnya.
" Kau tidak membicarakan sebelumnya, apa masalahmu sayang.."

"Kalau ibuku tahu.." suara Diana begitu pelan, namun tentu saja dapat ditangkap Rafki.

"Engkau sudah dewasa.." kata Rafki. Waktu 6 tahun juga tidak lama, kau akan melewatinya dengan baik "

"Apakah permintaanku terlalu berat..?" Rafki tetawa dalam telpon.

"Aku belum tahu permintaanmu, kamu ini lucu Anna.." derai tawa Rafki.

"Baiklah, maafkan aku..apakah tidak sebaiknya kita menikah lebih dahulu.."

Diana langsung mengungkapkan perasaannya.
"Maaf , ini terlalu tiba tiba tapi sangat penting bagiku dan juga kita..:"

Rafki terkesiap.

" Kamu terlalu kawatir .."suara Rafki meninggi .

" Aku gugup.." sahut Diana melepaskan ketegangan.

" Kupikir kita menikah, tidak resmi, secara "siri" ..:".kata Diana tiba tiba memutuskan dengan suara bulat.Dia merasa lega setelah mengatakan itu.

" Aku tak perlu memegang suratnya, dapat disimpan atau dilenyapkan, aku tidak peduli, aku cuma ingin itu saja, kukira anda pasti tahu, agar aku diterima ibuku dan kekuargaku, kalau tidak aku akan dianggap pendosa.."

Telpon tiba tiba berhenti, lelaki pelindungnya menutup telpon secara tiba tiba. Marahkah Rafki. ?

Peluh dingin meraup Diana yang diserap oleh dinginnya kamar hotel itu .

Lama tidak ada jawaban, Diana cemas untuk menunggu .Diana tidak mau larut, ia menghidupkan televisi dikamarnya.

Ada sinetron kesayangannya sedang tayang, tapi pikirannya tidak kesitu. Dia masih memikirkan tanggapan Rafki. Pasti tidak mudah dan tiba tiba.
cukup lama, sote malam mulai jatuh.


Tapi tiba tiba telpon berdering. Diana bergegas mengangkatnya handphone nya.

" Baiklah, Fahmi telah mempersiapkannya, malam ini pukul delapan, seorang pemuka agama akan melakukannya. Kau dengar itu..?"Diana tak dapat mengira, apakah Rafki sedang kesal atau terpaksa.

Namun dia bernapas lega .
"Iya,dan terima kasih" katanya terbata bata.

Pernikahan kilat dan sederhana terjadi malam itu .Seorang penghulu menikahkan mereka disaksikan beberapa orang yang tidak dikenalnya.

Diana tidak tahu, bagaimana keinginan nya dapat tercapai begitu cepat. Rafki telah menuntaskannya tentu dengan uangnya.

Tidak sulit dan Diana bernapas lega .
Diana tidak peduli dengan surat atau legalitasnya, namun ia tahu bahwa sesuatu itu ia sudah resmi dan menjadi syarat untuk suami istri. Supirnya yang cekatan, Fahmi telh4mr menyelesaikannya meski ia tidak ikut

***

Rafki membimbingnya di tempat tidur .


Ia lega dapat menjadi istri Rafki dan dia berjanji akan menunaikan kewajibannya melayani sang pelindung.

Kegugupan yang wajar saja sebagai pengantin baru tiba tiba saja ada lelaki disampingnya

Tapi Rafki menunaikan tugasnya dengan baik.Ia merasa perih tetapi juga bahagia .
Untuk pertama kalinya ia mendapat orgasme pertamanya .

Dan untuk selanjutnya,
Rafki memang tidak menuntut , tidak membuat janji setiap hari, tapi Diana selalu dalam ketegangan, karena kekasihnya bisa menuntut pemenuhan syarat kontrak kapan saja.

Selama bertahun tahun , gadis itu terbiasa dengan perhatian pria yang tersenyum menggoda.Namun sekarang dia menerimanya dengan tangan terbuka untuk sesuatu alasan.

Kini sudah beberapa kali mereka memadu cinta di hotel itu.

Diana tersenyum entah itu senyum kebahagiaan sejati atau ia telah melewatkan hal yang paling sulit dalam hidupnya. Hanya dia yang tahu.

Air mata mengalir deras dari mata Diana.

"Engkau menangis ..? kata Rafki.

"Hanya sedikit, karena aku bahagia.." Diana sedikit berbohong.

Rafki menciumnya dan kelembaban di bibir Rafki tidak bertanya lagi tentang alasan air mata itu.

Dia tidak tahu , pusaran emosi berkecamuk di dalam diri Diana dan meledak dari dalam.

Rafki bergerak tanpa henti, membelai tubuh Diana. menyentuhku, menciumnya berulang kali

Dia melakukan semua ini dengan lembut, menyalakan api di dalam dada Diana.


Jari-jarinya kusut di rambut Diana . Melayang dari bibir yang diucapkan seolah-olah dalam doa.

"Aku mencintaimu, Anna " desah Rafki. Diana diam, ia mengingat sesuatu.Kata yang paling sering diucapkan Rafki.

Beberapa kali dihotel, Diana sudah hafal dengan sifat Rafki. Ia tidak canggung lagi kalau meminta sesuatu.

"Aku tidak ingin lagi dihotel ini"

Rafki menatapnya, memperhatikan ucapan Diana.

" Aku merasa risih,jika aku datang setiap kali kesini, tidakkah kau merasa? Orang orang menatap kita, meski hotel ini ramai dan tak ada yang peduli.."

"Baiklah, di hotel lain dimana Kamu mau "
" Di Apartemen aku saja, kita akan mtlewatinya disana "

Rafki berpikir sejenak.

" Baiklah, di apartemen kamu, jika engkau merasa itu lebih aman.."

" Tentu saja aman , kita sudah menikah, .."

" Jika keluarga atau kenalan kamu tahu ?"

" Aku akan membatasi diri.." jawab Diana.

Usul yang cukup bagus. Rafki setuju.
Diana berpikir  ,1 tahun, 2 tahun dan untuk 6 tahun tidak ada masalah sampai dia mandiri dan memiliki Apartemen dan tabungan cukup untuk menjamin hidupnya.

Rafki berpakaian dan pergi meninggalkan Diana.Diana juga bergerak untuk pulang ke Apartemennya. 

Melintasi lapangan ke tempat memarkir mobilnya.Diana pergi ke mall untuk memanjakan diri .

Ia membeli beberapa keperluannya sebelum pulang ke Apartemen .

bersambung, 4


Chapter 3

Hari yang mendebarkan bagi Diana, namun semuanya berlalu bersama waktu .Rafki menurutkan keinginannya dan.dia resmi menjadi istri meski nikah siri .

Hari hari selanjutnya , Diana berharap dapat menjalankan hidupnya. Rafki menyatakan cinta .



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA