2 Good Novels: Kesepakatan
Entah dimana dia tahu tentang aku.
Penampilan lelaki itu biasa saja, aku tidak yakin dia bisa membantuku.
Namun rasa penasaran membuat aku bertanya lagi.
"Bapak siapa? Apakah bapak menawarkan pekerjaan?" Aku langsung saja bertanya.
Dia agak gelagapan.
"Aku orang kecil," katanya pula.
"Hanya seorang sopir. Sopir dari seorang Bos perusahaan besar."
Pembicaraannya yang terakhir itu menarik hatiku.
"Dia melihat anda, dan dia sangat tertarik kepada anda."
"Dimanakah dia melihatku.".Tanyaku tidak yakin.
" Aku juga tidak tahu, mungkin nanti anda dapat berbicara dengan dia."
"Siapakah dia?"
"Bisa disebut konglomerat, atau crazy rich."
Entah bagaimana sesuatu terjadi dan aku ingin mengenalnya. Kalau lelaki itu tidak bohong. Aku sedang putus asa.
Tanpa sentimentalitas yang tidak perlu, lelaki itu menawarkan diriku untuk menjadi wanita simpanan - secara langsung, tanpa keributan.
Selain itu, lelaki bos itu juga berjanji untuk mengatur tempat di mana dia bisa menghasilkan uang dari hal-hal kecil dalam hidup.
Aku itu tidak percaya bahwa ini terjadi padaku. Banyak yang mengatakan bahwa aku cantik dan seksi, tetapi aku menganggap sebutan itu bisa jadi lebih merugikan daripada keuntungan bagiku.
Tidak ada yang mau melihat ke balik layar itu. Orang-orang di sekitar tidak memerhatikan bahwa selain penampilannya yang menarik, aku juga memiliki kualitas lain. Aku merasa bahwa aku bisa jadi profesional dalam bekerja.
Aku penuh dengan cita-cita . Menjadi sekretaris, atau pekerja kantoran, punya perusahaan sendiri dan meiliki suami yang tampan dan kaya.Itu adalah cita citaku.
Sebelumnya sewaktu bekerja,.
sebagai asisten junior membuat meja kerjanya penuh tumpukan kertas. Bertumpuk di meja kerja dan sebagian dibawa pulang menyampah ditempat tidur'ku.
Tapi sekarang tidak lagi, kalau aku cocok, aku akan menjadi istri simpanan disebuah pemilik kerajaan bisnis besar.
Dengan cermat aku memeriksa pria di usia lima puluh tahun untuk pertama kalinya.Tidak jelek juga, perutnya tidak gendut atau gemuk yang berlebih lebihan.
Mungkin diwaktu mudanya dia adalah lelaki ganteng dan sisa sisa kegantengan itu masih ada disana.
Rambut lelaki itu disisir belah dua, dengan sorot mata yang tajam.
Pertama kali aku bertatapan, pandangan lelaki itu seperti menembus tubuhku. Aku gemetaran. Aku teringat guru pembimbingku, tapi lelaki setengah baya itu menampilkan lebih.
Ada perasaan menyenangkan menatap lelaki itu, guru pembimbingku dulu menimbulkan rasa takut.
Meski ia bukan pangeran impian, karena umurnya sudah tua untuk menjadi pangeran.
Pastinya seumur ayahku kalau masih hidup. Aku memang tidak mengenal ayahku yang telah meninggal dunia ketika aku berumur 7 tahun.
"Terima kasih sudah datang." Lelaki yang menungguku di restoran tempat janji temu itu bersuara. Sopir lelaki yang memperkenalkan aku duduk dikejauhan.
"Kamu bisa memikirkannya lagi, aku sudah tua iya?" Suara lelaki itu seperti mengetahui apa yang aku pikirkannya.
Aku gugup untuk menjawabnya.
"A..aku."
Lelaki baya itu tersenyum kebapakan. Aku suka itu. Kehilangan orang tua sejak kecil, jadi aku merindukan sosok seorang ayah.
Tapi ini bukan ayah, meski dia bisa jadi figur ayah sejati, ini adalah suamiku yang akan kulayani selama 6 tahun. Itulah perjanjiannya .
"Aku butuh jaminan," bisikku
Betapa menyedihkan seolah olah aku membicarakan bisnis.
"Saya telah menyiapkan kontrak." Lelaki paruh baya itu menanggapi dengan seketika.
"Saya Rafki, cukup itu saja yang kamu tahu" Lelaki baya itu bertegas tegas.
* * *
Pindah ke apartemen baru berlangsung pada hari hari berikutnya.
Dengan jumlah barang yang kumiliki, penataan tempat memakan waktu sekitar dua jam, karena semua furnitur yang diperlukan ada di kamar, dan peralatan rumah tangga di dapur lengkap sudah.
Dato Raf lelaki itu mampir untuk menemuiku siang itu. Dia baru saja membuka pintu dengan kunci yang dibawanya.
Namun dia tidak menggangguku. Dia hanya ingin memastikan aku sudah pindah dan senang dengan apartemen di lantai 7 dengan 2 kamar yang tersisa.
Aku menyadari bahwa aku akan menjalani hidup baru. Aku merasa sudah dewasa karena teman sebayaku banyak yang sudah berkeluarga dan punya anak.
Aku juga tidak dapat mengandalkan kesendirian total sepanjang hidupku. Karena itu aku harus memilih.
Setelah menanda tangani perjanjian,
pria baya ini bisa muncul di sini kapan pun dia mau untuk bersamaku
Aku gugup bahwa, lelaki itu akan segera mulai menuntut pemenuhan persyaratan kesepakatan, yang akan aku selesaikan.
Pengacara kekasih baruku langsung masuk ke dalam mobil, di mana dia dan Dato Raf sampai ke kantor hukum, dan menyerahkan didepan kepadaku kertas yang sudah disiapkan untuk kuperiksa.
Aku hampir tidak bisa membaca teks itu, karena huruf-huruf itu terasa melompat ke depan mataku karena emosi yang bergejolak di dadaku.
Kesepakatan sekitar enam tahun "kerja sama" perkawinan dengan kemungkinan perpanjangan kontrak.
Aku hanya bisa bangga dengan kenyataan bahwa tanganku tidak gemetar pada saat itu.
Namun, saat Dato Raf muncul di hadapanku dengan dasi dan senyum, aku mulai gugup.
Dari kantor Notaris, dia tidak tahu harus berkata apa kepada pria itu.
Dato Raf berjalan lewat, melihat ke setiap sudut apartemen dua kamar, lalu duduk di sofa yang nyaman di apartemen yang diberikan untukku.
"Sekarang mari kita sepakati hal-hal kecil. Anda tidak perlu memasak untuk saya. Saya lebih suka restoran. Orang yang disewa khusus untuk anda akan membersihkan disini seminggu sekali. Anda bisa mencuci sendiri, atau membawa barang-barang Anda ke laundry."
Aku sedikit tersipu, teringat bahwa dengan baju satin indah yang tergantung di furnitur aku hanya bisa memimpikan kemewahan.
Sambil menarik kaus lama di atas lututku, Aku mengangguk.
" Baik. Bagaimana dengan pekerjaan?"
"Besok kamu akan pergi ke alamat ini.'" Dato Raf memberiku kartu nama. Mereka sudah menunggumu di sana. Semoga Anda bisa mengetahuinya sendiri."
Hawa dingin menjalar di punggungku dari AC yang distel penuh. Meski dingin, aku berkeringat.
"Ini sudah dimulai! - Kita akan bertemu di hotel, tapi tidak hari ini, dua hari lagi kita akan bertemu disana " Dato Raf memberikan kartu nama hotel dan bokingan pada tanggal yang telah tertera.
"Saya tidak ingin terlalu sering di sini. Jika anda ingat, kita sebelumnya tidak saling mengenal, namun aku berharap ada terjalin kasih dan sayang. Namun meski begitu, hubungan kita harus tetap dirahasiakan untuk semua orang kecuali pengemudi. Lelaki itu berhenti sebentar .
"Supirku itu telah menjadi pendampingku selama bertahun-tahun dan akan tetap diam. Ini hampir merupakan kondisi yang paling penting. Hal lainnya, yang tidak kalah pentingnya, adalah kesetiaan. Saya tidak akan mentolerir perselingkuhan."
"Ya," desisku itu dan berdehem. Tentu saja, aku tidak punya kekasih dan tidak berencana untuk punya kekasih.
Entah bagaimana, tetapi perkataan seperti itu adalah ancaman, tetapi pilihan sudah dibuat.
"Apakah ada keinginan lain?"
Apa yang bisa dia jawab? Ini adalah pengalaman pertamaku.
"Aku seorang gadis." Aku tercekat dikerongkongan, namun terasa lepas setelah mengucapkan itu.
" Iya, anda sudah mengatakan kepada Fahmi supir saya."
Sedikit kilatan melintas di mata lelaki pelindungku. Mungkin dia akan mengatakan sesuatu, tapi tidak. Dia tidak mengatakan apa apa.
Komentar
Posting Komentar