2 Si Genius, Pulangnya Ibu

Bob dan Peter sekarang tidak lagi mau berduel dengan Isaac.
"Ayo, ajar aku matematika," Bob yang gemuk itu meminta tolong. Dia membutuhkan Isaac.


Isaac mengajarkan teman temannya matematika.
"Kenapa engkau bisa matematika', kenapa kamu pintar dan untuk apa belajar matematika?" Pertanyaan Bob beruntun.

Bob ingin tahu. Peter juga memperhatikan. Bagaimana teman mereka Isaac menjelaskan.

Dengan sabar Isaac menjelaskan kepada teman-temannya.

"Matematika mengajar kita logis, teori yang terkadang sedikit rumit tapi masuk akal." Isaac menerangkan.

Lalu sambil tersenyum ia menjelaskan.

"Belajar matematika membantu kita untuk bisa berpikir lebih sistematis.

"Ilmu ini sangat penting untuk kebiasaan berhitung, yang secara tidak sadar kita terbiasa berpikir secara logis "

Bob dan Peter tidak terlalu mengerti dengan penjelasan Isaac.

Namun mereka semua senang bermain. Mereka sekarang tidak keberatan Isaac memimpin karena dia pintar.

Isaac pada suatu hari mengajak teman temannya.

"Aku menemukan sesuatu yang menarik."
"'Apa itu?"

"Layang Layang," ujar Issac pula.

Isaac mengatakan kepada teman-temannya.

Ia menyuruh teman temannya mengumpulkan bahan bahan seperti kertas, benang pintal yang diambilnya dari penjahit dan bambu membuat layang layang berbagai bentuk. Tak lupa kertas yang kuat.

Berbagai macam benda itu mereka bentuk bersama.
Selesailah sudah sebuah layang-layang.

Bob, Peter dan teman temannya memandang dengan penuh ingin tahu.
Apakah benda itu bisa terbang seperti yang dikatakan Isaac?

"Layang layang ini akan kita tarik, ada 3 kekuatan yaitu berat, gaya angkat tarikan dan kendali.
Jika angin meningkat, daya angkat terjadi," ujar Isaac.

Lalu layang layang Isaac segera terbang ke angkasa. Anak anak kegirangan dan berlari di lapangan.

Layang layang terbang tinggi. Isaac menjelaskan bagaimana benda itu bisa terbang karena bantuan angin.

"Ah, teori kamu terlalu banyak, tapi ini menyenangkan kawan kawan." Mereka tidak terlalu mengerti teori Isaac.

Mereka cuma tahu, Isaac menemukan layang-layang dan mengajar anak-anak sekolah untuk menerbangkannya.

Hiburan ini dengan cepat mengakar dan menjadi hiburan favorit anak-anak selama waktu senggangl didesa mereka.

Isaac tidak berhenti sampai disitu saja. Disuatu malam yang gelap, dari tanah lapang desa Wulstrop ia menerbangkan sebuah layang-layang besar dengan lentera menyala yang diikatkan di ekornya ke ketinggian yang luar biasa.

Keesokan harinya di kota hanya ada pembicaraan tentang komet yang muncul di malam hari.
Mereka melihat cahaya diekornya.
"

Mungkin komet kecil," kata orang yang menyaksikan.

Mereka segera tahu, setelah itu ada yang membicarakan layang-layang Isaac seorang anak berusia 13 tahun membuatnya.

Di rumah, Isaac menghabiskan seluruh waktu luangnya di tempat kerja.

Dia terus-menerus merencanakan sesuatu, menggergaji dan mengotak-atik segala macam penemuan.

Ketika pembangunan kincir angin dimulai di dekat Grantham, Newton pergi ke lokasi kerja setiap hari dan berdiri di sana selama berjam-jam. Terkadang dia membawa teman-temannya.

Tapi mereka cepat bosan, dan mereka pergi,
" Apa yang menarik? "
"Lihat saja, ada kekuatan angin luarbiasa terjadi dan dapat digunakan."

Namun Isaac berpendapat lain. Setelah beberapa saat, dia memanggil beberapa temannya ke rumahnya dan, membawa mereka ke rumah, menunjuk ke atap.

Teriakan keheranan dan kegembiraan dari teman-temannya itu.

Isaac juga membuat bentuk kecil salinan persis dari pabrik yang sedang dibangun, tetapi sudah dalam bentuk jadi dan tentu saja dalam bentuk yang dikurangi, dengan cepat memutar sayap dan memutar mesin kecil kecil yang tenaganya dari tiupan angin.

Kemudian penemu muda datang dengan mesin hidup untuk pabriknya. Dia memasukkan tikus ke dalam.

Menarik tali yang melekat pada ekor, dia membuatnya berlari di sepanjang roda dan dengan demikian memutar sayapnya. Itu permainan mengasyikkan.

Tidak ada jam di rumah tempat Newton tinggal, dan ini membuatnya sangat sulit untuk mengunjungi sekolah dengan benar.

Isaac membuat Jam air muncul di rumah. Setiap hari, Newton menuangkan air ke dalam alat khusus yang dibuatnya, yang dituangkan dari sana dalam bentuk tetesan, membuat balok kayu bergerak.

Jam air dibuat dari sebuah kotak yang tingginya tidak lebih dari empat kaki.

Angka jarum jam diputar oleh sepotong kayu, yang jatuh atau naik oleh tetesan air setelah sekian lama jam berputar.

Dia berhati-hati setiap pagi untuk memasoknya dengan jumlah air yang tepat.

Balok kecil ini, naik dan turun, mendorong jarum jam. Semuanya dari awal hingga akhir dibuat oleh Isaac sendiri.

Anak-anak sekolah tidak lagi terlambat masuk kelas.

***

Ada seorang gadis Isaac Newton menjadi sangat ramah. Untuk menyenangkannya, dia membuat gerobak skuter di atas empat roda.

Dimungkinkan untuk duduk di dalamnya dan, menekan pegangannya, pergi dengan kecepatan yang berbeda.
Gerobak sepeda ciptaan Isaac Newton.

Dengan semangat yang luar biasa, Newton mengabdikan dirinya untuk belajar.

Ketika Newton berusia lima belas tahun, Ia duduk dan pulang kerumah neneknya dan ibunya kembali.

Ada tiga anak kecil ikut bersamanya.

Ibunya menatap Isaac dengan pandangan gembira.
"Kamu Isaac, anakku. Kau sudah besar nak," seru ibunya.
Namun Isaac tidak menanggapi. Selama ini tidak ada ibu dan seseorang mengaku ibu datang kepadanya.
"Aku tidak mengenalmu, apakah kamu benar ibuku?"
"Tentu saja, aku ibumu Issac, kini aku datang bersama adikmu. Adik tirimu, Marry, Benjamin dan Ann."

Ibunya Hannah menarik anak anaknya agar menyapa Isaac.

Marry berusia 12 tahun, Benjamin 10 tahun dan Ann paling kecil perempuan.

Isaac tidak segera bersalaman. Dia masih asing dengan keadaan itu.
Neneknya muncul dari dalam.
"Ibu, saya pulang bu," ujar Hannah dengan suara serak.
"Akhirnya kamu pulang juga," ujar ibunya atau nenek Isaac.
"Suamiku juga meninggal, ini anakku dan cucumu ibu."
Mereka berpelukan dengan haru. Meski Hannah tidak memberi kabar, namun ini kegembiraan bagi neneknya yang sudah tua.

Hannah membawa cukup harta, mereka akan membeli tanah pertanian.

Lalu Hannah menatap anaknya Isaac dengan penuh harap.

"Apakah kamu tidak senang ibu pulang? "
Melihat anaknya yang sedang termenung.
Isaac tersentak, lalu ia memeluk ibunya dengan teriakan tertahan.

" Tidak, tidak, ibu. Aku sangat mencintaimu, "
Isaac menangis dengan sesenggukan. Ia juga memeluk adik laki-lakinya Benyamin.

Ia menatap adik perempuan tirinya, Marry.

"Aku juga punya dua adik perempuan, Marry dan Ann." Ujar Isaac dengan gembira.

"Kamu sudah dewasa, dan engkau harus patuh kepada ibu, menjaga adik adikmu"

"Baiklah bu,"

Sayangnya Hannah menyuruh Isaac berhenti sekolah.
"Anakmu rajin belajar, apakah dia harus berhenti?" Tanya ibunya Hannah.
"Dia anak yang paling besar, sebaiknya mengurus pertanian kita ibu dan mengembalakan domba."
"Kamu salah, Hannah. Anakmu pintar, seharusnya belajar."
"Dia juga bisa belajar bertani bu, itu baik bagi masa depannya."

Bagaimanapun neneknya tidak setuju, Isaac akhirnya berhenti sekolah.

Ibu menyuruh Isaac untuk menjaga domba-domba itu. Lain hari dia bertani. Mengolah tanah dan ladang gandum.

Isaac sangat tidak menyukai kedua pekerjaan itu. Ia lebih suka membaca buku dan membuat percobaan.

Pikiran yang timbul dari akalnya yang selalu ingin menemukan hal hal baru.

Ibunya suka marah marah.

“Jangan bawa buku catatan bersamamu,” katanya tegas, melihat bahwa putranya sering duduk untuk membaca dan menulis jika sedang mengembala domba.

“jika tidak, domba-dombamu akan tercerai-berai."

Namun Isaac selalu dengan kegemarannya itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA