0-1 Hantu Rumah Tua

1.Rumah Tua

Kapten purnawirawan Darius, pensiun dari pasukan elit angkatan darat dan berencana untuk pulang ke Jawa. 
Dia akan menetap disalah satu provinsi yang terkenal ramai dan paling dekat kekampungnya. 

"Apa pendapat kamu, kita kembali ke Jawa dan menghabiskan waktu berkebun dan membeli rumah yang luas?" ujarnya kepada istrinya Allia Saraswati.
"Aku setuju," jawab istrinya.
"Kita sudah pergi puluhan tahun dan anak anak sudah besar." Istrinya yang berumur 45 tahun itu menyetujui rencana suaminya. 

"Uang kita mungkin cukup, kita akan mencari rumah yang agak besar dan ada pekarangan, untuk berkebun atau berdagang." Tekad Darius pula.


Istrinya yang berkulit putih dengan mata sedikit sipit itu tersenyum membayangkan sebuah keluarga. Tinggal melewatkan masa tua menikmati pensiun.

Darius tidak punya lagi harta
 ditempat asalnya, karena sudah dibagi dengan saudara saudara.
Bagiannya sudah dijual atau diberikan kepada saudaranya.

Ketika ia meninggalkan tanah kelahirannya, dia adalah prajurit aktif.
Sekarang sudah pensiun. Diumur 50 tahun lebih ia memilih pensiun karena mau dipindah dari pasukan elit.

Darius mulai mencari rumah yang dijual di media sosial dan berbagai iklan bisa didapatnya. 

Sebuah foto rumah tua, pekarangan luas dan sebuah rumah kecil menarik perhatiannya.

"Bagaimana pendapat kamu? Ini rumah bagus dan cocok untuk dibeli!!" Ujar Darius kepada istrinya .
"Ini memang rumah lama. Tapi pekarangannya luas. Lihat, ada juga  rumah kecil disampingnya." ujar Darius merayu istrinya.

"Tidak adakah rumah baru?"
"Rumah baru terlalu mahal, Jika kita membelinya hanya mendapat halaman yang tidak luas, "ujar Darius.
"Tidak ada yang tanahnya seluas ini,  memang sedikit diluar kota. Tapi tidak terlalu jauh."

Istrinya Akhirnya setuju  dengan suaminya. Dia juga memperhatikan foto rumah itu dengan seksama. 
Tapi rumah itu kelihatan sudah sangat tua dan tidak terawat. 
"Kita akan mencari pekerja untuk membersihkannya." berkata lagi Kapten Darius.

"Jika semua sudah bersih, kita akan mendapat rumah bagus. Saya juga akan meruntuhkan beberapa bagian dari rumah ini atau seluruhnya."

 

Tanpa menunggu waktu, Darius menelpon pemilik rumah yang mau dijual. 

"Apakah harganya sudah cocok?" Tanya  pemilik rumah itu meyakinkan Darius.
"Kalau bisa, nego lagi," Darius mencoba menawar.
"Itu harga paling murah, ada beberapa penawar lain. Tapi ada syaratnya. " Ujar pemilik yang akan menjual. 
"Syarat apa?" Tanya Darius. 
"Rumahnya tidak boleh dibongkar atau diruntuhkan."
"Kenapa?" Tanya Darius. 
"Saya membeli dari seorang warga keturunan dan dia mengingatkan seperti itu," jawab pemilik. 
"Apakah rumah cagar budaya?" Tanya Darius. 
"Saya tidak tahu," jawab pemilik itu.
"Kalau bapak setuju, bisa membayar DP dulu dan surat surat lengkap dapat dilihat dari copy yang saya kirimkan."
Darius memperhatikan surat surat rumah itu.

Surat sertifikat hak milik dan legalitas sah dari kantor pertanahan. 
 
Ia setuju sekali tapi masih tidak mengerti dengan persyaratan terakhir.

Qqq Masa bodoh, kalau sudah menjadi miliknya maka dia bebas berbuat apa saja dirumah miliknya. 
Darius mengabaikannya syarat itu. 

Terburu buru, Darius membeli rumah itu. Takut kedahuluan peminat lain. Ia lebih dahulu membayar DP meski  belum melihat rumah yang memang cukup murah dipinggir kota.
Kapten purn Darius cukup puas melihat iklan dan gambar di internet dan status tanah. 
Pergi kepusat kota memang sedikit jauh, tapi itu lebih baik. 
Menjadi lebih tenang dan melegakan. 

***
Kapten purn Darius berangkat dengan mobil Jimny yang dikendarainya sendiri.
Menginap dihotel, melihat rumah yang akan dibelinya itu.
Jika cocok, dia akan membayar lunas dan menyelesaikannya dengan notaris.

Kini ia berdiri didepan bangunan tua itu. Istrinya Aliana Sarasdewi, anak lelakinya yang tertua Adit berumur 14 tahun bersama adik Adelina 9 tahun serta si bungsu Denok 6 tahun juga ikut serta.

Mobil Jimnny birunya terparkir di halaman masuk pekarangan .
Halaman penuh dedaunan dan lalang yang meninggi. 
 
Mereka memandang rumah tua itu, dengan kagum.
"Anak anak tunggu diambil, jangan kemana-mana. " Tuan Darius memperingatkan anaknya. 
Anak anak patuh kepada orang tuanya, mereka hanya berdiri dan bermain dekat mobil. 
Halaman kotor, banyak sampah dan daun karena ada pohon didekat itu. Pohon yang sangat rindang
Setelah itu rumah kecil di pojok dan lainnya tanah seluas 2.500 meter persegi lebih. Cukup luas dan bisa berkebun, membuat rumah lain dan sebagainya.
"Rumah yang kuat dan kokoh," ujar Darius kepada istrinya. 
" Tidak terawat dan sudah tua," istrinya diam diam bergidik melihat rumah itu. Ada perasaan seram.
" Kalau dicat dan dibentuk lagi akan indah," ujar Darius.
" Banyak yang harus diperbaiki," ujar Allia Saraswati pula.
"Siapakah yang membangun rumah itu yang begitu indah, kuat dan menakjubkan  kemudian meninggalkannya berdiri kosong, dan rusak tidak ada yang merawatnya?" pikir Darius dalam hati. 
Pemiliknya yang dia tahu dari cerita disana adalah seorang wanita tua yang tinggal di sebuah kota yang cukup jauh dari rumah itu. 
Mungkin saja,  dia sangat jarang melihat ke rumah itu.
Rumah yang katanya diwarisi oleh pemilik terakhir yaitu kakek seorang warga keturunan Tiongkok yang dulunya kaya.
Pintu besar, pengetuk pintunya adalah besi kuningan tergantung di pintu kayu.
Sekarang ada seikat kunci yang agak berkarat ditangan Kapten purnawirawan Darius dan istrinya. 
Ia akan membukanya,  berharap keadaan di dalam rumah tidak seburuk yang dilihatnya 
Darius suaminya membuka pintu dan rumah yang dindingnya terbuat dari bata merah.
Mendorong pintu yang berat itu hingga terbuka, dan pintu itu mengeluarkan deritan yang keras seperti jeritan orang terjepit.


Allia Sarasdewi dan suaminya masuk ke dalam rumah yang luar biasa luas.


Lobinya begitu besar tapi sangat kotor dan berdebu.
Udaranya berbau lembap dan pengap, dan Allia bersama suaminya berusaha untuk tidak bernapas melalui hidungnya. Mengambil saputangan menutup hidung. 
Suami Allia mencoba menaiki anak tangga pertama yang berderit dengan keras karena menahan berat tubuh suaminya ditangga.
Melangkah dengan hati-hati di sepanjang koridor, Allia melihat ke banyak ruangan yang dia lewati.
Beberapa pintu  terbuka lebar atau hilang dari tempatnya. Setiap kamar dirumah itu  kosong,  Allia mencoba membayangkan  seperti apa kamar itu sebelumnya. 
Jika khayalannya benar, di dalamnya dulu ada tempat tidur berukir, ditutupi dengan  seprai bersulam mewah. 


Lemari pakaian dan laci, meja samping tempat tidur kecil dengan lampu kuningan botol parfum yang indah. Semua kamar memiliki  marmer yang indah.


Di ujung koridor panjang itu adalah satu-satunya pintu tertutup di seluruh lantai.
Darius dan Allia merasakan dirinya tertarik ingin melihat dan membukanya. 
Allia berdiri di luar, dia memejamkan mata, mencoba membayangkan apa lagi yang ada disitu.
Suaminya Darius menggenggam gagang kuningan tumpul dan ruangan itu tidak dikunci.

Sebuah ruangan,  Allia tersentak ketika dia melihat dua meja kayu pinus lusuh dengan kursi-kursi yang terpasang rapi di bawahnya.

Seluruh dinding belakang  rak buku besar, pasti dulu penuh dengan buku, dan Allia yang suka membaca sedikit tersenyum.
 
 
 
 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA