33. Natuna: Pontianak
Setelah selesai pelatihan, Tun Awang ditempatkan di Barak Jepang dan rumah Kapten Immamura.
Menjadi sahabat Immamura tentunya menimbulkan harapan untuk bertemu dengan tahanan orang Rusia di Pontianak.
Suatu hari Immamura memanggilnya ke kantor di Barak Jepang.
"Apakah kamu mau kembali ke Natuna?"Tanya Kapten itu.
"Tentu saja saya mau, tapi di sini juga bagus. Saya ingin berada disini dan jadi tentara untuk tanah air saya."
"Itu bagus, cinta tanah air. Engkau harus mencontoh Jepang. Mereka rela mati karena membela negaranya. Kamu apa hubungannya dengan Rusia?"
"Tidak ada." Tun Awang menyembunyikan perasaannya mengingat Sheyna yang telah membawanya ke Pontianak.
"Lalu kenapa engkau ngotot untuk melihat mereka ditahanan?"
"Mereka teman saya." Jawab Tun Awang pula.
Kapten Immamura tersenyum menyeringai. Dia menatap lagi Tun Awang.
"Bagaimana pelatihan Guygun yang kamu rasakan?" Tanya Immamura lagi.
"Tidak banyak, terlalu singkat." Jawab Tun Awang pula.
"Baris berbaris, selesai pelatihan tidak ada senjata,"
"Senjata api terbatas, kamu juga belum menunjukan semangat untuk memiliki senjata." Ujar Kapten Immamura pula.
"Lagi pula pelatihan kamu sebagai guygun ( =pasukan sukarela) belum selesai. Harusnya ada 3 bulan, mungkin nanti bisa lanjut."
"Saya ingin lanjut." Menjawab lagi Tun Awang.
"Tapi mungkin kita ditugaskan dengan kapal ke Natuna. Tidak dapat dipastikan kapan pelatihan selanjutnya dimulai, mungkin jika beruntung setelah kembali"
"Mengapa ke Natuna?" Tanya Awang.
"Semua pelaut Rusia akan dikembalikan ke Natuna. Ada perintah." Kapten Immamura tidak melanjutkan perintah apa yang diterimanya.
Pernyataan kapten Immamura mengejutkan Tun Awang. Tentu saja dia ingin ikut.
'"Kalau begitu saya siap ke Natuna."
"Tapi setelah itu kamu harus kembali."
"Siap," ujar Tun Awang.Meski ia ragu dengan kata katanya sendiri.
"Saya merekomendasikan kamu kesana, karena kamu dari sana."
"Apakah anda juga pergi?"
"Iya. Kamu ikut saya."
Berbicara dengan Kapten Immamura cukup ramah dan tak segan segan menceritakan pengalaman tempurnya. Ia bercerita banyak bagaimana dia menjadi perwira angkatan laut Jepang.
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang adalah Angkatan Laut paling kuat di dunia, serta paling modern.
Mereka berperang dengan 2 Angkatan Laut lain yang terbesar pada masa itu, Amerika Serikat dan Inggris. Mereka memiliki lebih banyak kapal induk dari Amerika.
Paling berkesan ketika ia menceritakan pendidikan militernya di Jepang.
Immamura dan temannya bernama Hithasi menyamar sebagai pedagang sayur di Balikpapan.
Mereka memberikan banyak informasi untuk kepentingan militer Jepang dalam mengalahkan rencana mengalahkan Belanda.
Tak ada yang menyadari tugas mereka disana. Mereka hanya tahu dia cuma orang sipil biasa yang berdagang seperti orang China.
Sebelum invasi Jepang, mereka sebagian diperintahkan kembali.
Para mata-mata itu kemudian memakai seragam militer Jepang.
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda mereka kembali perwira Jepang.
Kapten Immamura sendiri sebenarnya adalah angkatan laut yang dididik di akademi angkatan laut. Namun kemudian juga direkrut di sekolah intelijen Nakano Gano.
Imamura lulus sekolah Nakano Gakko (sekolah intelijen tentara) sebelum ditugaskan sebagai mata markas Jepamg.
Sekolah intelijen itu mencetak ribuan agen intelijen tentara yang disebar ke sejumlah negara termasuk di Asia Tenggara.
Mereka bertugas dengan menyamar sebagai diplomat, sebagai wartawan, dan pedagang dan juga pengusaha.
Itu terjadi beberapa bulan sebelum Perang dan Jepang menyerbu Asia Tenggara.
"Semua tentara Jepang siap mati!" kata Immamura.
"Itu sangat berani." Tun Awang yang akrab memuji.
"Itu tidak seberapa, banyak lagi yang bergabung dengan kamikaze dan Kaiten. Kamikaze adalah pasukan bunuh diri dengan menabrakan diri ke pesawat musuh dan Kaiten adalah torpedo yang dikendalikan manusia untuk menabrak kapal perang.'" Kata Immamura pula.
"Kami senang ketika Kaisar menginjungi sekolah dan menyalami semua siswa. Kami menghormati kaisar dan kami bersedia mati untuk kaisar."
Namun kemudian Immamura bersedih.
"Saya merindukan rumah dan orang tua saya, tapi semuanya harus berkorban untuk tanah air." Ujarnya lagi pelan.
Kapten Immamura menceritakan rindu dengan keluarganya.
"Tapi sebelum berangkat, saya membuat surat perpisahan untuk mereka. Karena saya bisa saja tidak akan pernah kembali. Saya adalah untuk Jepang, itu semangat bushido."
Banyak hal yang diceritakan oleh Kapten Immamura dirumahnya tempat dia tinggal sendiri. Kadang kadang ajudannya mendampingi.
Tun Awang mendapat pekerjaan dari yang paling kasar, membersihkan rumah dan pekarangan.
Hal itu membuat Tun Awang tertekan.
***
Di Kalimantan Barat, suasana makin mencengkam. Sejak Jepang mendarat tanggal 22 Februari 1942, secara resmi menyatakan bahwa Kalimantan Barat berada di bawah administrasi kependudukan Jepang.
Semua pemerintahan Belanda dihapuskan. Belanda juga telah melarikan diri dengan kucar kacir. Beberapa pejabatnya lari ke Australia.
Jepang menyerang Pontianak dengan tiba-tiba melakukan serangan bertubi-tubi dengan menembakkan serta menjatuhkan bom lewat serangan udara, di pusat Kota.
Ada 9 pesawat yang meluluhlantakkan Kota Pontianak. Ribuan warga kota Pontianak tewas akibat serangan itu.
Kota Mempawah dibakar, Kota Ngabang juga dijatuhi bom, Sanggau, Pemangkat juga.
Belanda meninggalkan kota Pontianak dengan taktik bumi hangus, agar tempat-tempat yang penting secara strategis, tidak bisa digunakan Jepang.
Pada bulan Juli 1942, Kalimantan bersama dengan Sulawesi, kawasan Sunda Kecil atau Nusa tenggara, kawasan bagian Timur, berada di bawah kekuasaan NipponTeikoku Kaigun atau Angkatan Laut Jepang.
Nippon Teikoku Kaigun Kekaisaran Jepang. dengan simbol jangkar di sebelah kanan.
Nippon Teikoku Kaigun berisi tentara-tentara yang mayoritas perwira-perwiranya adalah anak-anak muda Jepang.
Mereka berani mati dan yakin untuk memenangkan perang Asia Timur Raya.
Jepang ingin membuat sebuah pertahanan rakyat yang pro Jepang, yakni dengan mendidik Gyugun atau barisan sukarela yang patuh terhadap kekaisaran Jepang.
Tidak banyak yang mau mengikuti pendidikan itu.
Karena banyak yang menolak bekerja sama, karena rakyat di Kota Pontianak banyak yang menjadi korban keganasan Jepang.
Mereka dipaksa untuk menyerahkan perhiasan, hasil panen. Orang China menjadi sasaran penindasan Jepang. Harta mereka dirampas dan para wanita mereka diculik.
Rakyat Pontianak yang berani mulai menyerang Jepang. Kota tidak aman dan Jepang meningkatkan patrolinya.
Pengungsian besar-besaran penduduk Kota Pontianak segera saja terjadi dengan menjauhi medan pertempuran.
Pihak militer Belanda yang memerintahkan membumi hangusan milik mereka agar jangan dikuasai Jepang.
Sebagian dari mereka menuju barak-barak pengungsian di pedalaman. Mereka bergerilya di hutan.
Dan sebagian lagi ke utara kemudian berlayar memasuki Sungai Mahakam menuju pedalaman. Orang Pontianak bersembunyi dari keganasan Jepang.
Pihak Belanda merencanakan perang gerilya di hutan-hutan Kalimantan. Namun semuanya itu tidak efektif dan mereka tidak punya pengalaman sementara rakyat tidak mau membantu Belanda. Mereka dengan mudah dikalahkan Jepang.
Jepang pun membagi dua wilayah administrasi di Kalimantan.
Angkatan Darat (AD) Jepang menguasai wilayah Malaysia dan Brunei dari Inggris.
Wilayah ini disebut "Kita Boruneo.” Sementara Angkatan Laut (AL) Jepang menguai wilayah Kalimantan yang sebelumnya dikuasai Hindia Belanda. Bagian ini disebut “Minami Boruneo.”
“Pembagian administrasi ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah.
Angkatan Darat Jepang mengemban tugas mengatur wilayah lebih padat penduduk dan kebutuhan administrasi yang rumit.
Sebaliknya Angkatan Laut Jepang memerintah wilayah Pontianak.
Administrasi sipil ini memang sejalan dengan rencana mengintegrasikan Kalimantan ke dalam Kekaisaran Jepang.
Komentar
Posting Komentar