24. Natuna: Trauma Pelaut

Flash back

Api besar dan kapal seperti bara api. Perintah terakhir Kapten Demidov segera terdengar:

"Semuanya, menyelanatkan diri,  tinggalkan kapal!. Turunkan kelaut, sekoci semuanya yang masih tersisa." terdengar perintah Kapten Demidov dan Budarin.

Namun banyak sekoci tidak pada tempatnya. Sudah terbakar dan hancur juga. Hanya beberapa yang bisa dipakai. Para pelaut juga harus menghindari tembakan dari pesawat tempur Jepang.

Baidakov dan Drut, bersama dengan para pelautnya berhasil  menurunkan sebuah perahu menempatkan empat orang yang terluka di dalamnya. 

"Cepat lompat ke perahu! Kelaut."

Tapi begitu orang melompat ke dalamnya, ledakan besar terdengar lagi. Ini terjadi didekat perahu mereka.

Perahu itu jatuh ke air dan terbalik, membuat semuanya terlontar. Ada yang tewas menjadi potongan dan tenggelam. Semua  yang di dalamnya terpencar entah kemana. 

Adrianov tanpa kehilangan ketenangannya, meski luka dia mendayung perahu. Riak air besar memnalikan perahunya. Perahu  lelaki itu terbalik. Ia tenggelam di lautan.

Asap dilaut, dari kapal dan tidak ada yang bisa dihirup. Para pelaut mulai tersedak, kekuatan semuanya  melemah. 

Sebuah pikiran melintas di kepala semua orang.

 "Apakah ini  kematian? Semuanya akan berakhir disini'''? Ini adalah akhir hidup kita?"

Pada saat ini, seseorang  menyelamatkan pelaut lain. Dekat Andrianov. Dengan kuat meraih orang yang tenggelam. 

Andrianov yang terluka juga tenggelam pada sekoci yang terbalik. Namun dengan mengumpulkan kekuatan terakhir. Andrianov melesat dan sedetik berikutnya dia muncul ke permukaan air, enam meter dari perahu penyelamat dan sedikit lebih dekat ke sisi kapal yang tenggelam. Ia diselamatkan dan diangkat kesekoci oleh teman temannya.

Anna Nikolaevna meloncat keair, dia seorang perenang yang andal di sekolah menengah  sekarang  menggelepar di dalam air dengan seprai yang dipegang di satu tangan. Seprai untuk perban bagi mereka yang terluka.

Sebenarnya dia terluka parah, mamun secara menakjubkan dia berhasil selamat dengan berenang ke sekoci terdekat.

Pesawat-pesawat belum berhenti beraksi, namun asap menghalangi pandangan mereka ke pelaut. 

Jadi mereka menjauhkan bom saja  yang menaikkan kolom air yang mencuat  tinggi.  Kepulan asap kuning, semburan api, angin panas,  percikan air dari tembakan peluru semuanya bercampur menjadi satu.

Peralatan stasiun radio benar-benar rusak. Dinding ruang kemudi hancur, mereka yang  terlempar dan yang masih bisa berenang mencari apa yang bisa dipegang untuk menyelamat kan diri.

Kapten Demidov dan Budarin yang terakhir  berdiri di sayap kanan kapal diatas kapal yang terbakar.

Plisko yang gelisah berlari ke arah mereka:

'"Kamerad Kapten! Komunikasi terputus, seluruh pesan radio tidak dapat dikirim."

"Pergi selamatkan dirimu. Cepat turun ke sekoci," perintah Kapten Demidov.

Perintah kapten tegas dan menambahkan: 

"Kapal akan tenggelam. Tinggalkan kapal. Jangan tunggu apa apa lagi."

“Nikolai Fyodorovich,” Budarin  memanggil Plisko, 

“Bukankah ada pemancar darurat?:

"Tidak ada, semuanya sudah hancur!"

Budarin segera memberi tindakan komando meneruskan perintah Kapten Demidov.

"Pergilah menyelamatkan diri, lari dan kapal sejauh mungkin. Kapal akan tenggelam beberapa menit lagi. Lari atau semuanya akan terlambat!"

"Cepat Nikolai ! Apa yang kamu tunggu. Tinggalkan, selamatkan diri kamu!"

Pesawat 'tempur Jepang terdengar meraung raung.

Seolah olah belum cukup dengan kerusakan luar biasa itu  beberapa ledakan besar mereka buat lagi.

Mekanik kedua Zakhov melompat kelaut. Para pelaut lain berloncatan.

Semua suara kepanikan, teriakan, aba aba  tenggelam dalam deru, dengung dan  ledakan.

Sebuah bom langsung masuk ke bunker batu bara. Awan debu hitam membubung ke udara, dan besi yang terkoyak terbang dengan teriakan menggelegar.


Bakhirev melihat Stepan  Baranov berlari,  tubuhnya  hitam dengan debu batu bara, tetapi menit berikutnya dia jatuh. Tewas dan mati dengan luka bakar.

Nazarev dan Bakhirev berlari dan bergegas mencari yang  terluka diseluruh penjuru kapal yang dapat dicapainya.

Mencari apakah masih ada yang tertinggal dan butuh pertolongan. 

Tak ada lagi, dicengkeram oleh rasa takut yang tak dapat dilukiskan Bakhirev dan Nazarev melompat ke laut dari ketinggian.

 Semula dia berpikir untuk turun tangga, karena terlalu tinggi dan jauh untuk melompat.

Tetapi tangga itu tidak ada, sudah rusak dan patah

Ketika kesadarannya datang, ia berenang dan muncul di permukaan air. Teman temannya mengangkatnya, menyeretnya ke dalam sekoci atau bot.

Kemudian terdengar retakan yang memekakkan telinga di kapal dagang Perekopa.

Kapal  itu terhuyung-huyung dengan tajam dan dengan pelan tenggelam. Semakin cepat tenggelam ke dalam air dengan menyisakan semburan air raksasa keatas.

Sekarang kapal itu tidak ada.Lenyap kedasar  samudera. Semua pelaut memandang dengan sedih. Sedih dan ngeri. Pasti ada temannya disana. Tapi kini lenyap.

Pesawat-pesawat terus berputar-putar dan berputar-putar di atas kapal yang sekarat, sebelum pergi. Pesawat tempur itu secara serentak meninggalkan mereka yang terapung apung dilaut.


Kapten melihat bagaimana petugas pemadam kebakaran Agarkov  hilang setelah tertembak dilaut.

Sekoci yang mengapung, dekat kapten mereka berenang didekatnya.

Kapten hampir hampir  tidak bisa naik,  dan Budarin membantunya mengangkat keatas sekoci.

Ada lagi beberapa orang  yang cuma memegang papan dan pelampung seadanya.

Setelah beberapa saat, semuanya dapat  berkumpul dalam beberapa perahu.

Kapten Demidov memerintahkan untuk membuang air dari perahu, agar tidak tenggelam.

Seseorang sedang  berenang dan setelah melihat lebih dekat, dia menyadari bahwa yang berenang itu adalah Anna Nikolaevna.


Anna Nikolaevna berenang ke sekoci  dan kedua kaki Anna Nikolaevna patah. Dia segera dibantu Sheyna dan gadis itu terisak; tidak tahu mengapa dia.masih kuat berenang.

"Stepan Agarkov yang saya tolong tidak dapat saya selamatkan, mati tertembak dan tenggelam. Burdoyan juga tewas. Burdoyan adalah anak remaja,  mungkin berusia enam belas atau tujuh belas tahun." Kenang mereka dengan sedih. 

Semua orang  mulai berbicara, mengingat di mana dan siapa yang terakhir mereka lihat. Siapa yang selamat dan  meninggal atau tidak muncul lagi.

Kapten memerintahkan para pendayung perahu,  dan dengan hati-hati memeriksa sekali lagi di sekitarnya.

Jika masih ada orang lain di air, untuk diselamatkan. 

Mereka  menemukan  Sukhonos yang  masih terapung dengan lemahnya.

Menemukan beberapa jaket pelampung dan seprai yang mereka temukan, membawanya  ke dalam perahu.

Budarin, terlihat berenang dan  bergegas  menjauh dari kapal.

Ia naik ke perahu.Baidakov dan Zverev telah memeriksa semuanya  dan tidak menemukan seorangpun lagi yang terapung di air.

Ternyata setelah semua pencarian,  lima dari kapal penyelamat sekoci dibom dan  peluru melubangi perahu penyelamat.

Semua korban selamat ditampung di dua perahu. Yang terluka dipindahkan ke perahu yang lebih luas.

Mereka terus mendayung sekoci dengan diam. Dayung memercik air dan malam tiba dengan cepat membuat semuanya gelap. Pada pukul delapan hari  sudah sangat gelap.

Budarin dan Radchenko mendayung sepanjang waktu. Bakhirev, dan mekanik ketiga Stepan Filippovich Baranov, yang tidak mengatakan sepatah kata pun, ikut mendayung.

Kapten, yang bergerak di dalam perahu, terlihat menderita  karena ia terluka pada punggung. Mereka seperti tidak merasakannya dalam air.

Dia menghela nafas berat, merasakan sakit yang tajam di punggungnya dari luka.

"Kita akan menghabiskan malam ini di laut. Cuacanya cukup  bagus." Ia menguatkan diri memberi semangat.

"Perahu, meski terkena peluru dan pecahan peluru, akan bertahan. Kita akan pergi ke pulau terdekat. Kalau ada yang bisa, tidur, istirahat, dan bergantian." Sambungnya lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA