Seorang satpam menanyakan keperluannya.
"Aku mencari seorang pegawai disini, Harry Saputra.
Satpam menunjuk nama perusahaan. Saputra Jaya Utama Corporation.
"Kamu ingin bertemu pimpinan perusahaan ini?"
Diana melihat ke sekeliling, melihat gedung itu, megah dan mentereng.
"Mungkin, anda bisa menanyakan anak itu."
Anak kecil itu dengan lancar menjawab.
Satpam mengangguk angguk dan dengan penuh hormat mengantar mereka.
"Apakah kamu sering datang ke sini? " Tanya Diana kepada anak itu
Keindahan ubin marmer, kebersihan dan kilau di sekitar kantor memenuhi mata Diana.
"Tidak, tetapi terkadang ayah membawa saya ke tempat kerja ketika di akhir pekan saya tidak punya siapa-siapa di rumah."
Seolah-olah entah dari mana, seorang pria berjas hitam muncul, didepan mereka dan melihat dengan tatapan tegas.
"Selamat siang, apa yang harus saya bantu?" Tanyanya.
Diana menjelaskan lagi tujuannya.
Satpam membawanya ke satpam lain.
Satpam kedua mengambil alih dan menanyakan lagi urusan mereka.
“Selamat siang,” Diana memulai dengan ragu-ragu, berniat untuk menceritakan kisah mereka kepada penjaga.
"Saya akan mengantarkan anak ini kepada ayahnya. "
"Siapa nama ayahnya?"
"Dia mengatakan nama ayahnya; Harry Saputra. '"
Penjaga itu nampak sangat terkejut. Ia melihat mereka.
Diana melihat anak disampingnya. Berpakaian bagus dan modis, dan dia dengan pakaian lama lebih terlihat seperti gadis miskin.
Namun satpam itu tidak bertanya lagi.
Dia bergegas mengantar dan tanpa menunggu berlari tergopoh gopoh.
Mengantar mereka berjalan melewati koridor panjang dan berhenti di lift.
Pintu terbuka, dan memasuki lift.
Pria besar itu mengarahkan jarinya ke angka "sepuluh", dan setelah setengah menit mereka sudah berdiri di aula yang luas.
Seorang wanita berpenampilan rapi berusia sekitar lima puluh tahun duduk di meja tinggi, bukan model fesyen muda.
"Bayu Syaputra, kamukah itu?"
Wanita itu tampak terkejut dan berdiri dari kursinya mengejar.
Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap bocah itu dengan mata terkejut dan segera mengalihkan pandangannya ke arah Diana. Lalu mengarahkan pandangan ke satpam.
"Tangkap wanita itu dan serahkan ke polisi, dia menculik anak itu. Sudah ada laporan sekolah dan pengasuh."
Satpam itu bingung, ia melihat kepada Diana dan wanita itu.
"Dia mengantar anak ini nyonya!' ujar Satpam.
"Kita akan periksa nanti, ayahnya sudah sibuk dua hari ini dan kita akan tahu cerita sebenarnya." Kata wanita itu.
Tentu saja Diana protes,
"Saya sudah menderita karena anak ini. Izinkan saya bercerita tentang anak ini. Atau tanyakan sendiri kepada anak itu."
"Tante, ini ibu saya membantu dan dia kecelakaan karena saya."
Ada keheningan yang terjadi. Anak kecil berbicara dengan jelas.
Diana mengangkat matanya ke wajah wanita yang tercengang itu.
"Saya datang ke sini untuk membantu. Anak ini tidak mau lepas dari saya. Sekarang saya akan memberi tahu ayah anak ini tentang kejadian di jalan. Dia harus tahu bahwa bocah itu hampir ditabrak mobil."
"Engkau gurunya?"
"Tidak, saya bukan seorang guru, tetapi saya sangat ingin Anda mengizinkan saya menemui ayah dari anak laki-laki ini untuk secara pribadi menceritakan tentang alasan yang menyebabkan saya di sini. Saya yakin itu akan menjadi informasi berharga baginya."
Wanita itu mengangkat telepon dan menghubungi ayah anak itu, menceritakan semua kata demi kata, seperti yang diminta Diana.
"Masuk, " dia menunjuk ke arah pintu.
Mereka tidak perlu menunggu pintu tetbuka, seorang lelaki muncul dengan wajah cemas.
Pria muda yang cukup tampan dan terawat.
"Ayah," bocah itu berlari melintasi kantor dan naik ke pangkuannya.
Diana dipersilahkan masuk kekantor yang luas. Ruangan itu begitu besar, terang dan indah.
Diana melihat meja kerjanya di kursi kulit di meja mahoni atau kenari.
Dia menyadari betapa kecilnya dirinya, terutama dengan latar belakang ayahnya yang agung.
Diana lupa sejenak mengapa dia datang.
Dia akan memberi tahu ayah yang lalai ini bahwa dia perlu menjaga anak-anaknya dengan lebih baik, dan bukan hanya sibuk dikantor.
"Jelaskan bagaimana kamu sampai di sini dan siapa wanita yang datang bersamamu. Apa dia berlaku baik kepadamu? Dia menculik kamu?"
Diana marah, sudah dua orang yang menuduhnya menculik.
"Anda tidak bisa menuduh tanpa memeriksa kebenarannya."
"Jadi aku serahkan putraku, dan aku pergi."
Sebelum menunggu izinnya Diana pergi secepat yang dia bisa.
"Tunggu, " Sang ayah dengan suara keras menatap Diana.
"Jangan pergi?"
Tapi Diana sudah keluar dan melihat pintu lift terbuka. Diana bergegas masuk dan lift itu turun dengan cepat.
Semuanya ternyata lebih buruk dari yang dia kira.
Seorang satpam menangkapnya dibawah. Menyuruhnya kembali.
"Biarkan aku pergi." Diana memberontak.
Tapi satpam memasukan dia ke dalam ruangan yang sedikit pengap.
"'Maaf, saya harus menahan kamu, ada telpon dari atas. "
Tidak lama wanita yang menerimanya tadi muncul. Dia mulai ramah.
" Maafkan saya, saya salah sangka dan Tuan Harry Saputra menunggu anda.!"
Tak ada lagi yang dilakukan Diana, selain masuk ke ruangan tadi.
Anak kecil itu lari ke pangkuan Diana segera dia melihatnya.
"Jangan pergi," ia menengadah seperti permohonan.
Sang ayah kini duduk didepan Diana di kursi kulit mewah kantor itu.
"Nama saya Diana Saputri." Ujarnya tanpa mempedulikan nama itu ada kemiripan dengan nama orang yang didepannya.
"Anakmu hampir ditabrak mobil, saya menyelamatkan dia, dari rumah sakit semalaman dan saya mengantar dia kesini." Ujar Diana.
"Terima kasih, anak saya telah menceritakan. Saya tidak mempersoalkan lagi. Bukalah topimu.
Diana membuka topinya. Memperlihatkan luka yang masih basah dan sedikit darah karena kepala yang terluka.
"Bagaimana bisa anak-anak dibiarkan sendiri? Semuanya bisa berakhir dengan tragedi yang mengerikan! " Kata Diana mencela dengan marah.
Lelaki tampan berpakaian mahal membiarkan Diana melepaskan kemarahannya.
Ia juga marah dituduh menculik dan diperlakukan buruk oleh satpam yang menahannya.
Setelah beberapa lama , berbicara lelaki itu mulai berbicara.
" Apakah kamu mengatakan kepada bahwa saya ayah yang buruk? " Tanyanya.
"Buruk," kata Diana.
"Anak anda hampir ditabrak mobil, mungkin laporan polisi dapat anda lihat, saya menyelamatkannya dengan resiko tertabrak."
Lelaki itu berdiam sebentar sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Maafkan saya, segera saya akan mengatakan terima kasih. Uang dan biaya anda selama di rumah sakit adalah tanggung jawab saya "
"Kamu merasa semuanya bisa diselesaikan dengan uang?"
Diana bergumam dengan bibir merapat.
"Bagaimana dengan 50 juta rupiah, saya akan membayar anda."
Angka yang menggiurkan, tapi Diana sudah marah dan tidak berpikir dengan uang.
"Saya kesini bukan untuk uang, saya hanya mengantarkan anak ini dan anda tidak perlu membayarnya."
Lelaki itu menyipitkan matanya.
'Baiklah, seratus juta rupiah."
Kali ini Diana betul betul marah, orang kaya selalu mengukur dengan uang. Untuk menyelesaikan semuanya.
"Saya sudah katakan, ini.bukan untuk uang. Simpan saja uang itu"
"Maksud kamu, tidak mau menerima uang saya?"
" Cukup terima kasih, dan janji untuk menjaga anak tampan kamu."
Lelaki itu menghela napas.
"Aku sudah menggaji pengasuh untuk anak ini. Dia datang jemput antar setiap hari, pengasuh mengatakan anak saya diculik. Segera saya mencabut laporan dan memberhentikan pengasuh yang tidak becus itu."
Komentar
Posting Komentar