Ben dan Kisah Besarnya (11)

FIKSIANA PILIHAN

Ben dan Kisah Besarnya (11)
1 Agustus 2022 10:50 Diperbarui: 1 Agustus 2022 10:50 0 1



Ben tidak lagi betah di Boston setelah bertengkar dengan saudaranya. gambar : fineart.america.com



Cerita semi biografi Benjamin Frankiln dari sumber sejarah. (11)

Mengantar koran adalah tugas Ben setiap pagi. Kesibukan mulai terasa bagi koran Boston Courant yang mulai laris. Disuatu pagi yang cerah, Ben mengantar koran.
Melempar kehalaman rumah.
"Hei anak muda, kesini duduk bersamaku," seorang lelaki pemilik rumah menyapanya dengan ramah.
"Terima kasih, aku harus menyelesaikan pekerjaanku," jawab Ben.
"Sebentar saja,tidak mengangganggu pekerjaanmu.Lagi pula ini juga berhubungan dengan koran," kata lelaki itu.
"Kamu bisa sampaikan dikantor koran kamu, " ujar lelaki itu pula.
Ben mengalah. Mendekati lelaki itu.

Ia seorangberpendidikan namun sangat ramah. Mengajak minum teh.

Baca juga:Ben dan Kisah Besarnya (8)


"Aku Peter Brown," lelaki itu memperkenalkan diri.
"Ben..Ben Franklin."
"Baiklah Ben, koran ini tidak asyik karena tidak ada lagi penulis Silent dogood."

"Apakah bapak menyukai tulisan penulis itu?"

"Iya, aku suka tapi tak ada lagi tulisan, senang dengan kritikannya, tapi kenapa dia tidak menulis lagi?."


Baca juga:Ben dan Kisah Besarnya (9)
Itu jawaban langsung lelaki itu kepada Ben sangat menggelitik.

Bangganya Ben tulisannya diminati orang.
"Anda dapat menulis keluhan di koran kami, " jawab Ben.
"Sudah kulakukan, aku bertemu dengan pemiliknya James." Jawab sang lelaki.

Ben tersenyum

Baca juga:Ben dan Kisah Besarnya (10)
***

"Ben, kamu menangani honor penulis, siapa penulis Silent Dogood?" Tanya James.
Ben agak gelagapan.

"Tidak tahu, tulisannya diantar dan honornya diambil beberapa hari berikutnya."

"Tidak ada alamat?" Tanya James.
"Tidak," jawab Ben berkelit.
"Apa itu penting," Tanya Ben.
"Penting, surat kabar bisa laku karena pembaca suka tulisannya," jawab James.

Ben Franklin bertambah senang hatinya, dia akan mulai membuat kejutan untuk kakaknya.

Tapi kakaknya tidak sabaran, James Franklin memasang iklan di surat kabarnya mengundang penulisnya untuk menulis lagi.

Ben lalu mengungkapkan identitas sebagai penulis kepada kakaknya.
"Aku penulisnya," jawab Ben dengan bangga.

"Silence Dogood nama samaran janda itu adalah aku, " kata Ben sedikit bergetar.

"Jangan bercanda," kata James.
"Kamu masih anak anak, tidak mungkin bisa menulis."
"Aku punya bukti, juga puisi dan tulisan lain," seru Ben.
Ben memperlihatkan buktinya.

Tapi bukan kebanggaan yang didapat Ben. James kakaknya sangat marah. Mula mula kaget setelah itu marah.
"Kau melanggar aturan," ujar James
Muka kakaknya merah.

"Aturan apa yang kulanggar?" Ben terkejut tiba tiba dan tidak terima dengan kemarahan kakaknya.

"Bekerja tanpa izin dan berbohong!" Kata James kasar.

James Franklin kakaknya tidak suka dihadapkan pada kenyataan bahwa Ben Franklin adiknya yang kecil bukan lagi seorang pesuruh tapi penulis yang mahir dan disukai orang.

Dia merasa tersaingi. Dia tidak peduli bahwa sebenarnya itu juga sebuah keuntungan.

Penulis yang brilian, yang artikelnya menghiasi korannya, dan dia sendiri membuat iklan untuk saudaranya Ben untuk menjadi terkenal. James Franklin yang egois tidak mau itu terjadi.

Sejak kejadian itu, tanpa alasan James bisa menggerutu sepanjang hari. Dia memperlihatkan wajah tidak sedap setiap melihat Ben.

Pertengkaran diantara dua saudara itu semakin meningkat. James selalu mencari alasan menyalahkan Ben.

"Kamu menulis tapi pekerjaan di percetakan sering kamu abaikan,"
tegur James.

"Tidak juga, pekerjaan cetak dan semuanya beres, lagi pula aku menulis juga untuk koran ini."

"Jadi kamu merasa sudah berhasil iya? Merasa pintar? Kamu tahu bahwa kamu jadi tidak disiplin. "

" Brother James, kamu berlebih lebihan, aku bekerja keras dan menulis adalah sampingan."

"Aku tak perlu tulisanmu, aku cuma tahu kamu melanggar perintah yang tertulis.
"Sampai sejauh itu..?"
"Ingat, kamu berbohong. Tidak boleh berbohong..."
"Itu pendapatmu  James ?"
"Iya," kata James galak.

"Kamu dipecat, kesalahan kamu terlalu berat, tahu?"
"Kamu memecat adikmu?" Ben bertanya  tidak percaya.

"Iya, akhir akhir ini kamu keras kepala, membuat tulisan tanpa izin dan banyak lagi," teriak James.

"Aku tak mau dipecat,"seru Ben.
"Jadi apa maumu?"
"Aku mau  berhenti," jawab Ben tak kalah keras.
"Kamu dipecat, bukan minta berhenti." James tetap bersikeras.
"Aku tidak mau dipecat, aku minta berhenti," jawab Ben semakin keras pula.

"Dipecat.!!"
"Minta berhenti."
"Dipecat..!!"
Berbalas ucapan itu membuat suasana semakin  tegang.

Bersambung 12


Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ben dan Kisah Besarnya (11)", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/yudiramid0862/62e6e4d608a8b520535a5822/ben-dan-kisah-besarnya-11?page=all#section3

Kreator: YUDI MASRAMID




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Jepang dan Amerika

13 Cerita Anak-anak yang Menyenangkan Dari Seluruh Dunia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI DAN PERANAN MAEDA