16-20. Berbagi Cinta
Melihat indahnya bunga sakura disebuah kebun dan taman yang cukup luas.
Ini adalah suatu impian melihat langsung kecantikan bunga sakura seperti aslinya.
Bunga berwarna pink yang sudah ditanam sejak lama dengan ratusan bunga didalamnya.
Panorama Gunung Gede-Pangrango yang mengagumkan.
"Kau tahu? kalau di Jepang bunga sakura hanya bermekaran sekali setahun. Hanya dimusim semi. Kalau di sini , keindahan bunga sakura bisa dua kali setahun."
Lagi lagi Ronald seperti guide.
Aku hanya tersenyum,
Kebun Raya kawasan Puncak, menikmati padang rumput yang luas juga.
Pohon-pohon raksasa berusia tua, yang langka, taman lumut yang unik, kolam, sungai, air terjun, air mancur, dan rumah kaca dan banyak lagi yang kulihat.
Malam hari aku mengigil sendirian. Dikamar itu tanpa Ronald disampingku membuat diriku seperti ada yang hilang dari kehidupan.
Dingin , suhunya mungkin dibawah dibawah enam belas derajat celcius. Aku membayangkan sang pangeran mengetuk kamarku. Namun tak ada ketukan dipintu. Aku gelisah, menjadi tidak sabar menunggu.
Aku keluar sendiri mencarinya dan mendapatkan Ronald bersama tamu lain menikmati api unggun.
"Kamu tidak mengajakku," protesku.
"Aku pikir kamu lelah," katanya ringan.
Akhirnya aku duduk diluar hotel ikut menikmati hangatnya api unggun yang sudah disiapkan pihak hotel.
Bercakap dan bercerita serta makanan ringan bersama pengunjung lain. Berkenalan dan bercakap cakap.
Malam makin larut, udara makin dingin ketika api unggun sudah padam. Tiba saatnya meninggalkan perapian.
Ronald mengantarku ke kamar, namun sebelum pergi aku menarik tangannya.
"Temani aku menonton televisi."
Tidak menunggu dua kali Ronald masuk. Ia merapatkan tubuhnya dari belakang dan merasakan gairah dari panas tubuhnya menyergapku.
Dibelakangku terasa membengkak dari sesuatu yang mengeras. Ia makin merapatkannya.
Aku menonton televisi berdua, tapi lebih banyak berciuman didepan televisi. Tak ada keinginan untuk melihat televisi yang terus menyala. Hanya udara dingin yang terasa dan tubuh yang berdempetan mengusir udara dingin.
Lelaki itu ingin menuntaskan hasratnya, tapi aku menahannya untuk berbuat lebih lanjut.
"Aku ingin meliht kebawah, si mungil itu," ujarnya nakal ingin meloloskan pakaian bawahku.
"Tidak boleh, engkau tidak boleh membukanya."
"Jadi apa yang harus kulakukan?"
"Tenang saja," kataku terus menciumnya.
Ketika ia memaksa, aku setengah berteriak.
"Aku tidak mau hamil," sentakku.
"Baiklah, aku menahan diri, tapi aku tidak tahan," ujarnya.
Aku tidak menjawab kekhawatirannya selain memberikan sedikit pelayanan tambahan untuknya.
Aku tidak keberatan ia menatap tubuhku yang dikatakannya sangat indah.
Aku berdiri didepannya meski ada busana kecil kain segitiga yang tetap kupertahankan.
Bergaya seperti peragawati. Aku senang melihat matanya yang liar seolah olah akan menelan tubuhku yang sudah hampir sepenuhnya tanpa busana.
Setelah itu binar binar matanya yang sayu dengan mulut terbuka.
Membiarkan ia menelusuri seluruh pelosok yang diinginkannya kecuali satu itu.
Aku menjaga, agar ia jangan sampai dikedua dadaku yang kuakui sudah menjadi keras.
Jika ia sampai 'bermain disana pasti aku tidak tahan. Itulah titik lemahku.
Meski ia kecewa, semuanya selesai dengan kelelahan.
"Kau kecewa?" Tanyaku.
"Tidak apa, ternyata tanpa hubungan intim juga enak." desisnya.
"Besok aku siapkan alat pengaman, agar kamu tidak hamil," ujarnya.
***
Dipagi hari, aku dan Ronald juga seru-seruan di kolam renang, diwahana ember tumpah .
Selesai berenang, bermain di taman bermain atau menunggang kuda!
Lagi lagi aku menginginkan dia. Dia masuk kamar memelukku dengan ketat. Udara dingin menghanyutkan ku.
" Cium aku," kata Ronald. Aku gemas melihat hidungnya yang menjelajah dileherku.
Aku mencium bibirnya, dia lebih merapatkan wajahku.
"Berikan aku kenangan iya?" lelaki itu memelas.
"Kenangan apa lagi yang kau minta? " Tanyaku.
"Setiap malam kita membuat kenangan, sampai aku tidak berkutik."
"Tapi kemaren aku tidak bisa menyentuhnya, jangan pelit. Malam ini kutuntaskan iya?" Pintanya sambil terus bermain dileherku.
Aku tidak menjawab karena aku juga menginginkannya. Aku membiarkan dia melepas braku.
Lelaki itu tahu, bagaimana menyenangkan diriku dan membangkitkan gairah, berpindah dari yang satu ke bagian lain didadaku membuat diriku melayang jauh.
Aku memberikan juga malam itu.
"'Kau menjepit sekali, aku tidak tahan."
Ronald menekan lebih dalam dengan pinggulnya yang bergerak berirama.
"Aku tidak tahan juga," ujarku kelelahan.
Dan secara bersamaan menuntaskan hasrat yang sama.
Aku membandingkan kedua lelaki itu, Dato Raf dan Ronald.
Ronald seperti madu yang tidak habis habisnya.
Habis itu, ia menyeret ke shower.
"Rasakan sensasinya di tempat ini."
Ia senang terus bermain di sekujur tubuhku. Aku melemparkan alat pengaman agar semuanya enak. Ronald tertawa saja dan ia juga suka.
Aku melupakan kekawatiranku saking gairahnya.
Malam begitu dingin.
Setelah empat hari berlibur, tiba masanya pulang.
"Terima kasih, Anna," ujarnya memeluk pinggangku.
***
Aku lega ketika memeriksa telpon genggamku. Tidak ada berita dari Dato Raf.
Merasa beruntung, Dato Raf tidak menghubungiku selama liburan itu.
Pastinya ia sibuk dengan istri dan anaknya, aku mungkin beruntung.
Ronald membawa mobil itu dengan santai. Aku lebih banyak diam dan berpikir apa yang telah kulakukan selama liburan.
Perjalanan itu menimbulkan kenangan yang tidak bisa kulupakan, tapi juga kesalahan.
"Ayo, kamu harus gembira," ujar Ronnald menyentuuh hidungku dengan satu jarinya.
"Tidak apa apa, ayo jalan saja, lihat kedepan."
Jalan mulai macet.
"Nikmati macetnya iya?" Ronald menghiburku.
"Kita sudah refreshing, tenaga baru. Besok kalau kerja, pasti ada energi tambahan."
" Iya, dan terima kasih telah mengajak aku," jawabku dengan pikiran menerawang.
"Katakan kamu senang?"
"Aku senang," jawabku pendek.
"Jadi kalau senang kamu harus gembira, jangan banyak berpikir. Aku tidak banyak menuntut." Ujarnya pula.
"Kamu bisa bercerita, apa saja. Aku punya banyak waktu."
Aku diam, tentu saja aku belum bercerita apa apa, karena aku punya ketakutan terhadap diriku, lelaki itu sudah menjadi candu bagiku.
Apa aku bisa melupakannya Alangkah menyakitkan, ketika aku tidak dapat menahan diri.
"Aku ingin kamu tersenyum, berikan senyum terbaik kamu," bisiknya.
Aku memonyongkan bibir membikin senyum. Mencoba bercanda.
'" Kamu sih.."
" Apa ..? "
" Senyum seperti itu aja cantik , apalagi kalau senyum beneran."
Dan aku membikin senyuman seperti tampang peragawati .
"Nah, begitu "
Ronald banyak berbicara, menghiburku dengan berbagai canda.
Apakah dia bersandiwara, setelah mendapatkan, setelah itu akan melupakanku.
" Setiap orang pernah membuat kesalahan , tapi kedepannya..."
Pembicaraan itu tidak membuat aku menjadi suka.
Aku ingat peristiwa itu , ciuman Ronald dan aku membalasnya lebih samlai aku lupa diri .
"Pasti ia mengingatnya, aku wanita seperti apa ? Murahan," pikirku ngeri.
Ronald bisa memperoleh gadis cantik , kapanpun dia mau.
Aku merasa diriku tidak berharga dan pantas sama sekali untuk dirinya.
Dijalan, ia mengajakku makan di sebuah restoran. Aku makan tidak bersemangat meski Ronald mencoba melucu.
Tak ada lelucon yang menarik bagi diriku.
Aku meminta agar diantar kekantornya karena mobilku ada disana.
Diparkir dibasement gedung kantor bertingkat. Satpam yang melihatnya tidak berkata apa apa.
Aku melambaikan tangan, sebelum berlalu dari kantor.
Besoknya aku menerima telpon dari Ronald. Aku tidak menjawabnya. Berkali kali dan karena tidak juga menjawab', Ronald mengirim pesan melalui telpon genggam.
"Jangan diam, aku ingin bicara."
Lalu Ronald janjian untuk makan disebuah Restoran denganku.
Tapi aku tidak menyetujuinya. Aku juga tidak muncul di cafe pavoritku.
Apakah ia kecewa? Entahlah.
***
Kedatangan Dato Raf tidak membawa pengaruh apa apa bagiku. Lelaki itu menuntut bagian dari persyaratan yang telah kubuat.
Semula aku tidak bergairah dan banyak melamun.
" Engkau kurang bergairah," desis Dato Raf.
" Tidak, aku bergairah!" Sahutku.
" Kau kira kamu capek . Apa pekerjaan kantor terlalu sibuk?" tanya Dato Rafki.
" Tidak," bisikku sambil mencium bibir Dato Raf. Ia pasti suka dengan favoritnya.
Ia tidak boleh curiga, pergi sekian lama pasti dia tidak tahan ingin menggauliku.
Untuk selanjutnya, aku harus membuat Dato Raf senang mengimbangi keinginannya yang pasti meluap luap.
Dato mulai dengan serangan kuatnya. Membuka kedua braku dengan tergesa gesa dan tanpa menunggu menciumnya dengan agak kasar.
Titik gairahku, didada itu menyambutnya dan dia melakukan ciuman berkali kali.
Aku bermain di antara kedua pahanya. Sudah sebulan Dato pergi, aku harus seperti istri yang kehausan.
Membuat Dato Raf suka dengan permainanku. Membuatkan mata Dato terpejam. Membiarkan tangannya menekan kepalaku dengan kasar, mengusap dan membenamkan kepalaku dimana dia suka. Aku harus menggeliat dan mengerang lebih dalam.
Ketika aku tidak tahan lagi, ia langsung menbuat gerakan yang mengarah pada gairahku dengan menyatu sangat erat.
Itu menjadi klimak yang berlangsung membuat aku memang berdesah yang sesungguhnya.
Butir peluh dan jepitan didalam membuat Dato Raf mendesah juga.
***
Mungkin, Betty istri Dato Raf sepenuhnya aman karena dia tidak tahu apa apa .
Hanya aku yang sangat kawatir , jika istrinya itu tahu. Kalau wanita angkuh dan sombong itu tahu, dia akan melabrakku. Memikirkan itu, aku merasa takut .
Ketakutan itu kucoba menepis, karena yang paling berdampak tentu saja Dato Raf.
Tiba tiba saja sebuah pikiran melintas dalam pikiranku. Perjanjian itu bisa saja menjadi bumerang bagi Dato Raf.
Aku mungkin aman selama aku berhati hati. Karena alamatku telah disamarkan .
Aku berpikir, berapa banyak uang yang sudah tersimpan . Aku menghitung hitung tabunganku di Bank. Deposito dan pastinya belum cukup untuk hidup mapan.
Tapi aku seharusnya sudah mulai tenang, tanpa apartemen rasanya juga tidak apa apa. Jika sang pangeran tercinta sudah ada dan menginginkanku.
Tanpa pekerjaan juga. Tabunganku cukup. Pangeran tampan? Aku tak berani untuk memastikan.
Apakah Ronald mengingatnya? Aku merasa ragu dan tidak yakin apakah lelaki itu akan mempertahankan hubungan?
Mungkin aku perlu berterus terang sebelum sang pangeran memutuskan.
Di kantor tidak banyak yang berubah. Mia menangani pekerjaan cukup baik . Bahkan aku merasa , aku terlalu banyak mengabaikan tugasku. Untungnya Mia tidak mempersoalkan itu.
Asistenku itu cukup senang dalam bekerja. Dia tidak mempermasalahkan pekerjaan berat yang harus dijalaninya. Aku membantunya dalam kesulitan keuangan yang sering dihadapinya. Aku memberikan tip yang tak perlu dikembalikannya.
Di kantor, Mia banyak memberikan aku informasi. Informasi tentang suami misteriusku.
"Dato Raf bercerai dengan istri pertama dan menikahi Datin Betty istrinya nomor dua," jelas Mia.
"Pengantin baru, dan ayah kaya setuju memberikan uang kepada menantu. Pernikahan yang luar biasa berlangsung dengan banyak tamu dan foto-foto di koran," cerita Mia .
"Perceraian berlangsung selama tiga bulan. Dan Istri yang pertama setuju untuk bercerai dan menerima harta yang cukup dari Tuan Dato Raf."
"Tidak ada yang tahu dimana dia sekarang, ia menghilang , itu bagian dari perjanjian. Mereka juga punya anak satu laki laki."
Itu cerita lain mengenai Dato Raf Nama lengkapnya Dato Rafki Winata.
Mia tahu banyak, entah dimana dia dapat informasi.
Dari Datin Betty, Dato Raf juga punya anak gadis yang umurnya 12 atau mungkin 14 tahun.
Keinginan yang lain timbul, ketika aku ingin mengetahui tempat tinggal Dato Raf.
Keinginan itu begitu kuatnya, tak dapat menahannya.
Dengan mengambil jam kerja, aku menyelusup pergi.
Aku pergi ke tempat yang ingin kulihat.
Keputusan untuk melihat rumah Dato Raf mungkin masuk akal.
Aku ingin tahu lebih banyak memgenai suami "siriku" itu.
Aku tidak bisa menjelaskan tindakanku.
Aku menyerah pada keinginan yang tiba tiba itu.
Aku telah mengantongi alamat Dato Raf .
Aku melihat alamat Dato Raf di sakunya . Identitas Dato Raf kucatat dengan baik.
Sebenarnya, jika mencari tahu tanpa itu juga tidak begitu sulit .
Siapa yang tidak kenal dengan keluarga kaya Dato Rafki Winata ?
Tapi aku merasa lebih aman mengambil.alamat itu diam diam dari Dato Raf . Aku tinggal mencatatnya saja.
Sekarang aku ada disana. Ditempat yang ingin kulihat.
Pergi perlahan-lahan melewati blok elit dan mencoba menghitung nomor rumah.
Rumah rumah bagus , sejuk di balik tanaman hijau yang lebat. Aku harus menghitung dan kemudian tiba tiba saja aku melihat nomor rumah Dato Raf.
Aku berhenti di tepi jalan di sisi yang berlawanan dan mengintip ke rumah itu untuk bisa melihat lebih jelas .
Pintu gerbang tertutup sepenuhnya, aku tak dapat melihat dengan terang.
Aku mengintip dari celah yang terbuka.
Tiba tiba saja pintu gerbang itu terbuka. Aku kaget dan gelagapan ketika seorang satpam dirumah itu membukanya tiba tiba.
Mungkin ada yang mau keluar, sebuah mobil dan sopir berdiri didekatnya.
Satpam menatap penuh tanda tanya kepadaku.
"Ada apa Non?" Tanyanya.
"Oh, iya. Iya. Apa ini rumah tuan Rafki Winata ? " tanyaku gugup.
" Betul sekali non, tapi tuan tidak dirumah, ibu juga tidak, maksud saya istrinya juga keluar. Mungkin juga sore atau malam baru pulang."
Aku menghela napas panjang, kekawatiranku tidak berujung.
"Tidak apa, aku cuma tamu melihat lihat " kataku mengatasi gugup.
"Masuk saja Non, bisa jadi ibu pulang lebih cepat. Non Lyli anaknya juga mau pergi"
Satpam menjelaskan. Aku sedikit ragu, tapi ia melangkah juga. Sudah kepalang tanggung, pikirku.
Aku memperhatikan sekelilingnya dengan takjub. Sangat indah, pikirku.
Jelas Rumah tuan Dato Raf lebih istimewa', lebih bagus dari rumah elit yang lain .
Rumah besar Dato Raf dua lantai hampir seluruhnya dikelilingi oleh tanaman merambat hijau .
Pilar-pilar rumahnya tampak tinggi ditambah suasana nyaman lewat tanaman serta pepohonan yang tertata rapi .
Rumah itu dilengkapi fasilitas seperti kolam renang yang luas dan panjang diisi dengan air biru dan bersih sekali. Di sekitar area kolam renang ditumbuhi pohon-pohon besar membuat suasana kolam renang terasa begitu sejuk.
Aku membayangkan seorang putri dan pangeran diistana bercengkrama. Rumah itu memang layak untuk disebut seperti istana.
Banyak perabot mewah dengan meja marmer furnitur berwarna keemasan .
Selain batu pualam dan logam, juga didominasi hiasan dari kayu yang kuat .
Kesan elegan dan adem terang terpancar bahkan sampai ke lorong-lorong hangat dengan warna-warna krem dan cokelat.
Setiap sudut rumah selalu tampak asri dan hijau dengan pepohonan yang rindang
Ada juga ruang serba guna untuk pertemuan banyak orang dan tempat makan outdoor .
Lobinya saja begitu mewah dihiasi kristal, lantai pualam dan ukir-ukiran jati. Rumah itu memurutku lebih mirip hotel resort bintang lima. Membutuhkan waktu kalau jalan kaki dari ruang tamu ke dalam rumah.
Aku memperhatikan dengan teliti.
Sebuah mobil yang ditunggu sopir dan seorang gadis kurus, berambut hitam pucat, dengan gaun biru dan sepatu , berjalan keluar rumah. Aku memperhatikan ingin tahu .
Jadi pintu gerbang itu dibuka karena gadis itu akan keluar. Gadis itu mungkin agak lamban.
Tapi sekarang gadis yang sangat muda dengan biola ditangan naik mobil bersama sopir yang menunggu dengan sikap hormat.
Ia menempatkan koper dengan hati-hati di kursi belakang, gadis itu menyelinap ke dalam.
Baru ketika mobil hitam dengan jendela gelap mulai bergerak, aku menyadari bahwa itu putri Dato Raf.
Seperti yang disebutkan tadi, namanya Lily. Aku sekarang tahu wajah dan nama anak Dato Raf.
Aku memutuskan untuk pergi dari rumah yang kulihat itu setelah melihat cukup lama.
Aku tidak ingin berlama lama disana. Aku pergi', satpam dengan sigap menutup pintu gerbang .
Aku pergi ke seberang jalan dimana mobil ku parkir. Lalu dengan cepat berputar di sebuah tikungan .
Ketika melewati sebuah simpang dirumah elit itu, aku berpapasan dengan mobil Dato Raf.
Ada beberapa mobil milik Dato Raf, namun mobil itu paling sering dipakai Dato Raf bersama supirnya Fahmi .
Aku sangat terkejut, Dato Raf mudah mudahan tidak memperhatikan mobilku.
Tapi itu tidak terjadi . Di sebuah persimpangan, lampu lalu lintas baru saja menyala merah, aku secara reflek melihat ke belakang. Dari kaca spion mobil, ada mobil Dato Raf yang berbalik mengejarku.
Aku memutuskan sesuatu. Lampu merah awal persimpangan itu, kuserobot dengan cepat membuat beberapa pengendara lain merem atau memperlambat kendaraan .
Ada umpatan dan teriakan. Aku tidak peduli, selain mencoba keluar dari persimpangan itu .
Aku tidak melihat lagi mobil Dato Raf. Aku bernapas lega meski sesaat, ponselku berdering, namun aku tidak mengangkatnya.
Membiarkan bunyi deringan itu sampai berhenti sendiri . Saat itu aku sengaja menempuh jalan kecil sampai aku tersesat sendiri.
Namun aku berhasil menemukan jalan dan langsung ke kantorku .
Aku membuka kotak pesan dan melihat pesan Dato Raf.
"Anna, apa kamu baik baik saja?" hanya itu pesan pendek Dato Raf dan aku membalasnya dengan cukup singkat.
" Baik, ada apa Dato?" Balasku.
Dato Raf tidak membalasnya, aku sedikit lega.
Tapi bukan berarti masalahnya selesai. Ketika Dato Raf datang ke apartemenku, Dato langsung bertanya kepadaku.
"Apa yang kamu lakukan Anna? " tanya Dato Raf.
"Kau pergi kerumahku iya , apa maksudmu?"
"Tidak ada maksud apa apa, rumah Dato disitu ? "
"Aku tahu engkau sengaja kesana."
" Tidak, hanya kebetulan dan ingin tahu."
Aku merasa bodoh', seperti anak kecil terpergok berbuat nakal dan berbohong. Bohong itu ketahuan, masih mencoba membela diri.
"Kamu membuat masalah," keluh Dato Raf.
"Salahkah, jika aku ingin tahu rumah Dato? " Aku tidak terima perbuatanku disalahkan. Sekaligus jawabku merupakan pengakuanku.
Dato Raf menghela napas panjang.
"Akan ada masalah," keluh Dato Raf yang membuat tanda tanya di pikiranku.
"Istriku sudah mulai curiga," kata Dato Raf lemah .
"Apa?"
"Betty istriku sudah mulai curiga," kata Dato Raf lagi mengulang.
Tentu saja aku kaget, tapi yang kulakukan hanya diam, perasaanku gelisah.
Kukuatkan hatiku. Mencoba
memastikan perlahan lahan.
" Dia tidak akan tahu," bisikku kepada Dato Raf meyakinkan .
"Ada bukti dan CCTV ditempat itu, aku terlambat menyadari. Mudah mudahan tidak ada masalah', " ujar Dato Raf lagi . Ini membuat aku makin terpojok dan gugup.
Apakah itu bisa membuat istri Dato curiga?
"Mungkin bisa dibuat alasan lain."
" Mungkin," jawab Dato Raf tidak bersemangat.
Apapun alasannya tidak membuat aku menjadi jadi tenang .
Tapi kemudian aku mengingat Ronald. Mengingat liburan.yang berkesan.
Aku cukup senang Dato Raf tidak tahu. Mudah mudahan saja itu menjadi rahasiaku yang tidak pernah terungkap.
Aku berharap begitu , tetapi sesuatu lagi dalam pikiranku kini terbuka .
"Apakah hubungan tidak normal ini bisa bertahan?" Meski ragu ragu , aku bertanya.
Aku menatap dengan dalam kewajah Dato Rafki. Kini Dato Raf pula yang menaik-an alisnya.
"Apa yang kau ragukan?" Dato Raf balik bertanya .
" Aku mulai takut," jawabku dengan suara hampir tidak kedengaran.
"Jangan takut," ujar Dato Raf. Suaranya mengambang tanpa penjelasan.
Lalu diam dan kesunyian dalam hatiku segera timbul.
" 3 Tahun lagi kita akan berpisah. Sekarang atau tiga tahun, apa yang terjadi? " bisikku dalam hati.
"Jangan banyak berpikir, jalani saja seperti air yang mengalir."
Dato Raf sedikit berfilsafat yang membuat aku tersenyum.
"Air yang mengalir iya Dato," gurauku mencairkan suasana.
Dato Raf memijit hidungku tertawa, sementara aku memukul dada Dato Raf sedikit manja.
Sebaiknya itu tidak kupikirkan lagi. Dato ada disampingku dan aku harus memenuhi kewajibanku.
Dato mulai dengan mencium bibirku. Aku membalas ciumannya melupakan kejadian itu.
"Baiklah, kini kita bersenang senang saja. Berikan aku kehangatan iya?" Senyum Dato Raf membuat aku bersemangat.
"Saling cium dan bermain di bibir Dato, seperti yang disukainya.
Aku menahan tangan Dato yang ingin melepas braku, menunda hasrat dengan lebih dahulu melakukan pemanasan.
Ganti aku mencium leher Dato yang semula ingin bermain didadaku.
Sialnya, aku membayangkan wajah pangeran tampanku ketika mencium Dato. Aku merasakan keringat lelaki tampan yang lebih membangkitkan gairahku.
Bergelut dengan Dato Raf sampai ke titik terakhir.
"Buka kakimu," aku tahu maksud Dato agar miliknya dapat menyelinap dengan segera, karena tidak jarang lelaki itu keluar duluan sebelum mencapai ke dalamnya.
Semuanya berakhir dengan kelelahan.
***
Dato menatap ke langit langit kamar.
"Hubungan kita ini aneh iya?" Dato Raf mulai membuka pembicaraan.
"Apa maksud Dato?" Tanyaku.
" Ketika aku melihat kamu pertama kali, aku tidak tahan untuk mengakui, aku suka padamu." Dato berhenti sebentar. Menoleh, menatap tepat tepat ke mataku.
"Aku mulai dengan ide itu , mungkin gila dan engkau menerimanya," ujar Dato Raf.
"Jadi Dato iseng iya, dan aku korban keisengan Dato." Aku mengatupkan bibir tidak senang.
"Aku cuma istri kontrakan Dato," tambahku lagi.
"Tapi kita kawin kan," ujar Dato.
Aku diam cukup malas juga mengetahui pikiran Dato Raf.
Terasa diriku seperti komoditas yang diperdagangkan.
Aku sedang galau ketika itu.
Tapi Dato menghiburku, dan menenangkan diriku.
***
Dikantor, aku tidak cukup berkonsentrasi. Aku banyak mengabaikan pekerjaanku dan kini ingin menebusnya dengan bekerja penuh. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan.
Untungnya Mia asistenku itu cekatan, tanpa banyak cerewet dia menangani banyak tugas . Aku melupakan Ronald, meski aku tahu itu tidak mungkin. Pikiranku terisi dengan Dato Rafki dan Ronald. Hari yang menggelisahkan.
Kedatangan Dato Raf yang jarang ke Apartement membuat aku kesepian. Kini dia datang dua, tiga atau empat jam dan tidak bermalam. Lalu langsung pulang. Pada hati libur atau malam hari. Hanya bercinta sekejap dan buru buru pergi.
Setelah kedatanganku kerumahnya, Dato seperti membatasi diri. Apakah ibu Betty membatasi geraknya? Aku tidak tahu. Disamping kecewa, aku malahan kasihan kepada Dato Raf
Kadang kadang cuma menelpon dan menanyakan kabarku .
"Bagaimana kabar mu? Aku sibuk sekali dan kita jarang bertemu iya?"
" Iya? Tak apa," jawabku getir.
"Sibuk atau dibatasi istri?" Pikirku. Dugaanku pasti tepat, istrinya mengawasinya dengan ketat dan bisa jadi menyelidiki hubungan gelapnya denganku.
Dato Raf itu takut. Aku tidak tahu apakah itu lebih baik atau buruk bagi diriku saat ini.
Mungkin baik, karena sejatinya perkawinan diriku adalah kesepakatan. Kasarnya kawin kontrak dan bukan berasal dari cinta. Tapi cinta bisa datang kemudian.
Mengingat lagi kesepakatan yang membatasiku. Membuat hidupku seperti ada benang pengikat
Benang yang mengikat gerakku. Diibaratkan tidak bisa kemana mana. Sementara Dato Raf memiliki kebebasan tidak terbatas.
Ada rasa cemburu karena ketika aku membutuhkan, Dato Rafki tidak ada. Dato adalah salah satu dari lelaki takut istri .
Aku mungkin beruntung, Ibu Betty istrinya Dato Raf melupakan pertemuan di salon kecantikan itu .
Seandainya ia mengingat wajahku, apa yang terjadi. Aku tidak berani membayangkan Ibu Betty datang ketempat kerjaku dan menyelidikiku.
Nyatanya belum ada kejadian seperti itu kepadaku, setidak tidaknya sampai saat ini.
Sebelumnya aku membayangkan istri Dato Raf tiba tiba datang ditempat kerja dan melabrakku, mempermalukanku.
Aku merasa ngeri dan aku harus mulai sekarang sudah harus bersiap siap.
Aku memikirkan masalah itu berkali kali sampai kepalaku pusing dan tidak konsentrasi kepada pekerjaan.
"Ada tamu untuk bos kecil," tiba tiba suara Mia mengejutkanku.
"Seorang laki laki tampan, siapa dia'? " Ucapan Mia yang seolah olah bertanya dan canda tidak diambil peduli olehku.
"Mungkin ada hubungan dengan pekerjaan, kamu saja yang melayani," ujarku.
"Dia cuma mau dilayani bos kecil," sambung Mia agak terkikik .
Aku keluar, hatiku menduga duga siapa yang datang.
Aku membereskan kertas dimeja dan memasukan ke map. Menyusunnya dengan rapi .
Aku keluar, pertama tama aku menatap tepat tepat ke lelaki yang menungguku diruang tamu.
Dugaanku tepat, Ronald yang tersenyum tipis melihatku ke luar.
Bahu atletisnya terangkat sedikit.
"Hai , apa kabar kamu?" Sapanya.
" Baik," jawabku seperti melayani client biasa. Aku mencoba bersikap formal.
"Kau tidak mengangkat telponku," ia berbicara setelah aku duduk.
"Aku sibuk," sebenarnya aku suprise dia datang. Ia tidak melupakanku.
" Kau juga, tidak ada di kafe favorit kamu, jadi aku datang kesini"
" Aku ganti menu," jawabku sekenanya.
" Ganti menu atau menghindar?"
Ronald langsung saja ke titik pembicaraan . Aku diam, benar benar diam.
"Kalau engkau ganti menu, aku punya segudang pilihan cafe yang unik', " saran Ronald .
"Ada cafe stroberry, cafe kucing., cafe Jepang atau Bali," katanya seperti bercanda.
"Apa itu? Kafe apaan atau kamu bercanda."
Tapi itu bukan bercanda', aku juga mendengar banyak kafe menarik untuk dikunjungi .
Pergi dan makan menikmati suasana cafe yang esentrik mungkin sebuah pengalaman.
Aku setuju, kamu ganti menu, ke kafe spesial pilihanku." ajak Ronald.
Aku diam ,karena aku meragukan itu, tapi tiba tiba aku setuju .
" Bagaimana kalau besok ? Sabtu aku kerja sedikit dan aku mau kita kekafe favorit kamu:"
" Janji iya," Ronald menaikan kelingkingnya.
" Iya janji , jam 12."
Hening sebentar, aku melirik kekiri dan ke kanan. Tidak ada yang mendengar pembicaraan itu.
Aku ingat, betapa sepinya hari yang kulewati. Kedatangan Ronald mungkin ada artinya .
Asistenku Mia mengintip dari pintu yang sedikit terbuka.
Ia pasti melihat lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan tegap. Celana hitam dari merek yang bagus serasi dengan kemejanya yang putih bersih.
Seperti aku, wanita kagum dengan lelaki seperti Ronald yang memiliki rahang yang kuat dan senyum tipis, berwibawa .
***
Tempatnya yang strategis diajak Ronald adalah sebuah kafe yang cukup unik .
Suasananya yang elegan dengan dekorasi kayu dan bistro Perancis yang enak .
Menu seperti cumi balado, ayam goreng, ayam bumbu kecap dan masih banyak lagi, membuat aku menikmatinya.
Duduk dan Nongkrong di cafe kini mungkin sudah menjadi gaya hidup untuk melepaskan kepenatan .
Tempat yang asik menikmati makanan dan minumannya yang lezat, adalah keasyikan kota besar.
"Ada banyak cafe yang unik di Jakarta ini . Kita bisa pergi ke kafe stroberry "
" Aku suka sttoberry, " kataku.
" Bagus," seru Ronald.
"Menu makanan dan minuman dari bahan strawberry. bagusnya kita kunjungi dimalam hari karena lampu d bikin makin romantis."
Aku tidak setuju dengan kata romantis dan malam hari.
"Aku tidak mau pergi malam hari."
"Iya, kapan kapan saja," ujar Ronald.
Dia bercerita tentang kafe kelinci.
"Cafe yang penuh degan hewan-hewan kelinci, dekorasi bahkan kursi tempat sandarannya juga bentuk kelinci."
Ronald menyebutkan tempatnya . Ia menduga aku suka kelinci. Wanita menyukai binatang yang imut.
Ronald menyebutkan tempatnya.
" Itu cukup jauh," jawabku.
"Baiklah, senin kita makan di
Arborea Cafe yang berada di tengah hutan kota . Itu paling dekat kantor kamu, " usul Ronald yang punya pengetahuan banyak tentang cafe menarik, sampai sampai aku bosan mendengarnya.
"Apa kamu tidak sibuk dengan pekerjaan ? Usaha seperti kontraktor itu cukup melelahkan, dari proyek ke proyek."
"Itulah aku, maaf ini mungkin jelek. Aku tidak tertarik di bidang kontraktor, namun semuanya itu di tangani oleh staf, juga omku. Kita sudah kerumahnya. Mereka profesional karena aku cukup bodoh di bidang itu," jelas Ronald .
"Itu adalah perusahaan warisan ibu. Ronald mengelolanya setelah bercerai dengan ayahku dan mewariskannya kepadaku sebelum berangkat."
"Ibumu, kamu menceritakan ibumu kawin dengan bule"
" Sejak 5 tahun lalu bersama suami bulenya, kini dia ada di Amerika "
" Kau tidak ikut ibumu? "
"Meninggalkan perusahaan ? Tentu saja tidak, Aku juga tidak suka pergi."
"Kau bisa saja tertipu jika terlalu mempercayai orang lain di perusahaan kamu."
"Ada paman, dia sudah seperti orangtuaku, " jawab Ronald.
"Tapi sejauh ini berjalan baik, aku cukup teliti jika menyangkut uang, keuntungannya cukup lumayan. "
"Hidup yang menarik dan menyenangkan, " komentarku.
"Nah, sekarang ganti kamu yang bercerita."
"Tidak ada yang menarik," ujarku mengelak.
" Pasti menarik, saya tahu, ada yang menarik. Aku punya banyak waktu untuk mendengar cerita kamu," 'kata Ronald pula .
Tapi aku tidak bercerita. Pembicaraan itu hanya diisi dengan canda Ronald yang menyenangkan.
Ronald siang itu tampak begitu tampan dengan tubuh tinggi dan tegapnya.
Celana hitam dari merek yang bagus serasi dengan kemejanya yang putih bersih .
Rahang yang kuat dan senyum tipis.
Sore itu mungkin kejadian yang paling jelek yang kualami. Ketika aku keluar sebentar sebelum jam istirahat, aku melihatnya.
Ibu Betty istri Dato Rafki yang tiba tiba saja ada di Lobby kantor.
Didekat lift , ibu Betty memakai baju terusan berwarna terang dan elegan .
Wanita itu kalau datang akan membahas sesuatu dengan pimpinan, tentu saja bisnisnya dan pemegang saham terbanyak .
Meski jarang kesana, tapi kali ini ia datang. Itu ketemu aku.
Sialnya aku tidak dapat mengelak karena ibu Betty langsung mengenalku. Mata ibu Betty yang liar itu bersinar terang .
"Hei, rasanya aku kenal kamu," teriak ibu Betty terdengar seperti petir.
Jantungku seperti akan copot, mukaku pasti pucat.
" Tidak,'' jawabanku adalah jawaban yang paling gugup dari yang aku yang terkejut. Aku mencoba mengelak. Namun ibu Betty langsung mengempurku dengan tatapan garang.
"Kamu bekerja disini iya? Nama kamu siapa?" Serentetan pertanyaan dihujani oleh wanita itu.
AKU bingung dengan kejadian tiba tiba itu. Maka duniaku sudah terasa kiamat. Pekerjaan bisa jadi tinggal kenangan. Berakhir dengan
menyedihkan atas kuasa ibu Betty.
Aku tiba tiba menenangkan diri dan balas menatap ibu Betty. Aku tidak boleh memperlihatkan rasa takutku.
" Ada apa, aku berbuat salah apa?" Tanyaku tidak kalah garang.
Perempuan itu berhenti sebentar, seperti berpikir.
Ibu Betty tiba tiba melontarkan pertanyaan yang telak.
"Engkau datang ke rumahku, ada apa? Jawab." Sergahnya.
"Kamu mungkin salah orang," aku berkilah.
Ibu Betty memperhatikanku dari ujung ke ujung.
Ibu Betty sikapnya cukup buruk, jika bisa lebih baik aku tidak berbicara dengannya.
" Kamu kerja di bagian mana?"
Ia memperhatikan id cardku yang tergantung di dada. Ia membaca Id card itu. Mengeja namaku dengan cepat dan memutuskan.
" Jangan pergi kemana mana,kau dengar ? Kita perlu bicara."
Lalu ia masuk kedalam lift yang terbuka dengan cepat, ketempat pimpinan di lantai atas .
Mia disampingku tercekat.
"Kenapa dia?"
Aku berlagak tidak tahu dan mengangkat bahu .
"Entahlah.." sahutku.
Sebenarnya aku panik, aku tidak mau diinterogasi dan dipermalukan lagi.
"Aku tidak bisa menunggunya, aku sangat perlu pergi," ujarku kepada Mia.
" Kemana?" Tanya Mia penuh tanya.
"Ketempat client, kamu saja yang menghadapi. Aku pergi dulu."
Tanpa perlu mengecek, Mia percaya atau tidak, aku terburu buru pergi .
Aku pergi ke basement dan dengan mobilku, Aku melarikan diri .
Telpon genggamku berdering. Aku sudah berniat untuk tidak menjawabnya.
Namun setelah melirik, aku melihat nama yang disamarkan dan hanya aku yang tahu di telepon genggamku.
Itu dari Ronald.
" Hai," suara Ronald.
"Hai juga," balasku.
Ini dia dewa penyelamatku.
"Bawa aku ke kafe favorit kamu."
" Hari ini? " Tanya Ronald diujung telepon.
" Iya, hari ini,'" balasku.
"Kalau kamu tidak sibuk." tambahku.
" Aku baru saja ingin menemui kamu, aku dijalan dan sebentar lagi sampai."
" Aku diparkiran tempat cafe biasa, jemput disana, jangan dikantor. Mobilku akan diparkir disitu, kalau kamu bawa mobil."
Aku segera memberitahu Ronald tempat menunggu. Mengendarai mobil pergi keseberang jalan dan parkir disana.
Aku menunggu dalam mobil sampai Ronald datang.
Lelaki itu sampai dan aku melihatnya ketika mobil mitsubishi sport itu masuk. Aku keluar setelah mengunci pintu mobil.
"Ayo kita pergi," segera saja turun dan menemui lelaki itu dengan membuka pintu mobilnya.
Duduk dengan wajah kesal. Lelaki itu melihatku dengan sudut matanya.
Tanpa bertanya, membawaku kesuatu tempat .
Berada di lantai 11 disebuah hotel.
Panorama langit. Kafe ini menyajikan aneka seduhan kopi dan makanan.
Aku dan Ronald menikmati makanan steak hingga sajian tradisional seperti sop buntut, soto Betawi juga nasi bakar.
Camilan tradisional siomay juga. Memesan makanan sambil menatap langit.
Telpon genggamku berdering. Aku melihat siapa yang menelpon , ternyata dari Mia .
Aku beringsut mencari tempat, meninggalkan Ronald dan dengan hati hati mendengarkan berita dari Mia .
"Bos kecil, engkau dimana?"
"Aku bersama client, bukankah kita akan menghadai promosi besar besaran tahun ini? " Aku mencari alasan saja, percaya atau tidak. Tidak penting bagiku.
"Tapi apa mereka percaya.?" suara Mia ditelpon tidak yakin .
" Yakinkan saja.." ujarku lagi.
"Ibu Betty menanyakan kamu, dia cukup kesal, entah apa," suara Mia membuat aku berkeringat dingin.
" Apa aku harus patuh dengan wanita itu? Tidak akan," ujarku.
"Dia menanyakan kamu, apa sudah menikah atau belum. Lucu iya?"
" Lalu, apa jawabmu?"
" Kukatakan, engkau punya pacar.." Mia terkikik di telpon .
"Ah sudahlah, besok aku akan mengclearkan kalau ada masalah."
Aku memutuskan percakapan itu', tak mau berlama lama. Penjelasan Mia yang singkat itu cukup bagiku.
Aku akan bersiap menghadapi prahara.
"Mungkin nanti kita bicara banyak " Mia mengakhiri telponnya setelah aku menutupnya .
Hari itu, aku menghabiskan waktu dengan bersantai di cafe bersama Ronald.
" Apakah terjadi sesuatu," tanya Ronald .
" Tidak," jawabku. Ronald memperhatikan wajahku sejenak.
"Kamu tegang,".'tebaknya.
"Tidak terjadi apa apa," jawabku menghindar.
"Mungkin lelah, ada yang membosankan, pekerjaan tidak pernah cuti atau istirahat," jawabku memberi alasan.
"Pikiran yang jelek, setiap orang perlu bekerja , tapi betul juga , istirahat juga perlu, mungkin kamu perlu liburan. "
"Aku sudah bekerja lebih 3 tahun dan tak pernah cuti;" aku asal bicara saja.
" Kita liburan, ketempat yang jauh dan berbeda.'"
"Kemana?" Meski aku tidak menanggapi serius, bertanya ingin tahu .
"Amerika," jawab Ronald .
"Aku akan memperkenalkan engkau dengan ibu, ayah tiri dan adik buleku."
"Kejauhan," jawabku.
Dalam kondisinya saat itu, aku tidak yakin. Namun hatiku berdebar.
Ronald mau memperkenalkan aku dengan orang tuanya.
"Engkau serius mau memperkenalkan aku dengan orang tamu?"
"Tentu saja aku serius'," jawabnya.
Hatiku berdebar aneh, bagaimana dengan Rafki,? Maukah dia melepaskanku? Pikiran itu menghilang ketika Ronald berkata lagi .
" Aku belum pernah berlibur, aku juga jenuh dengan pekerjaan. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan minatku ."
" Minat kamu apa..? "
" Seniman, melukis atau theater, apa saja yang berhubungan dengan seni, tapi larinya ke kontraktor. Aku seniman yang gagal." Ronald seperti mengeluh dirinya.
"Bagaimana dengan Amerika? Kalau kamu minta cuti."
"Aku tidak akan pergi sejauh itu."
"'Baiklah, kita bersantai saja disini, itu bisa belakangan. Aku akan mengajakmu ke cafe kelinci," Ronald memperbaiki duduknya mengalihkan pembicaraan .
"Pastinya banyak kelinci."
"Bermain dengan kelinci yang imut dengan dekorasi dan boneka serba kelinci."
"Boleh juga, tapi cocoknya kalau sudah punya anak. Anak anak suka kelinci."
"Juga terdapat burung-burung cantik. " tambah Ronald.
***
Ada juga Miss Unicorn Cafe yang di dominasi serba pinky-pinky . Jika kamu memasuki kafe itu bak berasa di dunia fantasi. Karena dari lantai hingga atapnya penuh dengan boneka kuda poni menghiasi kursi dan langit-langit.
Makanan tersaji bentuk dan hiasan lucu-lucu dengan warna-warni pelangi, ".
Cerita tentang cafe hari itu mungkin tidak habis habis nya.
Cafe beruang, kafe kucing , cafe jepang dan sebagainya.
Ronald ingin menarik minatku atau ingin membuatku senang.
Komentar
Posting Komentar