BATU RUSIA

BATU RUSIA PRASASTI SALAH INFORMASI 

lantas mengungkapkan kapten kapal tentang para pelaut yang tersesat di pulau Natuna selama hampir 2 tahun.

Ia menuliskan kenangan para pelaut Bakhirev, Plisko, Oleinikov, Radchenko, Kostyuk, Zubov, Chulynin, Zverev, Zinchuk, Andrianov, Kapten Demidov, Anna Nikolaevna dan banyak pelaut Rusia.

Sebuah kisah, "Perekop Yang Menuju ke Selatan."

Cerita yang berlatar belakang sejarah " Batu Rusia " dalam gelegar perang dunia ke 2.

Tentu saja tulisan itu salah, kalau merujuk kepada tulisan penulis Rusia diatas.

Ada sebenarnya kejadian besar yang terjadi.

Diurut dari tulisan diatasi sebuah Kapal dagang Rusia menuju ke Surabaya, Indonesia kemudian hilang .

Pemerintah Rusia pada waktu itu telah mencari kapal itu dan tidak pernah ditemukan.

Akhirnya dinyatakan hilang dan semua awak  dinyatakan tewas

Kejadian sebenarnya kapal itu telah dibom Jepang dan sebagian awaknya tewas. 

Apa yang terjadi pada  mereka? Rusia  tidak bermusuhan dengan Jepang dan perjalanan ke Surabaya dari Rusia itu seharusnya tidak ada masalah. Meski memberi isyarat kapal itu adalah kapal kargo Rusia, belasan pesawat tempur Jepang tanpa ampun menghajar kapal uap Perekopa dan tenggelam di laut China Selatan .

Sebagian besar awak kapal dagang itu tewas, sementara awak kapal yang selamat terdampar di Natuna.

Dari 40 lebih awak kapal dagang itu , hanya 20 orang yang selamat dan tinggal di sebuah rumah besar  yang disebut Kucherysko Rumah Liman. ( Limas?)
 Limas adalah sebuah corak rumah melayu Riau.
 
Di Natuna, ada Letnan Peter Engers komandan pasukan Belanda beserta beberapa prajurit Jason, demikian tulis Kucherysko

Perwakilan Belanda yang bertugas mengurus kekuasaan Belanda adalah seorang Amir, kepala wilayah administratif memungut pajak.

Amir berkuasa di Natuna dan pulau yang berdekatan yang  disebut dengan nama pulau tujuh.

Tok Kaya turun temurun sebagai Datuk dan kepala kampung yang diangkat oleh Sultan Riau Lingga. Ini mungkin yang dimaksud Datuk Kaya Wan Muhammad.

Orang Rusia yang terdampar  di Natuna tanggal 19 Desember 1941 dan beradaptasi dengan lingkungan orang Natuna yang asing bagi mereka.

Penyakit, hutan rawa dan malaria, bencana adalah sesuatu yang mereka alami selama di Natuna. Tanpa bantuan orang Natuna sulit mereka hidup dan pergi dari Natuna.

Tanpa obat obat dan tidak bisa berkomunikasi dengan negara asalnya membuat mereka terasing.

***

Hanya menunggu waktu, Jepang akhirnya mendarat di Natuna. Teriakan "banzai!" tentara Jepang melompat dari kapal dan segera melepaskan tembakan di Natuna.

Mereka menemukan para pelaut Rusia.
 
Ditulis oleh, Kucheryanko, nama kapten Jepang itu adalah Matsubara. 

Peninggalan jejak, kenangan para pelaut yang terukir dibatu.

"Batu Rusia."

Sebelum Jepang datang  3 orang yang terluka berat di bawa oleh pesawat Amphibi ke Singapura atas bantuan Belanda dan 4 orang nekad berlayar ke Kalimantan dan semua mereka ditahan Jepang.
Setelah Jepang ke Natuna, semua pelaut akhirnya pergi ke Kalimantan atas biaya Datuk Kaya.

Para pelaut Melayu dengan cara mereka sendiri yang tidak mereka kenal, membawa mereka berlayar ke Kalimantan, kemungkinan dengan sejenis perahu lancang kuning.

Namun, Dari kalimantan  Jepang mengembalikan mereka kembali  ke Natuna.

Setelah itu  Jepang membawa mereka semua ke Singapura dan dengan perjalanan panjang kembali ke Rusia  dan semuanya berkumpul di Singapura  setelah hampir 2 tahun di Natuna.

Konon menurut penulisnya, beberapa orang pernah datang ke Natuna ketika hubungan Indonesia dan Rusia sangat baik tahun 1961.
Sayangnya tahun tersebut, Natuna. masih sebuah kecamatan kecil dan batu Rusia belum menarik perhatian.

Kini Natuna adalah negeri yang penting, sebuah kabupaten yang strategis di laut China Selatan atau laut Natuna.***













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA