01-05 Ke Amerika Dengan Cinta

Novel : Ke Amerika dengan Cinta.

Bab 1 Pindah ke Amerika.

Caroline akan pindah dari Indonesia ke Amerika dalam minggu ini. Ada perasaan sedih dan gembira dan semuanya campur aduk.
Sedih karena dia harus berpisah dengan teman temannya. Gembira karena Amerika adalah impiannya sejak lama. Perpisahan dengan teman-teman dan pria terdekat, harus dilakukannya. Pacar? Tidak ada pacar.
Untuk yang satu ini ketika di Indonesia ia tidak memiliki. Meski Caroline adalah gadis tomboy yang disenangi teman-temannya.
Banyak yang menginginkan Caroline, tapi mereka gagal untuk mendapatkan predikat pria terdekat Caroline. Mungkin kriteria gadis itu terlalu jauh untuk pacar, atau lelaki merasa minder dengan tubuhnya yang tinggi dan hidung mancung. Karena Caroline adalah gadis campuran Indo-Amerika.
Ibu Caroline orang Amerika dan menikah dengan ayahnya di Jepang. Ketika mereka bersama sama studi di negara matahari terbit itu. . Tapi kemudian, ketika ayah dan ibu lulus dan wisuda, ibu Caroline meninggalkan ayah di Jepang kembali ke negaranya tanpa dirinya dan ayah. Dia meninggalkan Caroline yang butuh kasih sayang.
Ibu Caroline berasal dari kota South Carolina. Mungkin karena itu namanya Caroline. Ketika itu umur Caroline hampir empat tahun.
Ibunya yang bernama Joyceline pulang ke Amerika meninggalkan Caroline dan ayah setelah menyelesaikan gelar masternya.
Ayah meneruskan studi beasiswanya dari jenjang master di teknologi robot sampai ke jenjang Ph.D dan Caroline ditinggal dirumah "pengasuhan anak" di Jepang. Setiap hari setelah selesai kuliah membawanya pulang.
Itulah hidup Caroline yang rumit. Sampai ayahnya menyelesaikan study dan pulang ke Indonesia.
Jadi sekarang dia akan ke Amerika. Apakah dia akan dapat bertemu dengan ibunya? Entahlah, ayah sangat marah kepada ibu Caroline dan menghancurkan semua kenangan dengan ibu.
Mungkin juga ibu sambung Caroline tidak mau ayah mengingat mantannya itu dan menyembunyikan semua kenangan. Caroline tidak tahu.
Sekarang mereka pindah ke Amerika. Adik adik, tepatnya adik tiri Caroline juga ikut.
Ayah duduk disamping Caroline Dalam perjalanan panjang ke New York.
Penerbangan ke New York Caroline akan tiba di rumah barunya bersama ayah, ibu dan adik adik. di Amerika. Inilah kehidupan baru yang akan dialaminya. Seperti apakah kehidupan baru itu?
Tak sabar lagi rasanya menginjakan kaki di tanah baru ini dimana Caroline dan keluarganya akan menetap.
Pesawat itu sudah mendarat setelah menempuh perjalanan lebih dari 20 jam dari Jakarta. Tidur di pesawat dan perasaan gamang, Caroline melangkah keluar dari pesawat.
Caroline bersama keluarga besarnya melangkah dari pesawat di bandara besar New York John F. Kennedy.
Mendarat di JFK adalah salah satu pengalaman paling menyenangkan dalam hidup Caroline karena dia selalu memimpikannya. Meski masih lelah karena kurang tidur.
Caroline telah melihat dan mendengar tentang bandara ini sejak dia masih remaja dan akhirnya kini berkesempatan untuk tiba di sana.
Jutaan orang tiba di bandara ini dan wajar jika karyawan tidak selalu ramah dengan orang asing yang tiba di bandara.
Apalagi antrian yang akan diperiksa sangat panjang dan prosesnya bisa lebih lama lagi.
Pemeriksaan  semuanya elektronik tetapi bisa jika terjadi sesuatu yang tidak beres akan sangat merepotkan diperiksa "secara manual".
Untung itu tidak terjadi pada Caroline dan ayahnya. Meski mereka harus menunggu kurang lebih 40 menit  sebelum cap di paspor mereka.  
Proses check in sangat lama dan mengecewakan dan anggota staf berteriak sepanjang waktu. 
 Caroline agak grogi saat check-in karena ada kekasaran karyawan di airport. 
Sekarang mereka akan ke Manhattan. Sangat mudah untuk tiba di Manhattan dari bandara meskipun bisa memakan waktu lebih lama.
Cara termurah adalah dengan metro.  Perjalanan berlangsung tidak lebih dari beberapa puluh menit. 
Untuk sampai ke Manhattan  harus naik metro plus, bus yang melewati seluruh distrik Queens!
Setelah memasukkan barang bawaan ke dalam mobil, Caroline dan ayah mengunggah peta negara bagian terlebih dahulu agar tidak tersesat.
Amerika yang perhatian Caroline adalah bahwa kota ini hanya terkubur dalam tanaman hijau.
Pohon dan tanaman ada di mana-mana. Udaranya yang hangat, dan pada saat yang sama iklim lembab mempengaruhi pertumbuhan mereka.
" Caroline, apakah kamu suka?" Caroline mendengar suara nyaring ayahnya.
"Ya ayah, aku suka," sahut Caroline dengan mata berbinar. 
"Apakah nanti bisa bertemu dengan ibu?"
Ayahnya mengernyitkan dahi. "Apakah kamu mengingat ibumu? Dia sudah meninggalkan kita selama lima belas tahun," ujar ayahnya. 
"Sekarang kita akan memasuki distrik tempat kita tinggal . Kamu akan menyukainya Caroline." 
Ayah berkata riang  memberi semangat.
"Semuanya sudah disediakan oleh perusahaan tempat ayah bekerja." Tambah ayahnya lagi.
Dua perasaan yang saling bertentangan gugup dan euforia melihat  segala sesuatu yang baru bagi diri Caroline. 
Semuanya berjalan dengan baik. Caroline membayangkan akan pergi ke Hollywood, dan berjumpa teman-teman sekolah. Ayah akan bangga padanya, karena dia akan membuat ayah senang.
 
 Rumah satu lantai tanpa pagar  di pinggiran kota Manhattan adalah tempat tinggal mereka yang baru. 
Mereka  kelas menengah, telah tiba! Selamat datang di rumah kecil!" - Ayah berkata dengan sungguh-sungguh.
Caroline  keluar dari mobil sepertinya  matanya terbelalak, tanpa malu-malu mulai menatap sekeliling.
Ada kotak surat di depan setiap rumah di sepanjang jalan. 
 Ketika ada surat di dalam kotak, bendera merah naik. Itu tandanya sudah waktunya untuk mengeluarkan surat-surat  dan membacanya, kata ayah.
Karena mereka baru saja pindah, kotak mereka  masih baru  rumah-rumah lain yang mereka lewati memiliki kotak-kotak yang sama. 
Setiap keluarga mendesain kotak sesuai dengan selera dan kemampuannya masing-masing.
Rumah surat dicat ada yang kelihatan norak, antara warga, yang kotaknya terlihat lebih aneh.
Caroline ingin   menyadari  seberapa mudah dia bisa menyesuaikan diri disana. Tanah kelahiran ibunya. 
Hari masih terang,  ayah dengan lembut mendorong Caroline ke pintu masuk rumah.
"Bengongnya besok saja," kata ayah."Kita beristirahat dan membersihkan rumah. Semuanya sudah disediakan perusahaan." Ujar Ayah. Caroline melihat bel pintu. 
Bel pintu  tentu saja sangat perlu, bagaimana memberi tahu tentang kedatangan tamu. 
Ayah membuka pintu dengan kunci dan dengan bangga  melangkah masuk ke dalam rumah. Diikuti ibu, adik adik dan Caroline. 
Caroline sudah berada di ruang tamu. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah perapian yang dibangun di sudut dan modern. 
 Furnitur dalam warna kopi. Sofa besar, dua kursi berlengan, dan meja  bundar. 
Ada meja makan panjang dan Caroline melepas sepatu di pintu masuk.
Di sebelah kanan ruang tamu ada lengkungan kecil, dapur, lemari dan kulkas. 
Dan inilah pintu keluar menuju teras. Melihat keluar dari  sana. 
Caroline membuka pintu kaca,  membiarkan udara segar masuk. Memutuskan bahwa dia akan melihat halaman nanti, Caroline kembali ke ruang tamu dan kebelakang membantu ibu. 
Sebuah mesin cuci dilengkapi dengan unit pengering tidak perlu pergi ke "laundry".
Ada pintu lain dan di belakangnya tempat garasi, yang sangat mereka minati. Terutama ayah. Ruangan itu hanya bisa menampung satu mobil. Masih ada lagi ruang untuk semua barang rongsokan pemiliknya.
Setelah sedikit mengagumi tempat  tinggalnya, Caroline memegang tangan ayahnya  melihat kamar barunya.
 "Ini akan menjadi kamar favorit saya sekarang ayah!" Seru Caroline senang. 
Caroline bersama ibunya  memeriksa rumah baru mereka dan  area pribadi di luar halaman. 
Tiga kamar tidur dan dua kamar mandi.  Ayah dengan ramah setuju untuk memberi Caroline kamar di depan padahal seharusnya orang tua dan ibu dikamar itu.
 Adik adiknya yang keduanya lelaki  juga punya kamar untuk berdua.
 

Bab 2 Di Amerika
 
Di kamar mereka  mempunyai, lemari pakaian.  Jadi mereka memiliki cukup ruang untuk pakaian. 

" Nah, bagaimana kabarmu gadis ayah? Apakah kamu puas?"
Caroline mengangkat kepalanya dan menatap wajah ayahnya dari dekat. 
Ayah mengerutkan kening. Menanti Sebuah Jawaban. .
"Ya, ayah! Semuanya bagus," seru Caroline. 

Ibu juga datang menyemangatinya.
"Kamu akan kuliah dan hidup senang disini Caroline," ujar ibu sambungnya tersenyum.
Ibu itu mencium keningnya .

Ayah menceritakan hal hal yang baik tentang Amerika.  Ia berharap Caroline agar suka dengan kehidupan disini.

"Maafkan ayah Caroline,  ini pekerjaan ayah, tapi  juga untuk masa depan kamu."

"Iya ayah, malahan aku senang dan terima kasih untuk ibu dan ayah yang telah membesarkan Caroline," ujar Caroline terharu.

Adik adiknya Elvan dan Vikal juga berteriak dengan gembira. Mereka ingin diajak melihat kota New York, Central Park , mal dan tempat hiburan.  Ayah menjanjikannya.
"Tentu saja, kita akan melihat keindahan Amerika."
Ayahnya berbicara lagi.
"Tapi sebelumnya ke area cafe dan supermarket terdekat. Kita akan makan dan belanja." Ujar Ayah. 
"Sekarang bersih bersih dan semuanya harus rapi."

Selesai bersih bersih, mereka berjalan dari rumah dan beruntung  beberapa blok dari rumah, mereka menemukan "KFC", dan setelah mengisi perut  sampai  kenyang,  pergi ke hypermarket terdekat.

Di hypermarket ayah Caroline dan ibunya memeriksa etalase untuk waktu yang lama dan dengan cermat, memilih produk untuk persiapan kebutuhan untuk beberapa hari. Banyak sekali beragam produk dan dari Indonesia juga ada. 

Setelah melewati "pencarian" kecil  di toko, mereka membawa barang-barang ke rumah baru mereka.

Disini mereka menghirup semangat Asia yang mereka bawa berbaur dengan Amerika. 

Caroline sendiri pergi tidur dan segera terlelap pada malam pertama di kamar besar  menghadap keluar.

Sekarang mereka sudah selamat sampai. Itu adalah  hari hari pertama mereka di Amerika.

Ini baru permulaan. Nanti, besok dan seterusnya di depan ada tetangga, yang harus disapa dan kehidupan yang menanti. 

Ada  teman teman di universitas tempat Caroline akan belajar. 

Di pagi hari, ayah Caroline membangunkannya. Ayahnya sangat menyayangi putrinya itu. 
Caroline anaknya yang tersayang sudah masuk umur sembilan belas tahun. Sudah menderita sejak kecil. Kehidupan yang kurang menyenangkan di Tokyo.

" Caroline bangun, alangkah baiknya bangun di pagi hari, " ujar ayahnya.
"Iya ayah, saya sudah bangun  "
Caroline berteriak dari kamar, ibunya hanya menatap ayah yang sangat memanjakan Caroline.

Istrinya sudah merasa cukup bahagia menikah dengan ayah. Sulastri adalah Istri kedua ayah setelah pulang ke Indonesia dan sua sia menunggu ibu Caroline yang tidak pernah lagi memberi kabar. 

Sulastri istri sederhana  yang kepindahannya ke Amerika membuat dia canggung, terutama dalam bahasa Inggrisnya. 

Suami dan putri ayahnya Caroline yang lebih pintar bahasa Inggris. Tapi dia juga harus belajar. 

Caroline mandi di shower dengan air dingin di salah satu kamar mandi mengguyur tubuhnya. Dia merasa segar dan siap keluar. 
Setelah merapikan diri dan mengganti pakaian, Caroline turun ke bawah.
Dia mencium aroma sesuatu yang enak dari yang dimasak ibunya. Caroline sarapan bersama ayah,
Setelah sarapan, Caroline keluar melewati lantai pertama di ruang tamu, Caroline menghirup lebih banyak udara.
 Caroline menemukan ayahnya sedang berbicara dengan seseorang di telepon, tampaknya dengan pihak perusahaan dan teman sejawatnya. 
 Ayah memuji rumah mereka dan terus-menerus mengatakan bahwa itu adalah tempat yang indah. 
Ketika Caroline mencoba membuat kopi sendiri di pembuat kopi, Ayah telah menyelesaikan percakapan, meletakkan telepon.
Ayah mulai berbicara tentang  rencana untuk bulan-bulan mendatang. Setelah membahas semua detail  ayah pergi pagi itu ke kantor. 
Musim panas yang hangat, burung-burung berkicau. Caroline 
menempatkan wajahnya di bawah sinar matahari pagi yang lembut.
Dia benar benar   memejamkan mata sejenak dan tersenyum, menikmati keindahan alam "luar negeri" yang ramah ini. Dia ingin pergi berjalan jalan disekitar rumahnya. 

Tiba-tiba saja ia mendengar di suatu tempat dari samping. Sapaan yang ramah. 
" Selamat pagi!" kata suara wanita dalam bahasa Inggris.
Caroline berbalik dan melihat seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun di halaman di depan rumah sebelah, dia melihat ke arah Caroline dengan senyum ramah dan  melambaikan tangan.

 Caroline akan mulai berkomunikasi  dalam bahasa Amerika. Itu sangat penting baginya  setelah pindah. 
Orang Amerika sama dengan negerinya suka menyapa dan bercerita.
Biasanya dimulai dengan basa basi dan berbicara tentang cuaca, dan hal lain.

 Mereka juga senang  mengajukan pertanyaan yang lebih serius dari berbagai topik .

Caroline masih harus mempersiapkan bahasa Inggrisnya agar lancar dan ia tak perlu canggung karena ibunya orang Amerika. Dia sudah belajar dari awal.
Sebelum itu, di mana pun ada kesempatan, ayah berbicara dalam bahasa Inggris. Bahkan di pesawat, membaca kata-kata baru di kamus.
Setiap kali dialog dengan orang Amerika  Caroline sudah membuka   beberapa frasa yang dihafal.

Kini giliran Caroline, membuang semua ketakutan dan keraguan untuk berbicara. 
Caroline tersenyum lebar, melambai kepada wanita itu sebagai tanggapan dengan tangan gemetar dan menjawab sambil mengulurkan tangan mengucapkan bahasa yang sama "Halo!"
Wanita itu mengangguk, mendekati Caroline,  menatapnya dengan tatapan tertarik, berkata dalam bahasanya sendiri.
" Selamat datang! Saya tetangga Anda. Nama saya Hillary Barnes.  Darimana asalmu?"
"Indonesia," kata Caroline.
Dia mengernyitkan dahi. 
"Apa kamu orang Inggris atau China? Kulit kamu kuning,."
Caroline menggelengkan kepala. 
"Bali, itu Indonesia. " kata.Caroline. Dia tertawa.
"Nama saya Caroline,,"  dia menjawab. Tidak sulit menyebut namanya dengan cara Amerika .
 "Senang bertemu denganmu, Caroline, " tetangga barunya tersenyum hangat padanya. 
Caroline menarik napas dalam-dalam melalui hidung untuk menenangkan diri.
"Ibu ada didalam dan ayah sudah pergi bekerja," jawab Caroline. 
"Kami ingin berkenalan dengan kamu dan kita semua warga yang kompak," ujar Hillary.
Dia menatap gadis itu, tinggi dan hidung mancung. 
"Ibuku orang Amerika, " ujar Caroline. 
"Tapi kini dia tidak bersama ayah, dia pergi meninggalkan ayah." Caroline menjelaskan kepada Hillary. 
"Jadi kamu gadis campuran iya?" Hillary menatap kagum kepada wajah cantik didepannya.

 "Apa yang membawamu pindah ke Amerika? " Hillary tetangga barunya bertanya tanpa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Ayah ditawari pekerjaan di sini." Caroline memberikan jawaban singkat.
 Sejauh ini, semuanya tampak berjalan lancar, Caroline memiliki sesuatu untuk dijawab. 
Hillary tersenyum lebih lebar lagi.
Ketertarikan yang jelas tergambar di wajah tetangganya.

Pertanyaan berikutnya yang dapat dijawab dengan bahasa Inggrisnya.
Kali ini Caroline yang bertanya. 
"Mom Hillary,  dapatkah Anda memberitahu saya dimana Anda dapat membeli  beberapa keperluan? Saya lupa membeli kemarin."
"Tentu. Tapi butuh waktu lama untuk sampai kesana dengan berjalan kaki... Kalau mau, kamu bisa naik sepedaku."
Hillary berbalik dan berjalan menuju garasinya, Caroline ingin mengikutinya.
"Tunggu saja, saya akan membawa kamu," katanya.

Caroline menunggu, dia melihat Caroline untuk pertama kalinya, dan sudah siap untuk membantunya. Tetangga yang baik.

Caroline akan mengambil risiko mempercayai orang asing sejak menit pertama tapi dia tetangga. 
Ketika Hillary Barnes menarik sepedanya, dia dengan hati-hati menunjuk ke bagasi, tas yang agak besar, sehingga Caroline bisa meletakkan notebooknya dan barang-barang kecil lainnya.

Kemudian Hillary juga bertanya kepada seseorang yang memberi tahu mereka ke arah mana  harus pergi ke toko terdekat.

Mereka dengan tulus berterima kasih kepada wanita yang baik hati menunjukan dengan senang hati.

Caroline bertemu sekitar dua puluh pengendara sepeda lain di sepanjang jalan. Dan semua orang tersenyum padanya atau mengangguk memberi salam.

Sungguh, jika Anda sering tersenyum, itu menyenangkan. 
Inilah yang Caroline katakan kepada ayah ketika di malam hari  berbaring di sofa di ruang tamu.

"Orang Amerika suka menyapa, mereka orang-orang yang terbuka dan senang bergaul," jelas ayahnya. 
 "Kamu juga harus seperti mereka." Kata ayah lagi.
 



Bab 3 Menjadi Mahasiswa.


Perjalanan ke toko itu tidak sia-sia. Selain apa yang Caroline cari, dia juga tertarik membeli beberapa pernak-pernik yang bagus untuk rumah. 

Dia membeli handuk, bingkai foto , buku buku dan sebagainya dengan kartu kredit. Itu adalah alat pembayaran yang utama di Amerika. 
"Apa saja yang kamu beli?" Tanya ibunya. 
"Tidak banyak, hanya kebutuhan sekolah dan belajar," jawab Caroline. 
"Bagaimana kesan kamu disini?" Tanya ibunya lagi. 

"Tetangga sangat ramah dan banyak membantu," ujar Caroline pendek. 
"Ibu membutuhkan kamu banyak berkomunikasi, ibu masih harus banyak belajar, bahasa Inggris ibu masih canggung," ujar ibunya. 
"Ceritakan tentang mereka." 
Caroline berbicara bertemu tetangga  dan keramahannya. 

 ***

"Tidak enak jika kita tidak berjumpa dan menyapa tetangga," ujar ibu Caroline. 
"Kita mengundang tetangga berdekatan untuk makan malam sekalian memperkenalkan diri," kata ayah. 
"Makannya melalui katering," kata ibu.
"Masakan kita tentu tidak sesuai dengan mereka."
Ibu  sangat senang dengan rencana itu , ayah akan menawarkan untuk mengundang tetangga dan memesan makanan yang biasa untuk perjamuan. 

Caroline setuju dengan rencana ayah. Ayah mempersiapkan diri. 

Ayah juga berkata bahwa pihak perusahaan mengizinkannya untuk beristirahat selama satu atau dua  hari  tidak masuk kerja menyelesaikan urusan pindah dan imigrasi. 
Dan kemudian, ayah akan pergi ke pekerjaan yang telah lama ditunggu-tunggu. 

Pada minggu pertama mereka tinggal di Amerika Serikat,  Caroline mendaftar untuk kursus bahasa Inggris .

Itu perlu untuk dirinya sendiri dan persyaratan untuk masuk kuliah. Caroline pergi kursus di pagi hari dan banyak menghabiskan waktu di tempat kursus. 
Bulan pertama Caroline mengikuti program dasar bahasa Inggris dan kemudian  pada topik khusus, juga mempelajari informasi tentang topik kemahasiswaan.
Berkat beban dan kegigihan dan program yang dipercepat, dalam dua bulan Caroline mulai memahami dan berkomunikasi dengan orang-orang tanpa ada lagi isyarat tangan.
Menyenangkan tinggal di Amerika Serikat. Banyak etnis yang berbeda dan semuanya menyatu menjadi warga  Amerika Serikat. 
Semua orang di Amerika, memiliki sikap yang baik.
Mereka semua bertanya-tanya: “Dari mana Anda berasal? Bagaimana Anda tinggal di sana? Bagaimana cuacanya di tempat itu ? " Dan sebagainya.
Mereka semua harus belajar dari sikap sederhana orang Amerika terhadap kehidupan. 

Mereka dikelilingi oleh orang-orang yang sangat baik hati.  Selain Hillary yang ternyata tinggal sendirian, keluarga Mark Philips tinggal di sebelah mereka.

Mereka punya anak   John  dan Debby  anak gadis keduanya berusia remaja seumur Caroline. 
Ada juga dua putri kecil mereka yang manis, yang menghabiskan sepanjang hari dengan sepeda  di sekitar rumah. 
Pengacara Fred William dan Katie tetangga mereka tersenyum ramah. 

Tapi  Caroline terkesan dengan adalah pasangan suami istri Tuan dan nyonya Collins tua yang ramah dan selalu tersenyum. 

Tak ketinggalan ketua lingkungan atau sejenis RW ditempat itu yaitu Mr. James   ketua "The Neighborhood Watch," Kumpulan warga   penduduk komunitas sekitar rumah untuk mencegah dan mengawasi adanya tindak kriminal di wilayah pemukiman.

"The Neighborhood Watch " ini aktif mengawasi perumahan dan akan memberi tindakan apabila ada warga yang membuat onar atau melakukan perluasan rumah tanpa izin.
 
***
Acara menyambut tamu berlangsung meriah, warga menerima mereka dengan senang hati. 
Tak henti-hentinya senyum dan tawa, minum dan makan cara Amerika. 
"Meski jauh dari anak anak, saya senang disini!" Tertawa Mr James menceritakan dirinya.

Anak laki-laki mereka  sudah dewasa sekarang tinggal di Nevada bersama keluarga mereka.
Kehidupan di tempat itu berjalan dengan menyenangkan. 
Ayah membelikan beberapa sepeda  umtuk adik adik atau juga untuk dipakai  pergi sekolah di dekat itu.
Adik adiknya membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi di lingkungan dan sekolah, dari Caroline. 
Kota ini memiliki jalan bersepeda yang sangat maju. Semua orang yang tidak malas naik sepeda ketempat terdekat. 
Segera, keluarga Caroline mengundang  semua orang  untuk pesta pindah rumah. 
Mereka menyiapkan  hidangan dari katering  menantikan para tamu. 
Pria dan wanita tetangga mereka baik ketua lingkungan  berjabat tangan dengan ayah dan ibu. 

James  melangkah melewati ambang pintu  sikap hormat dan mengguncangkan tangan mengucapkan salam dengan ayah.
Mereka berbicara tentang adat, budaya dan topik menarik.

Pertemuan mengucapkan selamat berkenalan sebagai sahabat dan berjanji  berhubungan dengan senang hati.
Ayah  membeli mobil setelah berkonsultasi di pusat mobil.

Caroline  mempersiapkan diri untuk masuk universitas. Dia harus mahir  membuat "esai" dan penulisan akademis, menyusun pidato.

Dia lulus ujian masuk dan wawancara dan mendapatkan status "mahasiswa".
Program studi  mencakup beberapa mata pelajaran wajib dan sejumlah besar disiplin ilmu  yang dipilih mahasiswa. 
Para mahasiswa membentuk daftar mata pelajaran tambahan  pendidikan profesional .
Di sebagian besar universitas AS, siswa tahun pertama bisa tidak memilih spesialisasi tertentu,  - bahkan ada status khusus "Belum memutuskan". 
Dia akan dapat berpindah dari fakultas ke fakultas atau memutuskan arah pada akhir semester. 
Mungkin dia memilih studi hukum menjadi pengacara, lalu berubah pikiran dan menjadi ahli biologi, lalu dokter hewan, tapi pada akhirnya ia menjadi ekonom.
Caroline memilih Fakultas Desain Seni Rupa. Dan dia berharap bahwa dia akan tetap berpegang pada arah ini.

Pada hari pertama kuliah, ia mengenakan blus putih dan celana panjang hitam.
 
Dia segera menemukan pembimbingnya dan menyetujui rencana pendidikan lanjutan .
Kuliah  itu sendiri terdiri dari dua jenis - ceramah dan diskusi. Tiga ratus orang bisa duduk di kuliah, mendapatkan materi atau teorinya. 
Untuk “diskusi” mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok  memecahkan masalah atau mendiskusikan materi yang dibahas dalam perkuliahan. 

Suatu kali, dia harus ikut unit kegiatan mahasiswa. 
Ada sekitar tiga puluh orang di ruangan itu.  Seorang wanita dengan rambut pirang pendek duduk di  meja bundar besar bangkit dari tempat duduknya:
" Iya, silahkan masuk."
Dengan malu malu ia memperkenalkan diri. Para  mahasiswa melompat dari tempat duduk mereka dan, tersenyum lebar, mengelilinginya di semua sisi.
" Selamat datang!"  seorang wanita  menyapa Caroline.
"Kami sangat senang melihat Anda!"
Semua orang mengangguk mengerti, dan kemudian ada tawa di seluruh hadirin.
"Saya  Lisa  Hamilton tetapi Anda dapat memanggil saya seperti Lisa saja.  Ayo, ceritakan tentang diri Anda. "

Lisa menyapanya dengan lembut .
Caroline dengan patuh berjalan ke meja, melihat dengan matanya .

Lisa mencari tempat duduk untuk Caroline.  Ia menemukannya. 

"Duduk di sebelah Anita, dia juga datang ke sini seminggu yang lalu, saya pikir Anda dapat menemukan hobby yang sama."

Anita ternyata adalah gadis manis  yang tersenyum pada Caroline dan dengan ramah menepuk telapak tangannya di kursi di sebelahnya mempersilahkan duduk.
Melihatnya dengan rasa terima kasih, Caroline duduk berdampingan dengan Anita. 


 Bab 4 Pertemuan Mahasiswa.


Ketika semua orang duduk, seorang pengarah meminta Caroline untuk menceritakan kisahnya mengapa dia memilih Amerika. 

Nama saya Caroline, berusia sembilan belas tahun. Datang ke AS bersama ayah. Dia ditawari pekerjaan di sini. Kami senang tinggal di sini."

Dia melihat pendengarnya menghitung tiga puluh lima orang.
Selain  orang Amerika, Eropa, Amerika latin ada orang Malaysia, Indonesia  yang ada di situ.

Para mahasiswa  Afrika Amerika dan Asia bersatu di sekolah  
Tapi yang paling mengejutkan Caroline adalah jumlah pria  melebihi bagian wanita. 

Dari tiga puluh lima orang, hanya lima belas gadis yang bersama di ruangan itu termasuk Anita. 

Ketika Caroline menyelesaikan pidatonya, semua orang di sekitarnya bertepuk tangan. Caroline  menjadi gugup tapi juga senang.

“Terima kasih atas ceritamu, Caroline, sekarang giliran yang lain. Setiap orang akan secara singkat menceritakan tentang diri mereka sendiri. 

Anita yang berdiri. Ia melihat sekeliling kesemua orang dan melanjutkan. 

Nama saya Anita. Saya berumur delapan belas tahun. Saya lahir dan dibesarkan di Amerika meski ibu saya orang Malaysia."

 Gelak tawa menggema dari segala penjuru. Mereka bertepuk tangan untuk Anita.  Ada pria yang bertepuk tangan lebih untuk Anita. Namanya John Randal.
Dia adalah pacar Anita.

Seorang pria  menatap Caroline dengan tersenyum mempesona.
Setelah bubaran, menuju kearah Caroline.

"Nama saya  Robert,  senang bertemu denganmu!"

Dari sudut mata Caroline memperhatikan pria itu.

Anita di dekatnya dengan gugup menggeser kursinya, mengutak-atik pulpen. Ia melihat Jhon Randal pacarnya mendekatinya.

Robert dan John berdiri berdekatan. 

Caroline dengan lembut menganggukkan kepalanya. 

Dia suka melihat Robert. Dia suka olahraga,  lengan berotot. Bahu dan dada yang lebar. Caroline   sangat malu ketika mata pria itu menatapnya dengan lama. 

Batuk sedikit, pria itu masih menatap mata Caroline. 
Caroline memberinya senyum  dengan takut-takut.

" Sebagai seorang Amerika, saya  saya tertarik pada segala hal yang berhubungan dengan Asia." Kata Robert. 

"Ibu saya orang Amerika," jawab Caroline cepat.

"Sangat menarik dengan wajah kamu yang oriental." Robert makin menatap Caroline. 

Ternyata Caroline dan Anita adalah yang termuda, sisanya sudah berusia dua puluh tahun lebih. 

Mereka bersama menjadi teman. Anita meraih tangan Caroline. 


,"Aku ingin berteman dengan kamu, kita tinggal di distrik yang sama." Ujarnya.

 "Kita akan bertukar nomor telepon dan halaman di jejaring sosial! " 
Anita mengeluarkan ponsel mengetikan nomor ponsel yang diberikan Caroline. 

"Aku akan datang mengunjungimu" Kata Anita .

"Dengan senang hati jika kamu datang! " Senyum Caroline. 


Caroline  melihat lelaki yang dikenalnya bernama John dan Robert berdiri tidak jauh dari sana. 
Robert dan Jake  mendekat lagi. 

 "Aku mungkin bisa memberimu tumpangan,"  kata Jhon Randal  kepada Anita. 

"Ibu akan datang menjemputku," Anita adalah orang pertama yang membuat alasan.
"Aku juga dijemput ayah" jawab Caroline. Ia belum mai dekat dengan Robert yang agresif.


Robert  menatap Caroline  dengan senyum Amerikanya yang datar.

"Kita masih akan ada pertemuan besok, apakah kamu akan datang ?" 

"Iya, kita akan datang besok," sahut Caroline .

"Aku juga," kata Anita. 

Anita dan Caroline berbagi ekspresi setuju.

" Bagus. Kami akan menunggu." Robert menjawab, melemparkan tatapan  ke arah Caroline. 

 "Sampai jumpa!" Caroline  menarik Anita ke pintu keluar.

Sudah cukup jauh dari mereka,  Anita dan Caroline berbicara. 

"Apa mereka baik," tanya Anita dengan wajah memerah.
" Sepertinya pria Robert sangat tertarik padamu! " kata Anita yang bermain dengan alisnya.

Sama seperti Anda dengan Jhon juga mau sama  kamu," ujar Caroline tidak mau kalah. 

Caroline tidak bisa menahan diri dari penasaran kepada teman-teman mahasiswanya. Remaja Amerika sangat terbuka.

Anita segera berhenti tertawa dan dengan serius berkata. 

" Mereka norak dan begitu mencolok!" Kata Anita.

Caroline mengangguk pelan dan hati-hati.

 Seperti yang Caroline lihat seminggu yang lalu di grup, dia tidak bisa melepaskan diri dari lelaki itu. 

"Robert  tampan, ya?" Kata Anita. Caroline mengangkat bahu.

" Apakah kamu menyukai Robert ? " Anita menatap Caroline.

 "Memerlukan waktu," jawab Caroline pendek. 

"Aku belum tertarik karena baru berkenalan," jawabnya menambahkan. 
" Setuju, jangan terburu-buru jatuh cinta." Timpal Anita.
"Aku juga berpikir untuk menerima Jhon jika dia minta berkencan."

"Bagaimana Anda akan pulang? " Tanya Anita tiba-tiba.
"Biasanya ayah saya akan menjemput saya jika dia bebas dari pekerjaan lebih cepat ... Atau naik  metro saja seperti hari ini."

"Mengapa membuang-buang uang?! Saya akan memberimu tumpangan dengan ibuku?"
" Aku tidak nyaman merepotkan kamu," ujar Caroline. 

"Jangan sungkan , ibuku akan senang mengetahui bahwa saya telah menemukan teman." Ujar Anita.

 Anita menuju ibunya yang ada di sebuah kafe.

Ibunya  menunggu di sana.  
Ibu Anita menyambutnya dengan ramah. 
"Rumah kita berdekatan dengan rumah Caroline , mom" kata Anita.


 Caroline menyukai Anita merasa bahwa dia adalah seorang teman yang baik, ramah ,terbuka.


Duduk di kursi belakang mobil di belakang Anita, Caroline melihat ibu Anita.
Dia  wanita yang menyenangkan dengan wajah China Malaysia dengan rambut keriting di belakang kemudi. 

"Saya telah mendengar segala macam cerita tentang bagaimana remaja di Amerika,  bersenang-senang, jadi hati hati saja dengan pergaulan bebas," ujar ibu Anita.

***

Ayah sedang bersantai di sofa di ruang tamu dan mengetik di laptopnya.

Ayah Caroline meletakkan "perangkat pintar" ke samping .

"Bagaimana kampus kamu?" Tanya Ayah. 
"Tidak ada yang istimewa, kecuali para remaja yang saling berkenalan ."
" Bagaimana mahasiswanya? Apakah banyak laki-laki?"
"Iya," jawab Caroline.

"Kamu jangan tertarik dengan cowok Amerika," jawab ayah.
"Tapi aku sudah dewasa, suatu hari nanti ini akan terjadi, dan aku akan membawa seorang pria ke rumah," jawab Caroline mengganggu ayah.

"Suatu hari nanti ... tapi tidak sekarang, sampai Wisuda!"  kata ayah dengan tegas.
"Ayah, aku sudah hampir dua puluh tahun , aku sudah bisa punya teman! " 
Caroline melipat tangan sebagai protes.
"Ini tidak berarti apa-apa! Kamu masih sangat kecil! Baru kemarin aku bingung mau ambil popok, sekarang sudah akan punya pacar." Ayah tertawa. 

Ibu muncul dari dalam dan melihat ayah dan anak gembira.
"Ayo, ceritakan sekolahmu," ujar ibu.
"Semua temanku menyenangkan, kita punya teman terdekat yaitu ibunya Anita dari China Malaysia."
Mereka semua berbicara dengan gembira.

"Ayah repot mencarikan sekolah bagi adik adikku," kata ayah.
"Seiring waktu mereka akan terbiasa," kata ibu pula. 
"Repotnya musim dingin yang pertama bagi kamu dan anak anak,"  timpal ayah. 
Musim dingin akan datang. Meski beberapa bulan lagi.

Ayah sudah biasa, begitu juga Caroline ketika di Jepang.  Tetapi itu ketika ia masih kecil. 
Bagaimana mereka akan menyesuaikan diri dinegara yang berbeda dengan mereka. 
"Muncul adik mereka yang mendesak ayah pergi untuk berjalan jalan."

"Tentu kata ayah, kita akan menikmati musim gugur dan setelah itu musim dingin," kata ayah. 


m.goodnovel.com/create_book
**********************************
Bab 5 Musim Gugur

Ibu muncul dari dalam dan melihat ayah dan anak yang sedang gembira.
"Ayo, ceritakan sekolahmu," ujar ibu menyela percakapan. 

"Semua temanku menyenangkan, aku punya teman terdekat yaitu Anita , ibunya dari China Malaysia."Kata Caroline. 
"Mereka tinggal di dekat sini dan akan berkunjung," tambah Caroline lagi. 
"Kamu sudah dapat teman yang tinggal dan bersekolah yang sama, itu bagus. Ayah masih repot mencarikan sekolah bagi adik adik kamu," kata ayah.
"Apa masalahnya?" Tanya ibu.
"Menyesuaikan bahasa Inggris, mungkin sekolah di
kedutaan bagus." Kata ayah.

"Seiring waktu mereka akan terbiasa, dan mampu," kata ibu pula. 

Lalu Ayah memandang mereka satu persatu.

"Repotnya musim dingin yang pertama bagi kamu dan anak anak," timpal ayah. 

Musim dingin akan datang. Meski beberapa bulan lagi.
Ayah sudah biasa, begitu juga Caroline ketika di Jepang.  Tetapi itu ketika ia masih kecil. 
Bagaimana mereka akan menyesuaikan diri dinegara yang berbeda dengan mereka. 

Dari dalam muncul adik mereka Yudith dan Vikal yang mendesak ayah pergi untuk berjalan jalan.
"Ayah berjanji, kita akan berjalan jalan,," kata Yudit dan Vikal.

"Tentu, kita akan menikmati musim gugur dan setelah itu musim dingin," kata ayah. 
 
***

Besoknya Anita dan Caroline  mengunjungi lagi pertemuan mahasiswa.

Mereka pergi ke klub olahraga. 
Sekarang mereka sudah terbiasa dan tidak lagi merasa seperti orang asing di dalam grup mahasiswa.

Selain komunikasi langsung, mereka berdiskusi  memilih topik baru dalam kuliah. 

 Caroline berbagi cerita tentang berbagai cerita dan pendapat pribadi mereka.

Tidak ada percakapan  yang membosankan. Semuanya gembira. Setiap orang menemukan sesuatu yang dekat dan menarik untuk dibicarakan. 

Dimulai dengan belajar yang serius atau pergi dengan kegiatan lain dan memberi support kepada teman dalam permainan sepak bola yang populer .

Menjadi pemandu sorak untuk tim basket serta berbagai kegiatan lain
Bahkan orang-orang universitas "paling keren", anak-anak dari orang tua kaya,  Robert ,  John Philip dan temannya lain .

Ayah Robert , seorang pengusaha terkenal, sering membawa putranya dalam perjalanan bisnis ke Malaysia dan Singapura. 
Ia terpesona oleh keindahan negeri melayu sehingga ia mulai belajar bahasa melayu.

Robert selalu menatap Caroline  
kebetulan, pria itu belajar di fakultas bisnis, dan menghadiri beberapa disiplin ilmu, seperti Caroline. 
Namun Caroline belum memilih akrab dengan pria.

***

Musim gugur segera masuk di New York. Tiba masanya mereka menikmati hari hari mereka.

Musim gugur dikenal dengan sebutan autumn, namun disini lebih dikenal dengan istilah fall. 

Ketika terjadi musim gugur, daun-daun akan jatuh dari pepohonan sementara suhu perlahan-lahan akan turun.

Pemandangan yang serba kecoklatan, dengan daun  warna merah, kuning, hingga coklat berjatuhan dari pohon yang biasanya rindang, sekarang memenuhi tanah. 

Di musim gugur orang mulai mencari  labu untuk membuat pernik  pernik  acara Halloween. 

"No Fall Festival is complete without pumpkins and apples." Kata ayah.

Tidak ada festival yang meriah tanpa labu dan apel.
"Kita akan menikmatinya," bisik ayah.

Banyak sekali buah labu yang sudah dipanen dipajang di tanah lapang. Labu yang besar dan berbagai bentuk.

Orang orang membeli labu,  untuk keperluan memasak namun lebih banyak untuk  dekorasi Halloween.
"Hari Halloween di sini sangat meriah kalau0¹q
 di desa Sleepy Hollow." Kata ayah kepada Caroline dan ibu. 
"Saya tahu, itu desa hantu dengan penunggang kuda tanpa kepala." Jawab Caroline. 
Ibu bergidik mendengarnya. 
"Dongeng hantu selalu menarik, di tempat kita mungkin lebih seram," ujar ayah.
"Kalau kita kesana kita melihat pesta Halloween dengan ukiran Jack-o-Lantern, " Ayah tersenyum. 

"Ada tour yang diterangi lentera dan legenda Halloween " 
"Sudah, lupakan cerita Haloween," kata ibu yang tidak ingin ayah bercerita banyak tentang Halloween. 
.
"Labu dibikin kolak, nanti kita beli santan kotak. "
"Kita memetik apel," ayah mengajak mereka. Semua mengikuti ke suatu tempat. 

Di sebuah perkebunan apel,
pengunjung yang datang berkelompok cukup membeli satu karung untuk lima orang. Satu karung untuk 10 kilogram apel.

Apel dapat dipetik langsung dari pohon, atau diambil dari kotak kayu yang telah tersedia.

 Apel juga dapat dinikmati langsung di lokasi.

Jenis apel yang tersedia lumayan bervariasi. Bermacam macam jenisnya. 

Pengunjung hanya diizinkan untuk membawa apel sebanyak yang muat di karung. Nantinya tas dan kantong pengunjung akan diperiksa untuk memastikan tidak ada apel yang dibawa pulang melebihi batas.

Besoknya lagi, Ayah menepati janjinya dengan adik adik Caroline untuk melihat Patung Liberty, Jembatan Brooklyn, Empire dan Taman di Central Park.

Patung Liberty merupakan patung raksasa dan  berketinggian 93 meter .Itu adalah patung berbentuk sosok wanita yang memegang obor dan buku. 

Setelah itu Jembatan Brooklyn yang  menghubungkan Manhattan dan Brooklyn, menyeberangi Sungai East. Jembatan sepanjang 486 meter dan tinggi 84.meter di atas air. Itu adalah jembatan  gantung terpanjang di dunia, Brooklyn dan Manhattan.

Berjalan kaki ataupun menggunakan kenderaan untuk menikmati pemandangan di sekitar jembatan ini. 

Melihat Taman Central Park dimana  mereka menikmati suasana hijau di tengah-tengah kesibukan kota. 

Salah satu tempat lain pelancongan terkenal di New York adalah Battery Park sebuah taman  10 hektar.
ΔΉ
Taman ini dikunjungi lebih dari 12 juta orang setiap tahun.

Tempat yang menarik bagi adik adiknya adalah Bronx Zoo  atau kebun binatang Bronx.
Melihat 6000 binatang di area 108 hektar.

Senang melihat banyaknya hewan burung, beruang, reptil dan binatang di dalamnya.

Di New York, juga terdapat banyak perkampungan dari etnik Cina . salah satunya ada di Manhattan.

Mereka pergi ke perkampungan China itu yang disebut Chinatown
Suasananya seperti berada di negara China.

Melihat  perkampungan Italy  dan juga perkampungan Korea atau Koreatown.

Fifth Avenue merupakan sebuah jalan utama yang terletak di tengah-tengah Manhattan.

Di Fifth Avenue melihat barang barang bermerek terkenal dari Louis Vuitton, Gucci, Nike.

Tak ketinggalan berjalan di Wall Street. Itu  adalah sebuah jalan yang terletak di Manhattan yang menjadi kota keuangan dunia di New York. 

Dari  Broadway hingga ke South Street dengan pasaran saham.


Lain hari mereka naik bus dan kemudian mendaki pegunungan. 

Bear Mountain adalah kota surga, sebuah taman yang menawan .
Di tengah hutan di musim gugur seperti warna matahari terbenam. Musim gugur yang paling indah dapat dinikmati disini. 

Ada desa   Sleepy Hollow, yang terkenal dengan penunggang kuda tanpa kepala dan pemakaman hantu. 

Sleepy Hollow adalah  keindahan musim gugur  dengan sensasi seru Halloween. 

Setiap bulan Oktober, desa yang tenang itu 'dibakar' dengan ukiran Jack-o-Lantern, rumah-rumah berhantu, tur pemakaman yang diterangi lentera dan legenda hantu. 

Diliputi oleh pohon-pohon merah yang berapi-api dan daun musim gugur, jatuh di Sleepy Hollow sama mempesonanya dengan sejarahnya.






 
 
 
 
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA