21.Natuna ; Dua Hati
Versi 1 Dua Hati
Ia mendengar lelaki melayu itu masuk dan pastinya melihat Nazarev dan Ednikova.
Lelaki melayu itu keluar dan tidak mau mengganggu membiarkan pemandangan itu berlalu didepan matanya.
Ia meneruskan berjaga jaga.Tun Awang berpikir. Namun ia mendengar sesuatu dan pintu itu terbuka.
Ia melihat Sheyna keluar dan menatapnya.
"Mengapa kamu keluar?" Tanya Tun Awang.
"Aku ingin duduk diluar," bisik Sheyna lirih.
"Apakah kita aman disini?" tanya Sheyna begitu dia duduk didekat Awang.
"Sejauh ini aman, pemuda melayu berjaga jaga di pintu kampung. Ada banyak kentongan, jika salah satu kentongan berbunyi akan diikuti kentongan lain."
"Tak ada bunyi kentongan sampai selarut ini."
"Berarti aman," ujar Tun Awang.
"Hujan deras sekali, dan udaranya dingin." Sheyna menaikan bahunya merasakan dinginnya malam.
Ia duduk dalam gelap, disamping Tun Awang. Tak ada suatupun yang tampak jelas dikeremangan malam.
Matanya bercahaya. Lelaki itu melihat hidung bangir, kulit putih dan mata yang indah Sheyna.
Sheyna selalu berpakaian seksi. Beda dengan Ednikova yang berpenampilan sederhana.
Pikiran lelaki itu mulai gelisah, begitu juga Sheyna, dalam kegelapan ia melihat lelaki itu juga kedinginan dalam cahaya malam.
Sheyna mendekati lelaki itu mencoba membetulkan kancing baju melayu Tun Awang yang terbuka. Hanya ada dua kancing di baju itu dan ringkas. Lelaki itu merasakan hawa panas dari tubuh Sheyna ketika mendekat.
Entah siapa yang memulai, kedua bibir mereka pelan pelan bertemu.
Ciuman yang lembut, Sheyna tidak tahan lagi untuk mencium bibir lelaki itu.
Insan berlainan jenis dan kebangsaan itu telah berciuman dengan lama. Sheyna memegang erat erat lelaki itu dan tidak mau melepaskan bibirnya.
Mereka tanpa sadar melakukan hubungan seperti suami istri malam itu.
Malam sudah makin lama larut, namun hujan masih membasahi bumi. Lampu kecil diujung kamar didalam rumah telah lama padam.
***
Tun Awang terbangun pagi itu, cahaya subuh mulai membayang. Ia melihat gadis disebelahnya masih tertidur.
Awang tidak berani membangunkan. Ia diam saja dan telah sejak tadi mengenakan pakaian. Di sekelilingnya gelap, namun gadis itu juga telah bergerak.
Ia menatap sekelilingnya, dalam keremangan malam gadis itu membetulkan pakaiannya satu persatu. Sebelum pergi ia sempatkan diri untuk mencium pipi Awang.
Ia pergi, masuk kedalam ruangan dan melihat Ednovokia dan Nazarev yang masih bersatu dalam selimut.
Gadis itu kembali berbaring untuk tidur kembali.
Melewatkan pagi.
Tun Awang masih berpikir, apa yang terjadi semalam. Itu adalah pengalaman pertamanya. Ia masih perjaka ketika Sheyna mengambilnya malam itu.
Suatu perbuatan yang tercela dalam kehidupan orang melayu. Apakah dia menyesalinya?
Melakukan hubungan suami istri secara tidak sah adalah perbuatan salah. Kalau orang kampung mengetahuinya, mereka bisa dihukum. Tun Awang harus bertanggung jawab.
Tun Awang memeriksa dirinya, kekawatiran menyelimuti lelaki itu. Apakah dia telah berhubungan dengan seorang gadis? Namun ia tidak menemukan apa apa. Tak ada perdarahan atau apapun dari gadis itu. Tun Awang mulai kecewa, tapi juga senang. Karena ia tidak merusak seorang perawan.
***
Ednikova ketika bangun pagi langsung berteriak membangunkan Sheyna.
"Ayo', kita mandi." Malas sekali Sheyna bangun, namun ia memaksakan diri. Pergi ke luar lelaki melayu itu tidak ada ditempatnya.
Tun Awang telah lebih dahulu mandi dan pergi entah kemana.
"Mandi disumur, menimba air dan mengguyur badannya sudah menjadi suatu kebiasan yang harus dilakukannya. Kebiasaan melayu yang asing, tapi telah dijalaninya.
"Kau keluar malam tadi," kata Ednovokia tertawa.
"Aku malas melihat kamu, berisik." Sheyna menyalahkan gadis itu.
"Melihat apa?" membalas Ednovokia.
"Kamu dengan Nazarev," ujarnya dengan senyum meledek.
"Kamu juga." Ednovokia tak kalah sengit membalasnya pula.
"Apa?"
"Kami mengintip kamu, jadi kita impaskan?"
"Apanya yang impas?" wajah Sheyna bersemu merah.
Ednovokia terus berkata membuka rahasia Sheyna.
"Lebih asyik melihat kamu." Kata Ednovokia membuat mata Sheyna membesar.
"Kamu mengintip? Itu hobby jelek, mesum." Sheyna memperlihatkan wajah cemberut.
Ia betul betul tidak tahu, kembali ia membayangkan malam itu dengan lelaki melayu Natuna itu dan ada yang mengintipnya.
"Hanya sedikit, Nazarev menarikku."
"Nazarev juga mengintip?" Sheyna makin cemberut.
Ednovokia mengikik, seakan akan ia melihat hal yang lucu semalam.
"Sedikit, mungkin yang paling hot, karena ia setelah itu', sangat bergairah menarikku."
"Mesum, kalian berdua mesum." Sheyna menunjuk nunjuk wajah Ednovokia dengan kedua tangan yang teracung. Ednovokia terus tertawa, menangkis tangan Sheyna yang terlalu dekat kemukanya.
"Awas kau, aku akan membalasnya."
"Kau akan mengintip kami juga?"
Sheyna tidak menjawab, kecuali menyemburkan air dari gayung air ditangannya membasahi badan Ednovokia yang pakai kain basahan.
Nazarev menunggu mereka mandi, melihat kedua gadis itu dari jendela.
Kain yang melekat di tubuh mereka, mencetak badan gadis itu.
Mandi ditempat seperti itu pastinya tidak nyaman. Mereka biasanya mandi diruangan tertutup dengan bebas dan mengguyur badan di shower.
Namun sangat senang melihat mereka tertawa. Dapat melupakan sejenak, kepedihan mereka melarikan diri dari tentara Jepang. Apa jadinya kalau mereka tertangkap nanti.
"Ia masih mendengar ketawa kedua gadis itu sebelum sampai dipintu. Tentu saja ia tidak tahu apa yang mereka tertawakan.
Kedua gadis itu menyelesaikan mandinya, memakai pakaian ganti dan baru masuk kerumah. Mereka berpapasan dengan Nazarev yang turun.
Nazarev melihat tubuh Sheyna yang berisi dan padat dan Ednikova yang agak kurus langsing. Mereka berdua memiliki pesona tersendiri. Jadi Nazarev tersenyum menyapa.
Nazarev suka melihat gadis yang agresif seperti Sheyna. Ednikova adalah gadis yang terlalu banyak berpikir dan melamun. Dia selalu yang memulai. Susah sekali mendapat cintanya. Namun malam tadi ia telah memperolehnya. Terasa sebagai bonus setelah lama menunggu.
Gadis itu memang perlu diberi hiburan. Terlalu banyak bekerja membuat hati bisa tumpul. Nazarev telah melunturkan perasaannya.
Senyummya itu membuat Sheyna salah tingkah. Apakah benar mereka mengintip mereka semalam?
Tapi kemudian Sheyna tidak peduli, seharusnya mereka memikirkan nasib mereka setelah ini. Apa.yang dilakukan Jepang kalau. menemukan mereka?
Tentara pendudukan selalu bersikap brutal kepada gadis gadis. Mereka bisa saja memperkosa secara bergiliran. Tentara yang kehausan di medan perang berbulan bulan tidak ketemu istri.
Mereka melampiaskan kepada para wanita yang tidak berdaya didaerah pendudukan.
Bisa jadi mereka dikumpulkan menjadi budak pemuasan nafsu.
Memikirkan itu, Sheyna bergidik. Ia senang berfantasi tentang seks yang menyenangkan bersama pacar. Kadang kadang juga bermimpi yang membuat aliran darahnya bergelora dengan lelaki yang kemudian menggaulinya ketika dia mau.
Tapi bagaimana kalau semuanya itu dengan kekerasan? Pasti menyakitkan. Tak ada perempuan yang menyukai itu.
Ia tidak menyangka dirinya akan terjebak dalam tragedi seperti ini dan berharap tidak terjadi hal hal buruk.
Ia bersama Anna Nikolaevna adalah wanita yang ingin menjadi pelaut. Alangkah kerennya', jika sudah dapat melihat negeri yang jauh. Kota kota daerah tropis yang eksotik.
Tapi sekarang Sheyna Berdankova mulai memikirkan negerinya. Semua yang telah ditinggalkan.
Ia rindu untuk pulang. Dalam bayangan yang sedih dan keindahan negeri dan kota Vladovostok, Rusia.
VERSI 2 (tidak lolos review)
21.Bercinta
Ia mendengar lelaki melayu itu masuk dan pastinya melihat kedua insan yang sedang dalam gairah.
Lelaki melayu itu keluar dan tidak mau mengganggu membiarkan pemandangan itu berlalu didepan matanya.
Ia meneruskan berjaga jaga.Tun Awang berpikir. Namun ia mendengar sesuatu dan pintu itu terbuka.
Ia melihat Sheyna keluar dan menatapnya.
"Mengapa kamu keluar?" Tanya Tun Awang.
"Aku ingin duduk diluar," bisik Sheyna lirih.
"Apakah kita aman disini?" tanya Sheyna begitu dia duduk didekat Awang.
"Sejauh ini aman, pemuda melayu berjaga jaga di pintu kampung. Ada banyak kentongan, jika salah satu kentongan berbunyi akan diikuti kentongan lain."
"Tak ada bunyi kentongan sampai selarut ini."
"Berarti aman," ujar Tun Awang.
"Hujan deras sekali, dan udaranya dingin." Sheyna menaikan bahunya merasakan dinginnya malam.
Ia duduk dalam gelap, disamping Tun Awang. Tak ada suatupun yang tampak jelas dikeremangan malam.
Matanya bercahaya. Lelaki itu melihat hidung bangir, kulit putih dan dada yang indah. Sheyna selalu berpakaian seksi. Beda dengan Ednikova yang berpenampilan sederhana.
Pikiran lelaki itu bergolak melihat Sheyna. Begitu juga Sheyna, dalam kegelapan ia melihat lelaki itu juga kedinginan dalam cahaya malam.
Sheyna mendekati lelaki itu mencoba membetulkan kancing baju melayu Tun Awang yang terbuka. Hanya ada dua kancing di baju itu dan ringkas. Lelaki itu merasakan hawa panas dari tubuh Sheyna ketika mendekat.
Entah siapa yang memulai, kedua bibir mereka pelan pelan bertemu.
Ciuman yang lembut, Sheyna tidak tahan lagi untuk mencium bibir lelaki itu. Ia lebih dulu melakukannya.
Insan berlainan jenis dan kebangsaan itu telah berciuman dengan lama. Gadis itu bermain dalam ciuman. Sheyna memegang erat erat lelaki itu dan tidak mau melepaskan bibirnya.
Sheyna ingin menyerahkan diri. Dia ingin Tun Awang membuka dan mempreteli bajunya untuk melihat dirinya tanpa apa apa.
Tetapi lelaki itu terlalu malu untuk membuka kancing baju Sheyna sementara dia sudah tidak sabaran.
Sheyna meminta dalam binar matanya', lelaki melayu itu tidak juga mengerti apa yang diinginkannya.
Sheyna sendiri yang membukanya dan ketika branya terlepas', ia membenamkan kepala lelaki itu merengkuhnya.
Tidak butuh terlalu lama menunggu ketika lelaki melayu itu bermain dengan dirinya. Sheyna terbawa dalam dinginnya malam.
Terlalu pelan bagi gadis itu dan gadis itu merengkuhnya kuat kuat sampai Sheyna terengah engah sendiri.
Ia melepaskan gaunnya sehingga ia betul betul tanpa busana.
Gadis itu tidak sabaran meraih pinggang lelaki itu. Membuka bajunya, melepas celananya dan sangat senang menatap lelaki itu sudah polos.
Sheyna sudah lama basah, meski begitu tidak mudah untuk lelaki itu menembusnya.
Sasarannya selalu meleset. Namun menimbulkan sensasi dalam diri gadis Rusia. Ia menuntunnya, lelaki melayu itu yang selalu ragu untuk menjebol pertahanannya.
Sheyna mengambil kendali, dan meminta Tun Awang untuk melakukan lebih dan memainkannya dengan mata Sheyna yang berbinar binar.
Lelaki melayu itu akhirnya dengan berat hati melakukannya dengan lunak, tapi membuat Sheyna menggeliat mengangkat pinggulnya dengan gerakan perlahan lahan.
Gadis itu menginginkan yang dalam sampai mereka berdua kelelahan dan tertidur begitu saja.
Malam sudah makin larut, namun hujan masih membasahi bumi. Lampu kecil diujung kamar didalam rumah telah lama padam.
***
Tun Awang terbangun pagi itu, cahaya subuh mulai membayang. Ia melihat gadis disebelahnya masih tertidur.
Awang tidak berani membangunkan. Ia diam saja dan telah sejak tadi ia telah mengenakan pakaian. Ia menutupi bagian tubuh gadis itu yang terbuka. Di sekelilingnya gelap, namun gadis kemudian juga telah bangun.
Ia menatap sekelilingnya, dalam keremangan malam gadis itu membetulkan pakaiannya satu persatu. Sebelum pergi ia sempatkan diri untuk mencium pipi Awang.
Ia pergi, masuk kedalam ruangan dan melihat Ednovokia dan Nazarev yang masih bersatu dalam selimut.
Gadis itu kembali berbaring untuk tidur kembali.
Melewatkan pagi.
Tun Awang masih berpikir, apa yang terjadi semalam. Itu adalah pengalaman pertamanya. Ia masih perjaka ketika Sheyna mengambilnya malam itu. Suatu perbuatan yang tercela dalam kehidupan orang melayu.
Melakukan hubungan suami istri secara tidak sah. Kalau orang kampung mengetahuinya, mereka bisa dihukum. Tun Awang harus bertanggung jawab.
Tun Awang memeriksa dirinya, kekawatiran menyelimuti lelaki itu. Apakah dia telah berhubungan dengan seorang gadis? Namun ia tidak menemukan apa apa. Tak ada perdarahan atau apapun dari gadis itu. Tun Awang mulai kecewa, tapi juga senang. Karena ia tidak merusak seorang perawan..
***
Ednikova ketika bangun pagi langsung berteriak membangunkan Sheyna.
"Ayo', kita mandi." Malas sekali Sheyna bangun, namun ia memaksakan diri. Pergi ke luar lelaki melayu itu tidak ada ditempatnya.
Tun Awang telah lebih dahulu mandi dan pergi entah kemana.
"Mandi disumur, menimba air dan mengguyurnya sudah menjadi suatu kebiasan yang harus dilakukannya. Kebiasaan melayu yang asing, tapi telah dijalaninya.
"Kau keluar malam tadi," kata Ednovokia tertawa.
"Aku malas melihat kamu, berisik." Sheyna menyalahkan gadis itu.
"Melihat apa?" membalas Ednovokia.
"Kamu dengan Nazarev," ujarnya dengan senyum meledek.
"Kamu juga." Ednovokia tak kalah sengit membalasnya pula.
"Apa?"
"Kami mengintip kamu, jadi kita impaskan?"
"Apanya yang impas?" wajah Sheyna bersemu merah.
Ednovokia terus berkata membuka rahasia Sheyna.
"Lebih asyik melihat kamu." Kata Ednovokia membuat mata Sheyna membesar.
"Kamu mengintip? Itu hobby jelek, mesum." Sheyna memperlihatkan wajah cemberut.
Ia betul betul tidak tahu, kembali ia membayangkan mslsm itu dengan lelaki melayu Natuna itu dan ada yang mengintipnya.
"Hanya sedikit, Nazarev menarikku."
"Nazarev juga mengintip?" Sheyna makin cemberut.
Ednovokia mengikik, seakan akan ia melihat hal yang lucu semalam.
"Sedikit, mungkin yang paling hot, karena ia setelah itu', sangat bergairah menarikku."
"Mesum, kalian berdua mesum." Sheyna menunjuk nunjuk wajah Ednovokia dengan kedua tangan yang teracung. Ednovokia terus tertawa.
"Awas kau, aku akan membalasnya."
"Kau akan mengintip kami juga?"
Sheyna tidak menjawab, kecuali menyemburkan air dari gayung air ditangannya membasahi badan Ednovokia yang pakai kain basahan.
Nazarev menunggu mereka mandi, melihat kedua gadis itu dari jendela.
Kain yang melekat di tubuh mereka, mencetak badan gadis itu.
Mandi ditempat seperti itu pastinya tidak nyaman. Mereka biasanya mandi diruangan tertutup dengan bebas dan mengguyur badan di shower.
Namun sangat senang melihat mereka tertawa. Dapat melupakan sejenak, kepedihan mereka melarikan diri dari tentara Jepang.
Kedua gadis itu menyelesaikan mandinya, memakai pakaian ganti dan baru masuk kerumah.
Nazarev melihat tubuh Sheyna yang berisi dan montok, dan Ednikova yang agak kurus langsing. Mereka berdua memiliki pesona tersendiri. Jadi Nazarev tersenyum menyapa.
Nazarev suka melihat gadis yang agresif seperti Sheyna. Ednikova adalah gadis yang terlalu banyak berpikir dan melamun. Dia selalu yang memulai. Susah sekali mendapat cintanya. Namun malam tadi ia telah memperolehnya. Gadis itu memang perlu diberi hiburan. Terlalu banyak bekerja membuat hati bisa tumpul. Nazarev telah melunturkan perasaannya.
Senyummya itu membuat Sheyna salah tingkah. Apakah benar mereka mengintip mereka semalam?
Tapi kemudian Sheyna tidak peduli, seharusnya mereka memikirkan nasib mereka setelah ini. Apa.yang dilakukan Jepang kalau. menemukan mereka?
Komentar
Posting Komentar